Saya ingin menanggapi 'Geger Indonesiary' yang mengaku 'ngakak ampe mau terjengkang' membaca diskusi soal desentralisasi siaran yang saya sampaikan. Terus terang saya tidak mengerti mengapa dia harus 'ngakak' ... Salah satu penjelasannya, dia memang cacat mental, sehingga suka tertawa mendengar orang bicara serius. Tapi penjelasan lainnya adalah bahwa dia memang sekadar mewakili sebuah perasaan kolektif industri televisi nasional jakarta yang sangat takut dengan gagasan desentralisasi dan demokratisasi penyiaran di Indonesia. -------------- myself : wah..wah...arogan juga mantan org KPI ini. bahkan doi nuduh gw cacat mental. tapi yah emang typikal org merasa dirinya besar, ide besar, hebat yaa mesti begini. kebetulan saya tadi makan enak, jadi saya berselera lah dikiit komentarin lu. saya ketik cepat aja ya, kalo ada salah ketik tanyakan lagi maksdunya ama gw. --------------------------------------
Saya tidak mengenal 'geger indonesiary' , terutama karena orang semacam ini -- untuk alasan yang tidak pernah saya kunjung mengerti -- memilih untuk tidak dikenali identitasnya oleh lawan bicaranya di milis. ----------------- myself: dunia maya adalah dunia anonim. anda tahu bahasa indonesia artinya MAYA bukan? saya kira gak perlu dijelaskan jauh lah, harapan saya kamu ngerti, kan org sekolahan. demokratisasi juga ini. kayak gaya bahasa lu. :) ---------------- Tapi saya duga, dari nada bicaranya, dia bekerja di salah satu lembaga penyiaran televisi nasional di Jakarta. Mungkin sebagai juru tulis atau tukang gulung kabel, mengingat dia jelas-jelas tidak tahu sikap saya selama di KPI mengenai isu ini. -------------------------- myself: saya ini tinggal di pontianak, dan gak ada urusan dengan dunia penyiaran atau media. andaikata pun saya seorang tukang gulung kabel, memangnya gak boleh komentar ttg hal ini? sikap kamu di KPI NOTHING! isu kamu NOTHING! isu yg tdk ada gunannya bagi kami org daerah malah. dunia TV adalah dunia dimana kita berbicara mengenai duit dlm jumlah besar. nanti tak terangin yah, kenapa isu kamu itu NOTHING, dan kamu adalah manusia di KPi (dulu) yang sebenernya menghabiskan waktu serta energi nggangkat isu desentralisasi ini serta demokratisasi , sementara ada isu yg lebih penting lagi, yaitu program acara Tv yang tak bermutu , amoral, yang ini gak kamu sentuh se rewel lu ngomong ttg desentralisasi serta demokratisasi. padahal ini berhubungan langsung dengan publik. pembangunan karakter manusia indon. --------------------------------- FYI (mmm. rekan geger, maksudnya For Your Information yang kalau diterjemahkan bebas menjadi asal tahu aja): saya menulis dan bicara soal amanat UU Penyiaran ini berulang-ulang sejak sebelum terpilih menjadi anggota KPI sampai sekarang setelah didepak oleh DPR dari KPI. Saya bahkan menulis surat terbuka kepada Menkominfo soal ini. Tapi, OKlah, kita masuk ke yang substantif ya. Rekan geger ini memiliki argumen yang khas mencerminkan orang-orang televisi nasional di Jakarta. Dia bilang, alasan stasiun nasional tidak mengembangkan jaringan stasiun adalah karena alasan dana. ------------- myself : saya bedah otak kamu sekarang. jangan sombong anak muda. sudah saya katakan isu kamu diatas adalah nothing! indon ini terdiri dari 33 provinsi dan kira kira 400 an kabupaten/kota. anda bisa bayangkan besarnya biaya apabila tiap provinsi dan tiap kota 'meminta' pemasukan pajak karena beroperasi (bertayang- ini bahasa gw istilahnya) TV JKT di wilayah mereka. anda yakin akan ada lagi org yang mau bikin usaha begini high costnya. sementara pertumbuhan ekonomi di indon ini mandeg. anda bisa bayangkan akan terjadi penumpukkan stasiun Tv hanya terpusat di jawa atau bahkan jakarta saja. karena apa? hitungannya JKt atau jawa memiliki populasi penduduk lebih tinggi, tentunya ini market ekonomi yang tinggi pula. ditunjang infrastruktur yg sudah lebih memadai di banding pulau lain, atau kota lain. dimana banyak org disitu terjadi perputaran uang. dan kami di daerah akan kembali ke masa 80 an hanya mampu menikmati siaran TVRI yang tdk bermutu, atau kasarnya hiburan Tv menjadi konsumsi mereka yang mapan, karena harus berlangganan TV kabel ataopun parabola yg toh juga diacak. lo ngomong gini, karena bukan duit lo yang bikin usaha TV. lo pernah gak sih punya usaha? kami, org daerah gak perduli mau berapa banyak TV jakarta yang beroperasi di daerah, yg diminta adalah mari tayangkan acara yang bermutu dan mendidik. saya ngomong dengan bahasa sederhana begini agar lu tahu, gak semua yang lu baca dan lu lihat itu benar. seolah olah desentralisasi memang menguntungkan daerah. tapi daerah yg bagaimana? jika kalbar (pontianak) yg hanya berpenduduk 4 juta jiwa kurang lebihnya (bukan market yg hebat), dengan kondisi geografis yang susah (mengandalkan transportasi sungai), infrastruktur yang ada minim, adakah Tv jakarta yang mau berinvestasi kedaerah kayak omongan lu! paling banter cuma medan, bali, surabaya, semarang, bandung dan makasar. sisa provinsi yg lain? nyengir liatin TVRI doank, ato siaran TV jakarta menjadi lebih mahal karena kudu di beli (tv kabel) ini mau lu? makanya isu ini lu anggap penting? isu lu ini payah, dan tdk menyentuh dasarnya perbaikan indonesia, yg bisa dimulai dari TV. karena apa? semua rumah di indonesia ini bisa dibilang 97 % punya Tv dan mengandalkan siaran Tv jakarta sebagai pemenuhan kebutuhan hiburan warga. karena akses hiburan yg lain tdk ada ataupun jika ada sangat mahal.hadirkan donk acara TV yg bermutu dan sarat pendidikan maupun pesan moral. ini harusnya yg org KPI lakukan kepada semua operator TV yang siaran nasional. kelak jika pemerataan pembangunan di indon ini benar benar sudah baik, baru lu ngomong desentralisasi ama tetek bengeknya. jigong lu aja kayak anak sekolahan.. gak usah ngomong ini karena anak soeharto (orba), semua ini memang korban orde baru. tapi org lain tdk senaif kamu yg tereak seorang seolah olah kamu yang paling kena siksa sama itu orba. desentralisasi my ass, demokratisasi jancuk! saya capek ngetik panjang panjang, mudah-mudahan lu ngerti. jebolan barkeley nih jangan jangan... --------------------------------- Food fight? Enjoy some healthy debate in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.