Dua orang teman saya asal Timur Tengah (Oman dan salah
satu negeri kecil lainnya di Afrika yang berbasis
Muslim), di suatu kampus Australia bersama dengan saya
berdebat dengan penuh tawa-canda, lepas dari
asumsi-asumsi yang dipompa media dan pemain-pemainnya.
Seorang memuji Indonesia dengan sistem pembangunannya.
Yang satunya (yang dari Oman) menolak, sebab  (dia)
tidak percaya bahwa sebuah nasion dapat dibangun dan
diteguhkan eksistensinya berasaskan suatu sistem.
Alasannya dia lebih percaya bahwa bukan sistem, tetapi
ras yang menentukan arah atau bahkan kekuasaan di
dunia ini.

Sampai sekarang saya terkesan amat dalam dengan
diskusi internasional itu. Saya selalu teringat
diskusi yang penuh canda tawa namun bersubstansi
penting itu, setiap issue-issue  Israel atau issue ras
lain  masuk ke dalam suatu perbincangan yang
bersangkut-paut dengan Indonesia sebagai suatu nasion.
 

    
  


--- Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> SUARA MERDEKA
> Sabtu, 28 April 2007
> 
> Mencermati Kehadiran Israel di Bali
>   a.. Oleh Tedi Kholiludin 
> JIKA tidak ada aral melintang, puluhan anggota
> parlemen dunia akan mengadakan pertemuan
> internasional (Inter-Parliamentary Union/IPU) di
> Hotel Bali International Convention Center (BICC)
> Nusa Dua, Kabupaten Badung, 29 April-2 Mei 2007.
> 
> Pilihan Bali sebagai tuan rumah pelaksanaan IPU,
> menurut Sekjen DPR, Faisal Jamal, didasarkan kepada
> dua pertimbangan, yakni secara politis dan ekonomi.
> Secara politis, penyelenggaraan IPU akan mampu
> meningkatkan citra pemerintah Indonesia di dunia
> internasional, bahwa Indonesia pantas dan siap
> menjadi tuan rumah event internasional. Adapun
> menyangkut ekonomi, kegiatan bertaraf internasional
> senantiasa akan memberi keuntungan dan membantu
> perekonomian masyarakat Bali. 
> 
> Jumlah delegasi yang akan hadir di Bali mencapai
> 1.500 peserta, berasal dari 148 negara. Acara itu,
> direncanakan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang
> Yudhoyono pada 29 April besok.
> 
> Banyak hal yang diagendakan dalam petemuan tersebut.
> Di antaranya di tengah-tengah pertemuan pada 1 Mei
> nanti, 30 anggota parlemen dari ratusan peserta akan
> ke Lombok untuk menyaksikan dari dekat kondisi
> penanganan kekerasan terhadap anak-anak.
> 
> Dengan bahan itulah, para anggota parlemen dunia
> tersebut akan menjadikannya sebagai isu yang patut
> masuk dalam perdebatan pembahasan. Implikasi positif
> yang ditimbulkan sangatlah besar. Hal tersebut akan
> sangat memengaruhi perhatian dunia internasional,
> bahwa permasalahan kekerasan terhadap anak di dunia
> perlu mendapatkan perhatian serius. Namun, belum
> juga pertemuan digelar, pro-kontra sudah mulai
> bermunculan. Hal itu bermula ketika wakil parlemen
> negara Israel juga diundang dalam pertemuan
> tersebut. Hal itu sontak menimbulkan pro dan kontra.
> 
> Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin
> menyatakan, Muhammadiyah secara tegas menolak
> rencana kedatangan wakil parlemen Israel. Penolakan
> itu dilakukan karena Indonesia tidak memiliki
> hubungan diplomasi dengan negara Yahudi tersebut.
> Walaupun Indonesia hanya sebagai tuan rumah dan
> bukan pengundang, namun seharusnya pemerintah
> Indonesia dan DPR menolak rencana kedatangan utusan
> parlemen negeri zionis itu.
> 
> Melecehkan Pergaulan
> 
> Anggota Kaukus Parlemen untuk Palestina, Al Muzammil
> Yusuf menyerukan hal serupa. Ia menilai, selama ini
> sikap parlemen Israel telah melecehkan tata
> pergaulan internasional dan melecehkan keberadaan
> IPU sebagai wadah terhormat parlemen dunia. Sikap
> pelecehan tersebut harus dibalas dengan pelecehan
> yang setimpal (Suara Karya, 19 April 2007).
> 
> Pernyataan berbeda diungkapkan oleh salah satu ketua
> Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Agil
> Siradj. NU, kata Said, tetap menyambut baik
> kedatangan parlemen Israel. Menurut Said, NU akan
> mendukung siapa pun yang mempunyai iktikad baik
> membantu proses perdamaian di Timur Tengah, termasuk
> rencana kedatangan parlemen Israel di Bali.
> 
> Panitia penyelenggara hajatan tersebut adalah
> parlemen dunia. Itu tentu akan membuat kesulitan DPR
> RI untuk menolak Israel. Kalaupun akan tetap
> melancarkan penolakan, maka harus ada reasoning yang
> tepat sebagai argumentasinya. Hal itu yang akan
> membuat wakil parlemen dari negara-negara lain
> menerima keberatan Indonesia saat menolak Israel. 
> 
> Jika Israel tetap bersikukuh untuk hadir dalam
> pertemuan itu, parlemen dunia seharusnya bisa
> menekan negara itu soal pembebasan ketua dan anggota
> Parlemen Palestina yang saat ini masih ditahan.
> Israel harus membebaskan pimpinan Parlemen Palestina
> yang diculik, yaitu Abdul Aziz Dweik, beserta 28
> anggotanya. Israel juga harus melepaskan 11 mantan
> menteri dan pejabat Palestina yang ditahan lebih
> dari setahun oleh negara tersebut.
> 
> Syarat itulah, yang harus dipenuhi oleh Israel. Jika
> tidak, Indonesia bisa meyakinkan kepada parlemen
> dunia bahwa Israel tidak memiliki komitmen untuk
> menciptakan perdamaian dunia. Indonesia, sebagai
> tuan rumah, tentu memiliki kapasitas untuk
> menyuarakan hal itu. Bagi bangsa Indonesia, konflik
> Israel-Palestina tentu cukup menyita perhatian.
> Harapannya, konflik tersebut bisa segera
> diselesaikan dengan menghadirkan win-win solution
> bagi keduanya.
> 
> Sikap Israel yang keras kepala, tentu akan semakin
> membuat panjang kebencian negara-negara dunia.
> Pembebasan tahanan anggota Parlemen Palestina akan
> menjadi salah satu jalan keluar untuk menunjukkan
> komitmen Israel.
> 
> Dengan begitu, kehadiran Israel benar-benar
> dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk menciptakan
> perdamaian mondial. Semoga saja.(68)
> 
> --- Tedi Kholiludin, aktif di Lembaga Studi Sosial
> dan Agama (El
> 


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke