Pintu masuk bagi spiritual [hati nurani] itu terbuka lebar di rumah 
orang miskin daripada rumah orang kaya.

sungguh benar kata pepatah bahwa bagaimana seorang pemungut cukai 
megikuti Tuhan? caranya adalah dengan membuang semua harta benda 
miliknya terlebih dahulu. 

orang miskin tidak memiliki cukup uang, namun mereka memiliki cukup 
iman untuk berserah, untuk ikhlas dan tawakal, itulah pintu 
Spiritual [Nurani].

seperti monyet terperangkap, sebelum dia melepaskan kacang 
[keterikatan pada uang] di tangannya maka dia tidak akan terbebas.

salam,
GG

--- In mediacare@yahoogroups.com, "Well... I am SeksPeare" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Hahaha...justru karena sedang kelaparan, maka seseorang punya 
kesempatan gratis untuk ´meditasi´... Gimana mau meditasi kalau 
perut kekenyangan? 
>    
>   Perspektif lainnya, bisa saja orang menjadi miskin justru karena 
telah terlalu banyak menelan mimpi-mimpi surgawi berikut nasehat-
nasehat yang tidak praktis-taktis-strategis dalam menjalani 
kehidupannya.... Kalau ini perspektif yang kita pakai, artinya 
masyarakat Indonesia itu sebenarnya ´over dosis spiritual´... Sudah 
terlalu banyak menelan mentah mentah teori-teori, nasehat-nasehat, 
petuah-petuah, pelatihan-pelatihan, baik dari kita suci maupun dari 
meja-meja seminar... Baik dari sinetron goblok maupun dari bertumpuk-
tumpuk kertas penelitian... 
>    
>   Coba saya kutip dialog saya -SeksPeare- dengan Mbah Shakespeare, 
di sebuah warung kopi, sebagai berikut:
>    
>   W. Shakespeare: "How poor are they that have not patience!" 
>    
>   Lalu gua, SeksPeare menimpali, "Then come to my country called 
Indonesia. You will see the poor people is the patience ones" 
>    
>   SeksPeare:
>   Saya memaknai kata ´spiritual´ itu nampaknya tidak sama dengan 
yang anda paparkan. Jadi jika kefahaman Anda tersebut seperti yang 
terpaparkan dalam tulisan ini, maka saya maklumi kedongkolan Anda. 
>    
>   Apalagi jika disambung-sambungkan dengan masalah lumpur 
Sidoarjo, saya -yang bahkan bukan berasal dari satu pulau, dan 
tinggal jauh- juga masih dongkol, bahkan sempat teriak ´goblok´ 
kepada ´tukang ajar ilmu filsafat´ di milis ini juga... Saya rasa 
masih banyak yang ingat... 
>    
>   Quote: Tanpa uang, sakit gak bisa di-obati, di ping-pong sana 
sini oleh Rumah sakit, 
> Sudah banyak kasus, pasien keburu mati,karena kena DBD atau Diare, 
gak punya uang di oper sana-sini oleh RS. End of quote.
>    
>   SeksPeare:
>   Apakah Anda pernah merasakan langsung menjadi orang yang miskin? 
Seperti yang Anda illustrasikan di atas itu?... 
> 
>   Quote: Sebetulnya manusia tidak usak munafik, di jaman sekarang 
ini, apalagi di Jkt, uang adalah segalanya... End of quote
> 
>   SeksPeare:
>   Anda tinggal di Jakarta? Jika Anda tidak mau munafik, segeralah 
cari kota lain untuk berdomisili, setidaknya itu mengurangi satu 
orang beban daya dukung kota yang ´non human scale´ itu...
>    
>   Berikut apa pendapat saya yang saya kutip dari dialog percakapan 
saya dengan beberapa rekan lembaga konsultatif pengembangan di kota 
tempat saya berasal, sekitar tahun 2001 lalu...
>    
>   Contoh pembangunan model Jakarta, menurut saya adalah contoh 
kegagalan, sekian banyak petuah-petuah yang telah mengalir dengan 
pola terpusat, buktinya mereka di Jakarta nggak becus mengurus kota 
mereka, lalu apa yang mau kita contoh?... 
>    
>   Setiap kota itu punya daya dukung administratif, populatif, 
bisnis yang terbatas, apakah itu tidak dikatakan dalam ilmu 
planologi? Kalau tidak, wah planologi itu ´dogma´ juga jadinya... 
>    
>   Kalau daya dukung sebuah kota ini kapasitasnya terlampaui maka, 
kekisruhan alam dan sosial di kota itu dan juga disekitarnya akan 
tunggu waktu saja... Semuanya ´rasional´ kok... 
>    
>   Yang perlu kita pikirkan adalah gimana itu membangun ´human 
scale city´ yang sinergis dengan perubahan berikut antisipasi ampas-
ampas perubahan itu sendiri... Ini yang tidak dimiliki oleh Jakarta, 
½The Big Brother½ itu...   
>    
>   May FUN be with you...
>    
>   SeksPeare
>   http://kopitalisme.tk
>   http://kopitalisme.blogspot.com
>    
>    
>   
> HENDRA DARMAWAN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>           Bagaimana mau konsentrasi bermeditasi, kalau anak dan
> istri pada minta makan, dan uang tidak punya atau
> kurang ? boro2 mikirin spiritual, mikir hari ini udah
> makan aja udah bagus tuh...
> 
> Sebetulnya manusia tidak usak munafik, di jaman
