Memang, aturan soal buta warna sebaiknya tak perlu dicantumkan dalam lowongan 
kerja. Itu sudah diskriminatif terhadap orang-orang yang "tuna". Andai ada 
anggota Komnas HAM yang baca bisa dipermasalahkan.
   
  Soal buta warna, kalau untuk reporter (wartawan tulis) pengaruhnya tak 
seberapa, tapi akan berpengaruh terhadap pewarta foto maupun camera person. 
Tetapi dulu di Majalah SWA ada juga lho fotografer yang buta warna, dan toh 
hasil fotonya tidak mengecewakan kok. 
   
   
  salam,
   
  rd

Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Belum lama ini saya baca iklan penerimaan wartawan baru Kompas. Salah satu 
syarat di sebutkan disitu: TIDAK BOLEH BUTA WARNA.

Saya bertanya-tanya, apa sih makna tak boleh buta warna di situ? Kalau untuk 
jadi dokter, ahli farmasi, dsb, saya bisa paham. Ahli kimia yang tak bisa 
membedakan warna bisa membahayakan keselamatan orang, karena keliru membedakan 
zat kimia. Untuk desainer grafis, soal buta warna jelas ada pengaruhnya. Tapi 
reporter?

Kenapa saya bertanya ini? Karena faktanya: saya adalah mantan wartawan Kompas 
yang MENDERITA BUTA WARNA. Meskipun bukan buta warna total (saya masih bisa 
membedakan warna lampu lalu lintas). Toh selama saya kerja di Harian Kompas 
(1988-1995), tidak pernah ada masalah dengan kebutawarnaan tersebut. Saya 
mungkin malah termasuk salah satu yang paling produktif di masa itu (bisa dicek 
dari ketebalan ordner arsip tulisan-tulisan saya). 


Satrio Arismunandar 
Producer - News Division, Trans TV, Floor 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 4026, Fax: 79184627

http://satrioarismunandar6.blogspot.com 

"If you know how to die, you know how to live..."






 
---------------------------------
Bored stiff? Loosen up...
Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games.

Kirim email ke