Menurut saya sebaiknya rating tidak di ukur secara kuantitas tetapi secara KUALITAS. Perlu diperhatikan bawasannya tanggungjawab sosial media adalah nomor satu, titik!
--- Budi Suwanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Buat saya, rating is bullshit! Jadi perusahaan > pembuat rating ya perusahaan "bullshit". Maaf > banget, saya sangat kasar dan emosional. Karena > urusan rating ini, program-program TV kita banyak > yang tidak berbobot, bahkan cenderung merusak. > Rating adalah "dewa uang" bagi PH dan stasiun TV. > Masih ingat sinetron "TERSANJUNG"? Menjadi > berpanjang-panjang dan tidak masuk akal, karena > menurut "rating" cukup bagus ya diperpanjanglah. > Saya masih ingat juga, betapa "sengsara"-nya ANTV > masa lalu. Lantaran tak mau "bermitra" dengan > perusahaan rating (baca : AC Nielsen). Walaupun > FTV-nya sangat bagus, tak ada iklan. Karena tak ada > iklan, ya matilah! > Rating, yang notabene tak diketahui publik > bagaimana teknik/cara menentukannya, bagi saya > seperti "remote", "lentera" di dalam gua, yang > dipegang oleh orang "iseng" yang tak punya beban > terhadap dampak buruknya tayangan TV. > Saya malah punya dugaan kuat, AC Nielsen memang > punya "misi" menghancurkan bangsa-bangsa di negara > berkembang melalui "nuklir rating". > > > tjap_toen <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > barusan saja, saya menonton "republik > mimpi"nya effendi gazali. > Jarwo Kuwat berkata,"kita(pemerintah) jangan mau > dikendalikan sama > rating",,,, > > kata2 itu keluar, karena pemerintah (mereka) sangat > terpengaruh oleh > isu2 yang dikeluarkan media,,media sngat menentukan > langkah apa yg > akan mereka ambil nantinya,, > > harusnya pernyataan "media mempengaruhi sebuah > negara" bukan hal yang > baru. sudah lama, politikus berpendapat bahwa media > adalah kekuatan ke > kaki ke empat dalam menopang negara,,, > > tapi, masalah rating dalam media masih membingungkan > saya,,, > > dalam Mass Communication Theory, McQuail pernah > bilang, "rating sangat > mempengaruhi isi media"..begitu juga pembicaraan > yang terlontar > diantara teman2..acara yang berating tinggi akan > terus dipertahankan, > boleh diulang, dan terus dibuat sekuelnya, [ingat > sinetron > tersanjung?],,,meski tidak mendidik, pengusaha > televisi akan mengambil > untung dari iklan. > > sampai suatu hari, saya mendengar ucapan teman dari > televisi. > menurutnya, tidak ada kaitannya antara rating dan > sebuah program > televisi. rating hanya patokan yang dibuat untuk > para pengiklan. > pemodal besar [pengiklan] hanya mau memasang iklan > mereka pada acara > dengan rating tinggi. > > asumsinya, rating tinggi menunjukkan tingginya > jumlah penonton. dengan > begitu, uang yang mereka keluarkan untuk beriklan > tidak sia2. > sayangnya, pengamat televisi [akademisi] tidak lagi > percaya pada > sebuah perusahaan riset tunggal pembuat rating. > karena data yang tidak > akurat dan sample rumah2 yang itu2 saja. > > lalu, saya sempat ingat, ada pengamat komunikasi > yang ingin membuat > Media Survey Research tandingan AC Nielsen.kata > teman, sebenatnya bagi > pekerja media, siapa yang membuat survey rating > tidak masalah. yang > jadi masalah adalah perusahaan besar yang ingin > beriklan hanya percaya > pada hasil survey perusahaan riset tunggal itu. > > lalu, bagaimana pendapat Anda? > > > > > > > --------------------------------- > Lelah menerima spam? Surat Yahoo! mempunyai > perlindungan terbaik terhadap spam. > http://id.mail.yahoo.com/ ________________________________________________________ Sekarang dengan penyimpanan 1GB http://id.mail.yahoo.com/