Salam,

Saya tersinggung kalau disebut tak menghargai keragaman. Itu kalau
saya termasuk yang Anda maksud. Karena saya sangat menghargai
keragaman, kebhinekaan.

Masuknya saya di milis adalah dengan kesadaran akan adanya
keragaman, khususnya keragaman berpendapat.

Kalau Anda mendefinisikan keragaman dengan menyetujui semua pendapat
Anda, jelas Anda keliru.

Jujujur sebenarnya saya mau menetawakan posting Anda, karena menurut
saya berita yang Anda posting mengada-ada.

Kalau orang Cina/Tionghoa yang tinggal di Indonesia diminta membaur
dan memahami budaya Indonesia, demikianlah sepatutnya muslim yang
tinggal di Australia. Cina/Tionghoa tidak bisa jadi pegawai negeri,
masuk tentara, dan mereka sadari, meski kebijakan itu masih perlu
diperdebatkan. Mereka berjaya di bidang lain.

Masuk kandang singa mengaum, masuk kandang kambing mengembik, begitulah
kata pepatah.

Akan halnya yang Anda posting adalah upaya pemaksaan hak, tanpa
mempertimbangkan dan menghitung kewajiban. Anda mengira muslim pakai
jilbab, maka seluruh dunia harus menerima muslim yang berjilbab di
bidang apa pun, di mana pun.

Orang katholik juga berjilbab. Dan mereka tidak macam-macam. Tidak
menimbulkan keresahan, bahkan di negeri mayoritas muslim pun. Atau
di mayoritas kristen. Tidak memaksakan diri masuk lapangan kerja,
apalagi militer.

Khususnya di Indonesia, perempuan berjilbab adalah perempuan yang
mendapat hidayah lebih tinggi dibanding perempuan muslimah umumnya,
dan dengan itu dia mengambil jarak lebih jauh dengan banyak
kegiatan "duniawiah".

Banyak hal yang tak bisa dilakukan perempuan yang berjilbab: Tidak
bisa dugem, tidak bisa ngafe tengah malam, tidak bisa pamer emosi di
sembarang tempat, tidak bisa main sinetron dengan adegan peluk-
pelukan dan mesra-mesraan dengan pria lain, tidak bisa jadi SPG
produk otomotif yang mengharuskan SPG-nya pakai rok mini, tidak bisa
kerja di karaoke, dan banyak hal lain.

Jadi, untuk perempuan berjilbab tahu dirilah.
Jangan asal menuntut. Apalagi di negeri orang.
Dan yang mau membela perempuan berjilbab, juga lihat-lihat
Banyak menimbang-nimbang
Jangan berkacamata kuda!

Jangan dikira saya tidak respek sama wanita berjilbab
Ibu kandung saya berjilbab,
di kantor ada 2 sahabat saya yang berjilbab
Dia jadi penerjemah dan sekretaris.

Wassalam,


Dimas.






--- In mediacare@yahoogroups.com, "Wido Q Supraha" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
>
>
> Beberapa komentar terkait jilbab sepertinya memang berasal dari
orang-orang
> yang tidak menghargai keragaman, dan selalu menganggap bahwa
jilbab hanya
> sebuah simbol yang bisa dilepas kapanpun dan dimanapun. Memang
sungguh
> menyedihkan cara-cara berfikir instan seperti ini.
>
>
>
> To mbak Adiati (Female Online), masalah akan kena duri dll., itu
hanya
> masalah teknis, dan pakaian bisa disesuaikan dengan kebutuhan
teknis, kalau
> mbak mau lihat contohnya, saya bisa berikan contoh-contoh wanita
polisi
> iran. To mbak Ati Gustiati, mbok jangan keluar dari substansi
berita dong
> ah, sampai bawa-bawa AK dan cerita-cerita bunuh orang, udah hari
gini gitu
> loh, masih suka kesana-kemarin kalau komentar. To bang Dimas,
kalau ada
> memang berjiwa pemimpin yang mengayomi keragaman, sepertinya anda
jangan
> sering-sering tertawa HAHAHA, tapi sering-seringlah dekat dengan
masyarakat
> yang menginginkan penerapan HAM pada arti sesungguhnya bukan HAM
sekedar
> menuruti kepentingan YAHUDI di saat-saat awal pembuatannya yang
memang untuk
> melegitimasi kepentingan YAHUDI.
>
>
>
> Wassalam,
>
> --wqs

Kirim email ke