Penjelasan Pak Ferry Djajaprana ini benar.

Sedikit tambahan, seminar-seminar itu ada berbagai macam jenis, ada 
yang untuk Universitas, untuk Corporate, yang untuk Universitas 
biasanya sifatnya almost for free, karena tujuannya untuk 
mengembangkan pendidikan.

Kalau untuk Corporate, baisanya mereka tidak mau yang free, namun 
yang intensif.

Anyway, saya mengundang teman-teman untuk melihat presentasi seminar 
saya di Staf Pegajar Universitas Sahid [gratis].

Halo teman-teman,

Anda diharapkan untuk datang menghadiri Seminar
"Manajemen Berbasis Nurani" pada Staf Pengajar
Universitas Sahid.  Buku "Manajemen Berbass Nurani"
ini telah diulas pada Majalah Swa terbaru edisi 1
Maret 2007 Sajian Utama hal. 59 ditulis oleh saya dan
teman saya Stefanus Indrayana, Marketing Director PT
Samsung Electronics Indonesia.

Topik:    "Manajemen Berbasis Nurani"
Tanggal:  23 Maret 2007
Jam:      09.00 - 11:30
Tempat:   Universitas Sahid Jl. Prof. Soepomo no. 84
          Lantai 8
          Jakarta 12870
          Telp. 021 831 2813-15
Pmbicara: Goenardjoadi Goenawan
Peserta:  Seluruh Staf Pengajar Universitas Sahid
Reservasi:
Bp. Farhat Pembantu Rektor 1 telp. 021 831 2813-15