> sekarang ini, apalagi di Jkt, uang adalah segalanya...
> 
> Bodoh aja kalau ada orang kaya masih bisa stress...
> (gimana kalau dia miskin...kali yah?)
> 
> Dengan uang, bisa beli apartemen privasi sehingga
> dapat bermeditasi dengan tanpa di ganggu oleh berbagai
> macam kebisingan (baik itu kebisingan anak2 maupun
> yang lainnya)
> 
> Dengan uang bisa beli AC (kalau gak tahan panas),
> sehingga meditasi dapat nyaman, tidak kepanasan..
> bisa beli pengharum ruangan yang bagus (Lamp Berger)
> untuk aromatherapi. (kalau gak ada uang, meditasi
> dengan bau WC, apa bisa?)
> 
> Dengan uang bisa jalan2 refresing baik ke puncak atau
> Bali (lokal) , maupun ke luar negri.
> 
> Dengan uang bisa membeli segala macam makanan suplemen
> kesehatan, check up kesehatan rutin, dsb..
> 
> Kalo miskin, gimana mau makan suplemen, beli obat aja
> kalo sakit kagak bisa tuh...
> 
> Bandingkan jika tidak punya uang...
> rumah ngontrak, bahkan gak punya, ruangan tidak sehat,
> kotor, campur aduk, masak, mandi, tidur di ruangan
> yang sama (campur lagi cewe-cowo dan anak2)
> 
> Tanpa uang, sakit gak bisa di-obati, di ping-pong sana
> sini oleh Rumah sakit, 
> Sudah banyak kasus, pasien keburu mati,karena kena DBD
> atau Diare, gak punya uang di oper sana-sini oleh RS.
> 
> Kalau orang memang mau terjun ke dunia spiritual, dia
> harus total melepaskan semua materialitas, konsentrasi
> kepada sang Khalik. Gak terperngaruh oleh glamournya
> globalisasi dan kenikmatan duniawi.
> 
> Harus melupakan semua hal duniawi, makan enak di KFC,
> tidur nyenyak di hotel, spa, nonton film dll.
> 
> Makanya biasanya orang yang sudah tua yang bisa
> melakukan hal ini, kalau masih muda, jangan harap
> bisa, karena masih penuh nafsu duniawi...
> 
> Hebatnya manusia sekarang menjadikan dunia spiritual
> di bisnis-kan.
> 
> Ber-bahagialah orang yang banyak uang (kaya)...karena
> bisa memenuhi semua kebutuhan nya baik kebutuhan
> material (makan enak, tidur nyenyak, jalan2) dan
> kebutuhan spiritual...(spriritual tuh maksudnya bisa
> ikut training ESQ, Reiki, Kundalini dan macem2 lah
> yang bullshit semua, yang pada mau duitnya aja...)
> 
> Ada training ESQ atau sejenisnya yang gratis untuk
> korban Lumpur Lapindo gak ?
> 
> 'Iris kuping saya' kalau ada orang yang mau rela
> ngasih training gratis ke mereka...!
> 
> --- "Well... I am SeksPeare"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Dear all...
> > 
> > Kata ´Spiritual´ ibarat buah yang baunya harum
> > ditengah tengah dahaga, tapi cuma bisa mencium
> > baunya tanpa bisa memakan buahnya itu sendiri.
> > 
> > Dengan kondisi demikian ´Spiritual´ adalah sebuah
> > ´kata´ yang akan laris manis untuk dijajakan kemana
> > mana. 
> > 
> > Saya sependapat dengan anda bahwa seseorang tak
> > bisa lepas dari aspek ´spiritual´ dan ´material´,
> > jika ada seseorang yang menyatakan hanya butuh salah
> > satunya saja, hal itu mirip dengan pertanyaan ´Anda
> > memilih teman atau uang?´. Padahal dalam hidup kita
> > tidak lepas dari keduanya, dan pertanyaan itu hanya
> > ada dalam ´state of mind´ saja... 
> > 
> > Akan tetapi, dalam membawakan term ´spirituality´
> > demikian banyak terminologi-terminologi yang tidak
> > konsisten, salah satu contohnya adalah kata ´ego´. 
> > 
> > Dalam aliran ´spiritual´ dikatakan bahwa ´ego´
> > harus ditinggalkan, sementara dalam psikologi ´ego´
> > adalah -katanya- adalah mempunyai fungsi kontrol
> > atas ´id´ dan ´super ego´. Yang didudukkan dengan
> > manis diatas singgasana hirarki tertinggi kesadaran
> > manusia... Lho, kok oleh aliran spiritual disuruh
> > tinggalkan?... Jadinya, penggunaan penggunaan term
> > itu menjadi rancu sedemikian rupa... 
> > 
> > Makanya, sejak bertahun-tahun lalu, saya menyusun
> > dan membangun sendiri pola dan mekanisme yang
> > merupakan antitesis dari keduanya (psikologi dan
> > spiritualisme) Malahan bahkan saya ´mengocok ulang´
> > pemahaman pemahaman yg menurut beberapa orang
> > -katanya- bahwa ´pengocokan ulang´ itu cukup
> > mengkhawatirkan secara psikologis. 
> > 
> > Tapi, nyatanya saya bisa aja survive, tanpa ada
> > konflik internal dan enjoy-enjoy aja dengan keadaan,
> > apapun masalah yang saya hadapi... 
> > 
> > May FUN be with you...
> > 
> > SeksPeare
> > http://kopitalisme.tk
> > http://kopitalisme.blogspot.com
> > 
> > 
> > verri DJ <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> 
>          
> 
>  
> ---------------------------------
> The fish are biting.
>  Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.
>


Kirim email ke