> Harry Adinegara <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Yang jadi pertanyaan dalam hatiku dan semua yang tahu dan menyelami > kenyataan di Indonesia, kenapa para Islam moderat tidak menyuarakan > suara hatinya yakni ...bahwa negara ini patut dipertahankan > reputasinya sebagai negara Pancasila.
Umat Islam di Indonesia khan sudah menunjukkan jati dirinya melalui pemilu, dan jelas bahwa di Indonesia umat Islam yang setuju mendirikan negara Syariah hanya kurang dari 10%. Dan jumlah persentase ini membuktikan bahwa mereka minoritas sejak berdirinya negara RI ini. Urusan menyuarakan sekuler secara terbuka tentunya menakutkan meskipun sesama umat ancaman jiwa tetap tak bisa dihilangkan. Bagaimana nasibnya umat Islam Ahmadiah hingga sekarangpun masih merana. Mereka syah untuk dibakari mesjidnya dan halal untuk dijarah harta benda umatnya. Hal ini hanyalah disebabkan duduknya tokoh2 fundamentalist dalam posisi pemerintahan tanpa dukungan grass root dibawahnya. Mungkin hal ini juga disengaja, mengingat bahwa niat Amerika sejak dari zaman Bung Karno ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam yang memusuhi Amerika. Kalo hal ini terjadi, pengusaha2 Amerika berlipat ganda keuntungannya, karena bisa membeli minyak dibawah tangan tentunya dengan harga pasaran gelap yang benar2 terbanting tak bisa bangun lagi. Kalo RI dan Amerika bisa bermusuhan, bisalah dibayangkan pasaran gelap akan merajalela yang artinya pengusaha2 swasta bisa bayar pajak kepemerintah Amerika lebih banyak katimbang hubungan resmi yang terbuka. Lebih dari pada itu Indonesia dengan Syariah Islamnya menjadi negara yang tergantung kepada negara lainnya. Lalu adakah ide anda yang lebih baik daripada menjadikan Indonesia negara Syariah dalam proses menghancurkan negara ini disegala bidang??? Jelas untuk menghancurkan Indonesia selamanya tidak ada yang lebih baik daripada menjadikan negara ini menjadi negara Syariah sehingga tetangga2nya akan menjadi risih, ancaman meningkat, dan Amerika jadi makin dibutuhkan oleh semua pihak. GOD BLESS AMERICA !!! Ny. Muslim binti Muskitawati.