Prinsip;

Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring?
Bilakah engkau bangun dari tidurmu?
“Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi,
melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring”-
maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu,
dan kekurangan seperti orang bersenjata.



Kalau pengertian malas adalah berarti sekedar tidak melakukan aktifitas apapun 
yang bersifat produktif, kita mungkin tidak termasuk orang orang malas.

Tapi kalau kita mengacu pada standard orang orang jepang seperti tersirat dalam 
buku berjudul “rahasia bisnis orang jepang” (ann wan seng), dimana kemalasan 
berarti tidak bersungguh sungguh dalam bekerja dan menjadi maksimal dalam 
setiap potensi yang kita miliki, maka boleh jadi saya dan banyak diantara kita 
semua masuk dalam kategori pemalas.(maafkan saya untuk statement ini).

Salah satu faktor yang mungkin menyebabkan kita malas mengejar batas maksimal 
dari potensi terbaik yang ada dalam diri kita mungkin karena kita sudah berada 
pada zona nyaman dimana kita merasa posisi kita sudah cukup baik dibanding 
pesaing / orang lain, lalu kita ber-argument bahwa inilah saat kita untuk mulai 
menikmati buah dari kerja keras kita selama ini dan kita dengan skeptis 
memandang bahwa meninggalkan zona nyaman kita saat ini untuk kemudian terus 
berkompetisi dalam mengejar posisi no 1 dalam industri yang kita tekuni, akan 
membuat kita tidak akan pernah dapat benar benar menikmati hidup ini secara 
maksimal dan terjebak dalam lingkaran setan yang tidak pernah putus-putusnya.

Saya berpendapat, menikmati hidup dan berdisiplin dalam menjadi maksimal dalam 
potensi yang Tuhan sudah percayakan pada kita adalah 2 issue yang berbeda. 
Banyak sekali orang yang bisa maksimal dalam potensi nya dengan tetap menikmati 
hidup, dan ada banyak juga orang yang sebetulnya meng-kamuflase kemalasannya 
untuk terus bertumbuh dengan alasan  menikmati hidup.

Kitab suci secara extem mengajarkan bahwa adalah suatu dosa besar bagi mereka 
yg memutuskan untuk menyimpan dan mengubur talenta talenta yang dipercayakan 
Tuhan pada mereka dan tidak memperkembangkannya sebagaimana mestinya.

Lebih lanjut, Tuhan berjanji untuk menambahkan lebih banyak talenta talenta 
baru dan lebih besar kapasitasnya kepada mereka yang sudah terbukti setia 
mem-perkembangkan talenta yang dimilikinya saat ini.

Tapi untuk mereka yang malas mem-kembangkan talenta/bakat/potensi yang 
dipercayakan Tuhan padanya, selain mereka akan gagal dalam menikmati rencana 
Tuhan yang indah dalam hidupnya, mereka juga berpotensi untuk kehilangan 
talenta yang ada tersebut, karena Tuhan memandangnya sebagai orang-orang yang 
tidak setia dan tidak cukup layak untuk dipercaya.

Menurut saya, salah satu penyebab kemalasan adalah lingkungan / komunitas 
sekeliling kita. Bila kita ada didalam satu lingkungan/komunitas dan kita sudah 
merasa unggul didalamnya, lalu kita tidak berpindah ke lingkungan / komunitas 
yang lebih hebat lagi, maka disitulah benih benih kemalasan mulai bersemi.

Tapi apabila sesudah kita merasa unggul dalam satu komunitas / lingkungan dan 
segera berpindah ke komunitas yang jauh lebih hebat lagi dimana kita merasa 
kecil didalamnya dan secara positif muncul desakan perasaan dalam diri kita 
untuk terus berkompetisi dan memaksimalkan semua potensi terbaik kita, maka 
benih benih kemalasan itu tidak akan sempat tumbuh, karena tertutup oleh 
semangat juang untuk tidak menyerah.

Dulu pada waktu saya di college, saya pernah punya teman yang punya kebiasaan 
untuk selalu makan siang di pusat kota, ditengah keramaian lalu lintas 
professional, tepat di jantung CBD Sydney. (kampus saya memang juga terletak di 
pusat kota Sydney).

Ketika saya tanya kenapa dia tidak pernah makan siang bersama-sama teman teman 
yang lain di kafetaria kampus atau restaurant disekitar kampus dan memilih 
menyendiri di pusatnya para professional, dia bilang:;” saya merasa tidak ada 
apa-apanya ditengah kerumunan orang orang yang berjalan cepat ini, hanya saja 
saya percaya kalau saya punya potensi untuk bisa lebih baik dari mereka semua 
suatu saat kelak baik dalam hal pencapaian maupun penampilan.
Hanya dengan melihat mereka setiap siang beraktifitas, sudah membuat motivasi 
saya terbakar dan menyala-nyala.”

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, karena saya lepas 
hubungan setelah selesai kuliah, hanya saja percakapan saya yang singkat itu 
sangat membekas sekali didalam hati saya dan memberkati sekali sampai saat ini.




Tuhan memberkati orang orang yang gigih dan tidak pernah menyerah.

-wishnu iriyanto-
       

Kirim email ke