http://www.antara.co.id/arc/2007/4/19/ri-australia-sepakat-perangi-terorisme-lewat-kerjasama-intelijen/

19/04/07 12:05

RI, Australia Sepakat Perangi Terorisme Lewat Kerjasama Intelijen

Canberra (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan 
Bersenjata Australia (ADF) sepakat meningkatkan kerjasama dalam operasi 
kemanusiaan dan penanggulangan bencana, operasi pasukan penjaga perdamaian, 
hingga pertukaran informasi intelijen untuk memerangi terorisme.

Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara Panglima TNI Marsekal TNI Djoko 
Suyanto dan Panglima ADF, Marsekal Allan Grant (Angus) Houston, di Canberra 
sepanjang Rabu (18/4).

Djoko Suyanto kepada ANTARA mengatakan, dalam kerjasama kontra terorisme, kedua 
angkatan bersenjata mengambil porsi yang sangat strategis untuk mengatasi 
ancaman terorisme, namun tidak dalam bentuk aksi memerangi secara bersama-sama 
melainkan pertukaran informasi intelijen.

"Kita menjalin kerja sama dalam bentuk bukan aksi memerangi bersama tetapi 
bagaimana kita `sharing intelligent information( bertukar data intelijen, red) 
` dulu. Jadi, Asistel (TNI) sudah ke sini bulan lalu untuk 
menginisiate(memprakarsai, red) kerja sama bidang berbagai informasi 
intellijen," katanya.

Ketiga subyek kerjasama itu, kata Panglima Marsekal Djoko Suyanto, mengemuka 
dalam pembicaraannya dengan Marsekal Angus Houston dan pejabat lain di 
lingkungan Dephan Australia, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat Australia, 
Letjen P.F. Leahy dan Sekretaris Pembantu Pertama Urusan Kebijakan Luar Negeri, 
Stephany Foster.

Kedua pihak, katanya, berkeinginan untuk memperkuat ketiga kerjasama itu di 
masa mendatang tanpa mengensampingkan program kerjasama yang telah ada selama 
ini, seperti pertukaran siswa, saling kunjung perwira, serta latihan dan 
operasi bersama.

Selain itu, Djoko Suyanto mengatakan, kedua panglima juga mencoba untuk 
memayungi kerjasama antar matra (darat, laut dan udara) angkatan bersenjata 
kedua negara yang telah berjalan baik selama ini melalui semacam "joint 
statement" yang menekankan pentingnya kerja sama yang ada ditingkatkan.

"Masing-masing angkatan itu sudah menjalin kerja sama baik latihan, pendidikan, 
maupun pertukaran sejak lama. Sayangnya, tidak terwadahi secara formal di level 
atasnya, yakni antara saya, Panglima TNI, dan Australian Chief of Defence 
Force. Itulah yang coba kita formulasikan untuk mewadahi atau memayungi kerja 
sama antar angkatan tadi," katanya.

Menyinggung tentang tindak lanjut Perjanjian Keamanan RI-Australia yang juga 
dikenal dengan sebutan "Lombok Treaty", Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto 
mengatakan, apa yang dilakukannya selama kunjungan dua hari di Australia ini 
adalah bagian dari tindak lanjut Lombok Treaty itu dari porsi TNI.

Tindak lanjut di tingkat menteri luar negeri dan menteri pertahanan juga akan 
dan terus dilakukan, katanya. 

"Di level menteri pertahanan misalnya, mungkin diformulasikan `defence 
cooperation agreement (perjanjian kerja sama pertahanan). Saya tidak tahu kapan 
karena itu bukan di level saya. Itu nanti porsinya Dephan...," katanya.

Setelah pernyataan bersama dicapai, langkah berikutnya adalah bagaimana 
mendorong tindak lanjut semua kesepakatan yang ada di tingkat implementasi yang 
mengalir dari kebijakan menteri pertahanan kedua negara, katanya.

Selama kunjungan Panglima TNI di Canberra, ia antara lain didampingi Dubes RI 
untuk Australia dan Vanuatu, TM Hamzah Thayeb, Asintel Kasum TNI, Mayjen TNI 
Eddi Budianto dan Atase Pertahanan KBRI Canberra Marsekal Pertama TNI 
Kuswantoro.

Panglima TNI terbang ke Sydney dengan pesawat khusus Royal Australian Air Force 
(RAAF) yang lepas landas dari Pangkalan Udara RAAF Fairbain, Canberra, Kamis.

Selama di Sydney, Marsekal Djoko Suyanto mengatakan, ia akan melakukan 
kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri John Howard kendati belum pasti 
mengingat padatnya kegiatan perdana menteri.

Terus Menguat


Sebelumnya, Atase Pertahanan RI di Canberra, Marsma TNI Kuswantoro, mengatakan, 
hubungan militer kedua negara terus menguat dalam beberapa tahun terakhir.

Kedua angkatan bersenjata terlibat dalam latihan bersama dan saling mengirimkan 
perwiranya untuk mengikuti sesko dan lemhanas di masing-masing negara.

"Setiap tahunnya, kita mengirimkan masing-masing tiga orang untuk mengikuti 
sesko dan Lemhanas Australia (Defence Strategic Studies Course-red.). Selain 
itu, sebanyak 14 perwira TNI mendapatkan bea siswa dari Pemerintah Australia 
untuk melanjutkan studi magister bidang studi-studi manajemen pertahanan," 
katanya.

Terkait dengan peningkatan hubungan militer kedua negara, Angkatan Udara 
Australia baru-baru ini menyerahkan bantuan suku cadang Hercules C-130E senilai 
Rp2,8 miliar kepada TNI AU guna meningkatkan kemampuan TNI-AU dalam operasi 
bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana di Tanah Air.

Seperti termuat dalam informasi KBRI Canberra, disebutkan bahwa Indonesia dan 
Australia mengembangkan kerja sama pertahanannya sejak 1968 yang dimulai dengan 
program pemetaan di Indonesia.

Selanjutnya, pada dekade 1980-an, kerja sama tersebut diwadahi dalam suatu 
lembaga yang disebut "Indonesia-Australia Defence Cooperation Program" (DCP).

DCP ini memiliki kegiatan rutin setiap tahun berupa pertemuan yang dilaksanakan 
secara bergiliran di Australia dan Indonesia. Beberapa kerjasama yang telah 
dilakukan selama ini adalah Latihan Kartika-Kangaro (TNI-AD), Latihan Albatros 
(TNI AU) dan Latihan Kakadu, latihan Cassoary, Passex dan Latihan Cakrawala 
baru, serta pengadaan kapal patroli dan pesawat Nomad (TNI AL).

Kendati kerja sama militer kedua negara sempat terganggu akibat krisis Timor 
Timur tahun 1999 dengan dihentikannya seluruh kegiatan DCP kecuali program 
pendidikan, kedua pihak berupaya kembali memperbaiki kerja sama bilateralnya 
yang ditandai dengan penyelenggaraan pertemuan informal pejabat Dephan RI dan 
Dephan Australia tahun 2001.

Selanjutnya kerja sama pertahanan kedua negara kembali membaik, seperti dapat 
dilihat dari kegiatan-kegiatan bersama yang diselenggarakan Dephan, angkatan 
bersenjata dan satuan angkatan bersenjata kedua negara.

Beberapa kegiatan itu adalah dialog strategis pertahanan, penelitian dan 
analisis bidang intelijen, seminar keamanan maritim, manajemen konsekuensi dan 
kontra terorisme, dan seminar tentang pasukan penjaga perdamaian.(*)

Reply via email to