menurut saya beda banget deh antara kekerasan dan disiplin. Bahkan Foucault 
yang memang meneliti secara menarik mengenai Disiplin dan Hukuman memandang 
disiplin yang dibangun dengan kekerasan hanya melahirkan kekerasan baru dan 
berfokus pada hukuman (punishment) bukan lagi pada disiplinnya.

Saya sendiri tidak terlalu memuja unggah ungguh pada senioritas, karena 
tidak sekali saya berhadapan dengan senior brengsek dan korup, masak saya 
diharapkan nurut dan diam kalau tahu senior saya korup? justru seniornya 
jadi slonong boy Mas.

Kalo di militer, memang saya tahu pendidikannya dengan kekerasan, senior 
bisa menghajar babak belur yuniornya tanpa alasan jelas, karena mereka 
memandang apakah kamu akan mati di medan perang atau mati di pelatihan. Tapi 
IPDN kan tidak melatih orang jadi militer, sebaliknya mereka akan bekerja 
terjun jadi abdi masyarakat di balik meja, melakukan pelayanan publik, wah 
berabe tuh kalo mereka melayani pake mental militer, salah-salah saya 
dihajar karena menolak bayar uang pelicin...

Lebih lucu lagi membandingkan kasus IPDN dengan korupsi, seolah orang 
lulusan IPDN atau bahkan kampus IPDN sendiri gak melakukan korupsi, ampun 
deh naif banget.

Kalau melahirkan pribadi berkualitas ditentukan oleh banyak hal, termasuk 
keluarga yang membentuk, lingkungan sekolah yang mendukung dan teman-teman 
yang baik. Jika berharap dengan memukul perut dan menginjak orang dengan 
sepatu militer bisa membangun karakter bangsa dan menyelamatkan bangsa dari 
kehancuran moral dan spiritualitas kenapa nggak setiap sekolah dan rumah 
ibadah melakukan hal yang sama saja dengan IPDN??

maria


----- Original Message ----- 
From: "Jeni Putri" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, April 11, 2007 8:31 PM
Subject: Re: [mediacare] Re: Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka


Setuju, mbak, pada penuturannya.

Satu jiwa hilang sudah seharusnya bikin ribut, apalagi lebih dari 1.

Dulu saya pernah terima email kesaksian orang yang lari dari IPDN.
Sayang komputer saya dicuri orang, data hilang, sehingga cerita itu hilang
juga.

Kesaksian itu diberikan setelah Wahyu meninggal.

Memang ngeri ya.
Kalau ingat jaman perploncoan dulu, dari cerita-cerita, tujuannya cuma 1
supaya hormat ama senior.  Sakit jiwa.  Otoritas bukan dibangun dari otot
tapi dari teladan hidup.  Barangsiapa melakukan kekerasan, dia akan mati
karena kekerasan.

----- Original Message ----- 
From: "Liza Irman" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, April 12, 2007 7:08 AM
Subject: [mediacare] Re: Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka


> Pembelaan si Lae Kita ini terhadap IPDN 100% ngawur, mana ada sisi
> positifnya pembinaan senior sama junior dengan tendang pukul seperti
> itu, bahkan jika yang dipakai logika jaman batu sekalipun, jangankan
> manusia, kerbau sekalipun tidak layak dibina dengan cara seperti itu.
>
> IPDN lembaga pendidikan yang baik, iya kalau dinilai dari cara pikir
> dan cara pandang di masa berdirinya dulu, dimana masa itu n egara
> ini masih sepenuhnya di bawah hegemoni militer, di masa itu seluruh
> rakyat negara ini dicekoki dengan 'kepercayaan' bahwa militerlah
> yang paling hebat, militerlah yang paling unggul, yang bisa
> menyelesaikan segala masalah di negara ini hanyalah militer,
> anggapan  ini dipercayai bulat bulat baik oleh warga sipil, palagi
> warga militer.
>
> Jadi birokrat sipil yang rendah diri ini, karena nggak bisa jadi
> militer beneran jadilah bikin sekolah yang militer 'wanna be',
> hasilnya ya itu seklompok manusia yang sok militer tapi bukan
> militer....apa bagusnya produk begini, darimana asalny produk
> beginian bisa melahirkan pribadi-pribadi berkualitas untuk menjaga
> negeri ini dari kehancuran moral dan spiritual?.
>
> Kalau terjadi dekadensi moral di kampus-kampus umum , ada
> pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu
> direkam dalam ponsel/minidv dsb...itu sih urusan mereka sendiri,
> nggak ada kebijakan universitas yang menyebabkan itu terjadi, itu
> terjadi akibat hubungan bermasyarakat, dan duit mereka kuliah juga
> duit mereka sendiri, bukan dibayar negara jadi tanggung jawab juga
> ditanggung seniri oleh para mahasiswa itu.
>
> Beda dengan IPDN...kebijakan kampus ini yang mengumpulkan praja laki-
> laki dan perempuan dalam satu kompleks dan tidak memperbolehkan
> mereka keluar dari kompleks, mereka bergaul sesamanya saja dan ber
> seks ria sesamanya,ini akibat kebijakan kampus...jadi kampusnya
> salah, dan satu lagi...PRAJA IPDN itu dibayar oleh negara. jadi
> wajar orang-orang protes...karena mereka nggak dibayar untuk
> melakukan sex bebas.
>
> di negara ini juga banyak terlahir sarjana-sarjana berbagai bidang
> studi, namun kebobrokan dan bencana negara ini malah semakin parah;
> KORUPSI dan KOLUSI semakin menjadi-jadi terutama mereka yang duduk
> di parlemen (belakangan mereka mengusulkan pembekuan dana utk IPDN
> yang jangan2 malah dialokasikan bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana
> yang diakibatkan oleh para insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo)
> dan sampai saat ini tidak mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini
> memiliki sarjana pertanian lulusan Bogor yang tidak mampu memberi
> makan kepada rakyatnya, tapi malah mengandalkan impor beras dr
> negara tetangga.----> ini apa hubungannya dengan kekerasan di
> IPDN?...emang dengan dikerasi begitu bisa ngeberentiin lumpur
> Lapindo?, bisa swasembada beras?....si lae ini betul-betul sakit
> Jiwa.
>
> Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan
> penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff
> adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang
> mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN,
> tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah
> berada di rumah sakit agar tidak membusuk.----> Fitnah atau bukan,
> polisi udah mendapat bukti kalau jenazah itu memang di suntik
> formalin, tujuannya untuk menghilangkan bukti adanya kekerasan.
>
> Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan
> Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas
> karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya
> dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang
> selintas saja--->, Charles kamu ini memang jenis manusia biadab yang
> cocoknya hidup di Zaman Fir'aun dulu, bukan di zaman ini, nyawa
> manusia kau 'hanya' kan, kehilangan satu nyawa saja akibat arogansi
> semacam itu sudah lebih cukup bagi manusia beradab, tapi ini malah