Terimakasih atas perhatian teman-teman,

salam,
Goenardjoadi Goenawan


--- In mediacare@yahoogroups.com, verri DJ <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Spritual dan material, dua substansi yang berbeda.
> 
> Yang mana, apa bila kita memandang sesuatu dengan materi maka 
seolah-olah 
> spiritual menjadi tidak perlu. Dan ini adalah natural.
> 
> Menurutku, spiritual dan material itu dua kutub yang berbeda satu 
poros. 
> Apabila posisi kita pada mediocre atau tengah-tengah maka akan 
dirasa 
> nyaman dalam kesetimbangan.
> 
> Apriori terhadap spiritual hanya untuk yang memiliki keuangan 
besar adalah 
> tidak tepat, karena hakikatnya tubuh siapapun perlu.
> 
> Yang menjadi masalah adalah menjual spiritual hanya untuk mengeruk 
kantong 
> pribadi dengan harga tinggi sekali sehingga untuk si kantong cekak 
tidak 
> mampu mengabsorbnya.
> 
> Sebenarnya spiritual bisa dipungut di tempat-tempat yang 
menyediakan 
> 'santapan rohani'. Hanya saja pada tempat-tempat tersebut tidak 
bisa 
> menyajikannya untuk porsi kaum materialis, sehingga kita orang 
awam tak 
> bisa menggalinya, apalagi ditambahkan amunisi 'pencarian 
essoterik'nya 
> pas-pasan.
> 
> Untuk itu dirasa perlu, para penyaji yang menjual dagangannya 
dalam 'porsi' 
> eksklusif, dihimbau sekali-kali juga menjual dengan harga yang 
murah dan 
> terjangkau untuk kantong cekak.
> 
> Kini timbul masalah, apa bila dijual dengan harga murah maka orang 
> menganggapnya 'murahan'. Jadi dilematis.
> Memang untuk menjadi adil itu susah, tapi kalau memungkinkan 
diupayakan 
> agar bisa terwujud.
> 
> Sekian komentar,
> 
> Salam,
> Ferry Djajaprana
> 
> 
>   At 06:16 PM 3/21/07 +0700, you wrote:
> >Maaf, Pak. Saya mungkin termasuk kategori malas bin sombong.
> >Empat kali tawaran ikut training ESQ dari kantor (kebetulan kerja 
sama 
> >barter iklan dengan pelatihan ESQ untuk karyawan) tak pernah saya 
ladeni.
> >
> >Bagi karyawan dengan gaji sangat pas-pasan seperti saya, 
pelatihan 
> >emotional dan spiritual quotion saya anggap kurang pas saja. 
Orang-orang 
> >yang sudah mencapai kemapanan finansial saya pikir memang jauh 
lebih 
> >membutuhkan training seperti ini. Apa lagi toh yang dikejar di 
dunia ini?
> >
> >Tapi bagi kami, We desperately need financial quotion !!
> >
> >
> >
> >
> >On 3/21/07, Goenardjoadi Goenawan <<mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
> >[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >>
> >>Pelatihan-pelatihan yang menggugah inner power dan energi 
spiritual yang 
> >>diadakan penyelenggara lainnya pun setali tiga uang: diminati 
publik, 
> >>khususnya kalangan profesional. Tengok saja kelas-kelas publik 
yang 
> >>dipandu Mario Teguh, Andrie Wongso, Reza M. Syarif, Arvan 
Pradiansyah, 
> >>Goenardjoadi Goenawan, dan sebagainya.
> >>
> >>Euforia Go Spiritual di Dunia Bisnis
> >>Kamis, 01 Maret 2007
> >>Oleh : Joko Sugiarsono
> >>
> >>Gelombang spiritualitas makin kuat melanda kalangan pelaku 
bisnis dunia, 
> >>termasuk di Tanah Air. Apa tujuan mereka menerapkan nilai-nilai 
spiritual 
> >>itu? Bagaimana pula cara dan gaya mereka mewujudkannya?
> >>
> >>Ruangan besar di Jakarta Hilton Convention Center yang dingin 
itu 
> >>dipenuhi 900-an orang. Hampir tak ada ruang yang tersisa. Dalam 
suasana 
> >>yang rada temaram, ratusan orang peserta itu tekun menyimak 
pesan-pesan 
> >>spiritual yang disampaikan instruktur, yang dibantu dengan lima 
layar 
> >>lebarnya. Sesekali, diiringi musik Kitaro yang membuat suasana 
makin 
> >>khusyuk, para peserta tampak menundukkan kepala, terpekur, 
melakukan 
> >>evaluasi diri. Dalam evaluasi diri ini, tak sedikit dari mereka 
yang 
> >>meneteskan air mata.
> >>
> >>Anda mungkin sudah tahu, ini bukan acara pengajian, melainkan 
pelatihan 
> >>Emotional Spiritual Quotient (ESQ) untuk kelas eksekutif yang 
digelar ESQ 
> >>Leadership Training di bawah pimpinan Ary Ginanjar Agustian. 
Sebagian 
> >>besar dari ratusan peserta itu adalah para eksekutif dan 
profesional yang 
> >>dikirim oleh pelbagai perusahaan: BUMN, swasta nasional dan 
swasta asing. 
> >>Mereka bukan hanya dari kalangan manajer biasa, tapi juga 
eksekutif 
> >>senior hingga sekelas CEO perusahaan besar di Tanah Air. Di 
forum ini, 
> >>semuanya membaur menjadi satu, sebagai pribadi-pribadi yang 
duduk bersila 
> >>sama rendah, untuk menggali nilai-nilai keagungan dan 
menghidupkan suara 
> >>hati mereka. Meski tidak gratisan, pelatihan ESQ khususnya untuk 
kelas 
> >>eksekutif -- tarifnya tergolong menengah-atas -- yang digelar 
setiap 
> >>bulan selalu dibanjiri peserta. Untuk kelas ini, hingga saat ini 
sudah 
> >>memasuki angkatan ke-57, dengan peserta rata-rata 800-1.000 
orang. Total 
> >>jumlah alumninya, bisa Anda kira-kira sendiri. Bahkan, pelatihan 
yang 
> >>digelar sejak 2001 itu kini telah go international, yakni ke 
Malaysia, 
> >>Belanda dan Amerika Serikat.
> >>
> >>Bukan hanya pelatihan ESQ ala Ary Ginanjar itu yang tak 
kesulitan mencari 
> >>peserta. Dunamis yang juga rutin membuka kelas publik untuk 
pelatihan 7 
> >>Habits dan yang terbaru Keagungan Insani (ala Stephen Covey) pun 
tak 
> >>perlu kebingungan mempromosikan program ini. Pelatihan 7 Habits 
> >>dijalankan sejak 1992, sedangkan Keagungan Insani baru dimulai 
pada 2007. 
> >>Total alumni pelatihan Dunamis hingga kini sekitar 100 ribu 
orang. 
> >>Pelatihan-pelatihan yang menggugah inner power dan energi 
spiritual yang 
> >>diadakan penyelenggara lainnya pun setali tiga uang: diminati 
publik, 
> >>khususnya kalangan profesional. Tengok saja kelas-kelas publik 
yang 
> >>dipandu Mario Teguh, Andrie Wongso, Reza M. Syarif, Arvan 
Pradiansyah, 
> >>Goenardjoadi Goenawan, dan sebagainya.
> >>
> >>Euforia dan antusiasme seperti itu memang makin kentara 
belakangan ini. 
> >>Tak salah bila ada yang menyebut kini demam spiritualisme makin 
meruyak 
> >>di kalangan bisnis kita. Bukan kebetulan, referensi pendukungnya 
pun 
> >>makin berjibun. Anda bisa menemukan buku yang sarat dengan nilai-
nilai 
> >>dan pesan-pesan spiritual, seperti Good to Great karya Jim 
Collins, The 
> >>Corporate Mystic buah tangan Prof. Gay Hendrick dan Kate 
Ludeman, atau 
> >>yang lebih mutakhir The 8th Habit dari Stephen Covey dan 
Megatrend 
> >>2010-nya Patricia Aburdene. Meskipun tak mengusung judul dengan 
kata 
> >>"spiritual", niscaya Anda akan menemukan di buku-buku tersebut 
betapa 
> >>pentingnya nilai-nilai luhur (great values) – sekarang lazim 
disebut 
> >>spiritual values -- diterapkan kalangan profesional dan dunia 
bisnis.
> >><http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?
cid=1&id=5632>http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?
cid=1&id=5632 
> >>
> >
> >
> >
> >--
> >
> >
> >Rahmad Budi H
> >Republika
> >Jl Warung Buncit Raya 37 Jaksel
> >0856 711 2387
>


Kirim email ke