Kadang-kadang kita perlu menggali sesuatu dengan membuat 
pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Kalau memang benar mengapa harus takut 
menjawab atau menjelaskan. Tak perlu takut menjadi anak kecil kalau memang 
belum mampu menjadi dewasa. Kita kadang-kadang sombong dengan diri kiri kita. 
Menganggap sudah dewasa, padahal tidak dewasa. Jadi pertanyaan Pak Jati 
tersebut masih wajar, karena menuntut kita menggali kebenaran. Yang penting 
bagaimana menjawabnya. Kalau model jawaban Anda kayak anak-anak juga, ya apa 
bedanya. Sami mawon.
   
  Bagaimana kalau ada pertanyaan begini. Samakah si pembuat meja disebut meja. 
Atau kalau dirujuk lebih dalam, bisakah Tuhan disamakan dengan ciptaannya ? 
kalau bisa, lantas apa bedanya dengan manusia?
  

idakhouw <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Yang jelas, dengan melanjutkan pertanyaan level anak kecil di milis
ini, artinya Pak Jati malas baca, malas cari pengetahuan yang mudah
didapat secara mandiri. 
Lebih serius lagi: Tidak nampak terlihat mencoba memahami orang lain
dengan pendekatan positif (dan sikap2 spt. ini yg bikin ambruk
Indonesia yg pluralistik).

Kalau saya sih malu mengajukan pertanyaan level anak kecil di ruang
kelas orang dewasa.

I.

--- In mediacare@yahoogroups.com, "Jati Utomo Dwi Hatmoko"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya jadi ingat ada sebuah pertanyaan seorang anak kecil kepada ayahnya,
> "Pak, katanya Tuhan kan pencipta alam semesta dan seisinya, lha kok bisa
> mati?".
> Barangkali Mang Ucup punya penjelasannya?



         

                
---------------------------------
Kini dengan simpanan sebanyak 1GB
http://my.mail.yahoo.com/

Kirim email ke