"Titenanan ya, mbesuk ana mbibis susur kali, kuwi tandane jaman ora adil, amerga, kali ora ana iwake nanging isa di jupuk duwit'e "
Jepara-Komunitas, "..Lihat nanti, besok jika ada Blibis susur sungai, itu tandanya zaman tidak adil, karena sungai tidak ada ikannya tapi bisa di ambil jadi uang… ini merupakan petiten jawa yang sangat di yakini oleh sebagian besar masyarakat Jepara khususnya Desa Sumosari Kecamatan Batealit. Meskipun tidak cukup jelas dari mana asal usul pepatah itu, namun warga percaya bahwa penderitaan yang sedang mereka alami saat ini adalah pertanda bahwa jaman (ketidakadilan) itu sudah datang Rusaknya hutan lindung di Alas Tuwo dan hutan kawasan Muria, mereka yakini sebagai penyebab utama dari bencana banjir bandang, kekeringan, kerusakan lahan dan juga konflik ikutan karena rebutan sumber daya alam yang jumlahnya makin terbatas. Pembalakan Liar Sejak tahun 80-an, kawasan hutan lindung Gunung Muria, mengalami kerusakan karena pembalakan liar. Pembalakan besar-besaran terjadi mulai tahun 1997 hingga sekarang, dan diperkirakan lebih dari 95 % kondisi hutan rusak dan sisanya kritis. Berdasarkan data riset LSKaR dari berbagai sumber, tercatat di tahun 2005, 21.516,406 Ha hutan di Jepara yang terdiri dari 17.562,271 Ha hutan negara dan 3.954,135 Ha perkebunan negara sekitar 17 ribu Ha lebih dalam kondisi rusak dan sisanya kritis. Proses pembalakan liar yang di duga kuat melibatkan pengusaha sebagai pemodal, masyarakat sebagai pelaksana dan oknum aparat pemerintahan ini, telah berpengaruh turunnya debit sumber sumber air, serta berubahnya dataran tinggi basah menjadi dataran tinggi kering. "Kondisi Hutan Gundul di Desa Sumosari Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara saja, lebih dari 80% dari luas hutan di desa tersebut, atau sekitar 600 ha dari 760 ha luas hutan. Kondisi ini telah mengakibatkan tanah longsor, banjir bandang dan matinya sumber air. Jika kondisi ini di biarkan, ancaman bencana bagi petani di desa Somosari pasti semakin meningkat" kata Ahmad Makhali SE, Community Oganizer Lembaga Studi Kesetaraan Aksi dan Refleksi Jepara. Wilayah Penyangga Pertanian Desa Sumosari merupakan salah satu kawasan penyangga kebutuhan air bagi pertanian di wilayah Jepara bagian selatan. Sungai Bakalan dan sungai Setro yang merupakan hulu sungai-sungai yang di gunakan untuk mengairi lahan pertanian di kecamatan Mayong, Pecangaan, Welahan sampai ke Kecamatan Kedung. Maka bisa di mengerti jika kerusakan di wilayah ini berdampak langsung pada penurunan produksi padi di Jepara setiap tahun karena problem air dan berubahnya lahan pertanian. Selain, masalah penggundulan hutan, adanya aktivitas penambangan bahan galian golongan C (batu dan pasir) yang dilakukan di sungai Bakalan dan sungai Setro desa Sumosari, kecamatan Batealit juga memperparah kerusakan lingkungan. "Mereka menggali, menambang, mengangkut hampir 150 dump truk galian C per bulan. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak memperhatikan lingkungan dan bahkan tanpa ijin", jelas salah seorang warga, Zahron. Banjir bandang yang terjadi di desa Sumosari, Februari 2007, di duga sebagai dampak dari hutan gundul dan galian C. Bencana ini telah menghancurkan 45 ha sawah yang siap panen atau menghilangkan sekitar 202,5 ton gabah kering. "Jika nilai produksi sawah per hektar 4 ton, maka kerugian petani setara dengan Rp. 3 Milyar" lanjut Mahali. Selain itu, banjir bandang juga telah menghancurkan16 bendung (cek dam) petani yang di perkirakan mengairi lebih dari 400 Ha lahan pertanian, serta memutuskan jembatan utama yang menghubungkan dukuh Kedawung dan Sewengen. "Anak-anak kami harus berjalan tiga kilo meter ke sekolah, karena kendaraan tidak bisa lewat". Kata seorang warga Kedawung. Menanggapi kondisi yang demikian, Saadullah, petani warga Somosari mengatakan bahwa masyarakat mau melakukan perlawanan, tapi masih khawatir dampaknya. "Karena hutan-hutan gundul, sungai diambil batu dan pasirnya, menyebabkan adanya kekeringan dan berkurangnya sumber mata air. Bahkan banyak belik yang mati. Sumur-sumur warga banyak yang mengering. Dan, pemerintah tidak tegas terhadap pelaku kerusakan lingkungan di Sumosari. Masyarakat mau melakukan perlawanan, tapi nanti dampaknya itu yang kita khawatirkan. Padahal petani dirugikan karena tidak dapat mengairi lahan pertanian mereka" Terangnya pada Koran Komunitas. "Kekahwatiran warga ini beralasan, karena satu bulan setelah petani melakukan hearing ke pemerintah, aktifitas penambangan di Somosari masih berjalan. Padahal empat dari enam penambang tidak mengantongi ijin. Bahkan mereka semakin meningkatkan eksploitasinya, seolah olah ingin menunjukkan kepada petani bahwa mereka kebal dari hukum." terang Makhali. Lebih lanjut, CO LSKaR Jepara ini mengatakan, " Dari perhitungan masyarakat saja, sudah ada ± 100 ha areal sawah di sekitar sungai yang diambil pasir dan batunya, sehingga terjadi pelebaran sungai dari 10 m menjadi 25-35 m. " Dikonfirmasi masalah penggalian bahan galian golongan C dan penggundulan hutan di kecamatan Batealit, drh. Hermin Supriyanto, MM Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pertambangan dan Energi Jepara menjelaskan bahwa persoalan tersebut merupakan masalah krusial. Karena melibatkan petani dan penambang yang sama-sama punya kepentingan ekonomi. Jika pengambilan kebijakan tidak tepat, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah baru. Ia juga menjelaskan bahwa masalah tersebut sudah pernah dibicarakan dengan komisi A dan B DPRD Jepara. Selanjutnya akan ada dengar pendapat antara petani, penambang dan dewan. "Saat ini, kami sedang memilah-milah masalah penambangan di Batealit. Mana yang masih boleh ditambang dan mana yang tidak. Kita sudah hearing dengan dewan komisi A dan B, dan mereka akan melakukan dengar pendapat dengan penambang dan petani. Sehingga nantinya penyelesaian masalah ini tidak merugikan salah satu pihak". Katanya kepada Koran Komunitas. Harapan untuk kembali melihat desa dengan kondisi alam yang indah, damai dan mampu memberi kesejahteraan penghuninya harus di perjuangkan lebih keras, tidak hanya oleh segelintir orang tapi oleh semua pihak.(red) -- KORAN KOMUNITAS media informasi dan komunikasi antar komunitas Alamat Redaksi : Jl Menur 38 Salatiga - Jawa Tengah - Indonesia Telp/fax : 0298-327719 -- Jika mau berlangganan silakan kontak alamat redaksi atau via email di sini. Web: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Klik: http://mediacare.blogspot.com atau www.mediacare.biz ==================== Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/