22/05/2007 01:06 WIB 

Tradisi Ala IPDN di Pangudi Luhur

Indra Subagja - detikcom

 

Jakarta - Blastius Adisaputro (17) tak mengira kalau apa yang ditakutkannya
selama ini akan terjadi pada dirinya. Bayang-bayang kekerasan yang ada di
SMU Pangudi Luhur memang jauh-jauh hari telah didengarnya.

 

"Tradisi ini sudah ada sejak sekolah ini berdiri. Ini diwariskan, kelas satu
binatang, kelas dua manusia, kelas tiga raja, dan alumni dewa," kata siswa
kelas 1 E Blastius saat ditemui wartawan usai menanyakan kasusnya di Polres
Jakarta Selatan, Jl Wijaya, Jakarta Selatan, Senin (21/5/2007).

 

Blastius yang didampingi ayahnya Rudi mengaku perlakuan yang diterima murid
kelas 1, selama ini memang diterima pasrah tanpa ada perlawanan.

 

"Kalau main ke mal kita enggak boleh. Sedikit bergaya di sekolah juga
dilarang. Kalau melanggar kita bisa dibawa ke ruang eksekusi oleh senior dan
kena hukuman," tambah Blastius.

 

Berbagai hukuman yang biasa diterima siswa kelas 1 SMU favorit di bilangan
Jl Brawijaya, Jakarta Selatan ini adalah mulai dari dipermalukan di depan
umum hingga dipukul.

 

"Guru-guru sudah tahu ini, tapi senior cuma bilang guru bisa apa di sekolah
ini," imbuh Blastius.

 

Blastius kemudian menceritakan 45 menit yang menyeramkan pada 29 April 2007
pukul 00.30 WIB lalu itu. Blastius bercerita, sebelum kejadian itu dia
mendapat SMS dari seorang seniornya.

 

Pesan singkat mampir ke ponsel Blastius sekitar 28 April 2007 pukul 17.00
WIB. Bunyinya, Blastius harus datang ke sekolah untuk berkumpul bersama
seniornya pada pukul 22.00 WIB.

 

"Saya sengaja datang telat karena tahu akan seperti apa," ujar siswa
berambut sebahu dan tinggal di Bintaro ini.

 

Sesampainya di American Club lokasi di sekitar sekolah itu, yang biasa
menjadi tongkrongan anak kelas 1, Blastius lalu turun dari mobilnya.

 

"Saya dipanggil anak kelas 2 untuk datang ke tempat tongkrongan mereka di
warung somay Sur yang ada di depan sekolah," jelas Blastius.

 

Blastius datang ke tempat itu bersama seorang siswa kelas 3 bernama Surya,
teman main bandnya. 

 

"Saya sudah pesan sama Kak Surya kalau 15 menit tidak kembali saya langsung
dijemput, tapi Kak Surya ketiduran di mobil," urai Blastius.

 

Akhirnya setelah menghampiri seniornya, siswa-siswa kelas 2, Blastius
langsung disuruh duduk bersila di aspal, sedang seniornya duduk di trotoar.

 

"Saya ditanya kenapa tidak ikut kegiatan ekstra kurikuler fotografi lagi.
Terus saya diminta jadi mata-mata kelas 2, untuk melaporkan kalau ada teman
seangkatan saya yang bawa HP atau makanan dan minuman ke sekolah," tutur
Blastius.

 

Blastius menolak penawaran seniornya. Tak lama penganiayaan pun terjadi.
"Ada yang memukul saya dari belakang, mencubit paha saya, dan memukul saya
dengan botol," tegas Blastius.

 

Tak lama berlangsung, setelah 45 menit, Blastius meminta izin karena sudah
ditunggu temannya Surya yang notabene senior kelas 3.

 

"Akhirnya saya diizinkan pergi," imbuh Blastius.

 

Siswa kelas 1 E ini lalu pulang dan mengadukan peristiwa ini ke ayahnya
Rudi. "Saya langsung mengantarkan anak saya ke Polres untuk membuat laporan
dan visum ke RS Pertamina," ujar Rudy yang datang mendampingi anaknya.

 

Selepas kejadian itu Blastius kembali masuk, namun berbagai sindiran datang
kepadanya. "Teman-teman suka berkomentar, supaya saya keluar saja dari
sekolah ini kalau enggak kuat. Mereka kalau ketemu juga buang muka," timpal
Blastius.

 

Namun dukungan dari guru dan orang tua serta tekadnya untuk tetap bersekolah
di SMU PL membuatnya bertahan. "Guru konseling datang kepada saya dan
meminta saya tetap bertahan dan bersemangat," imbuh Blastius.

 

Sedang Rudy pun menyatakan tidak akan memindahkan anaknya dari sekolah itu
karena anaknya memiliki kemauan. "Keluarga yang menganiaya anak saya melalui
sekolah sempat mengajak bertemu, tapi saya tidak mau. Kejadian ini harus
diproses polisi," urai Rudy.

 

Namun menurut informasi, 4 orang siswa yang diduga sebagai otak pelaku
penganiayaan sudah dikeluarkan. Mereka dikeluarkan per 10 Mei lalu. Namun
Kepala sekolah Petrus Ponidi yang dihubungi detikcom untuk dikonfirmasi
tidak bersedia mengangkat telponnya. (ndr/aba)

 

Source :
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/05/tgl/22/tim
e/010630/idnews/783093/idkanal/10

 

Kirim email ke