> main statistik, satu nyawa yang hilang akibat kebiadaban seperti
> yang ditunjukkan praja-praja IPDN itu udah cukup untuk membubarkan
> sekolah itu.
>
> Wassalam
>
> Liza
>
>
>
>
> --- In [EMAIL PROTECTED], siauw ve <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> lha mendukung pengungkapan kasus ini secara tuntas sesuai hukum
> tapi malah sudah memvonis kalo formalin dan data jumlah korban yg
> disampaikan Inu adalah fitnah, logikanya dimana to mas ?
>>
>>
>> ----- Original Message ----
>> From: charles hutagalung <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: [EMAIL PROTECTED]
>> Sent: Wednesday, April 11, 2007 10:59:17 AM
>> Subject: Re: [mediacare] Ayah Pemukul Cliff Muntu, Minta Suaka
>>
>> Terkait dengan kasus kematian Praja Cliff Muntu, sebaiknya kita
> juga melihat sisi positif pembinaan praja senior kepada juniornya.
> Hal itu untuk memang diperlukan untuk penegakan disiplin dan belajar
> menghormati senior, selama masa kuliah hingga terbawa pada saat
> bekerja sebagai pamong di masyarakat, dengan demikian siswa diajari
> untuk tidak belagu dan menjadi slonong boy, tetapi pelaku teamwork
> yang baik.
>>
>> Peristiwa yang terjadi di IPDN sebenarnya juga terjadi di kampus-
> kampus lain, hanya tidak terdeteksi oleh media, atau yang menutup-
> nutupinya lebih canggih. IPDN menjadi sorotan publik karena IPDN
> merupakan badan pendidikan milik pemerintah yang pasti akan cepat
> menjadi sorotan publik.
>>
>> Bahwasanya IPDN adalah lembaga pendidikan yang baik juga tidak
> boleh kita pungkiri, tempat untuk melahirkan pribadi-pribadi
> berkualitas untuk menjaga negeri ini dari kehancuran moral dan
> spiritual.
>>
>> Mana pernah kita tahu bahwa saat ini terjadi dekadensi moral di
> kampus-kampus umum yang sebagai contoh kecil saja ada
> pelajar/mahasiswa suatu universitas berhubungan suami istri lalu
> direkam dalam ponsel/minidv dsb. Dari sini kita bisa melihat suatu
> hubungan antar mahasiswa yang terlalu kebablasan akan menjadi borok
> di masa yang akan datang dimana mereka akan terlibat di masyarakat.
>>
>> Contoh lain adalah di negara ini juga banyak terlahir sarjana-
> sarjana berbagai bidang studi, namun kebobrokan dan bencana negara
> ini malah semakin parah; KORUPSI dan KOLUSI semakin menjadi-jadi
> terutama mereka yang duduk di parlemen (belakangan mereka
> mengusulkan pembekuan dana utk IPDN yang jangan2 malah dialokasikan
> bagi mereka sendiri, Fuck!), bencana yang diakibatkan oleh para
> insinyur itu sendiri (i.e Lumpur Lapindo) dan sampai saat ini tidak
> mampu diatasi. Belakangan lagi, negara ini memiliki sarjana
> pertanian lulusan Bogor yang tidak mampu memberi makan kepada
> rakyatnya, tapi malah mengandalkan impor beras dr negara tetangga.
> Lebih parah lagi, kampus-kampus yang berbasis agama tertentu, malah
> melahirkan pribadi-pribadi yang fundamental dan berpemikiran sempit,
> sebagai contoh FPI, Anshor, HMI dan lain-lain yang lebih
> mengedepankan kekerasan dan pengeroyokan (Inilah ironi itu...!)
> Agama mengajarkan cinta kasih, tapi malah dinterpretasi lain dengan
> mengandalkan otot.
>>
>> Tuduhan kasus kematian Cliff Muntu yang juga dikaitkan dengan
> penyuntikan formalin untuk menutupi lebam-lebam pada jenasah Cliff
> adalah fitnah belaka, karena belum ada hasil penyelidikan yang
> mengarah ke sana. Barangkali saja tidak ada formalin di kampus IPDN,
> tetapi penyuntikan tersebut dilakukan pada saat Jenasahnya sudah
> berada di rumah sakit agar tidak membusuk.
>>
>> Disamping itu, sebagaimana telah diutarakan oleh Rektor IPDN dan
> Sekjen Depdagri, Progo Nurjaman, bahwa hanya ada 3 praja yang tewas
> karena penganiayaan selama masa pendidikan, angka yang lain hanya
> dikarang oleh Inu Kencana hanya berbekal foto dan gambar tayang
> selintas saja.
>>
>> Jadi saya mendukung penyelidikan yang tuntas dan obyektif bagi
> semua pihak, namun demikian saya tidak mendukung IPDN dibubarkan
>>
>> Sunny <[EMAIL PROTECTED] se> wrote:

Reply via email to