Saya pribadi dalam melihat kondisi sekarang ini, rasanya kok justru DPR dan
DPRD yang sudah pada gak tahu diri. DPR sekarang ini kok merasa seakan-akan
mereka yang punya kuasa atas segalanya. Bahkan lebih berkuasa dibanding MPR.
Mau naik gaji, tinggal bikin UU sendiri. Perlu tunjangan tinggal putuskan
sendiri. Presiden dan lembaga pemerintah lainnya dalam mengambil keputusan
harus selalu diganggu oleh DPR dan DPRD. Memang sih kalau dalam konteks
mengawasi jalannya pemerintah ya bagus. Tapi kalau sudah semua hal harus
ikut-ikutan, ya gimana roda pemerintahan bisa berjalan dengan lancar ?
Sekarang dikit-dikit Presiden mau dipanggil menemui DPR. Memangnya Presiden
itu gak punya kerjaan, mesti datengin DPR trus duduk di dalam ruang rapat
seharian ? Padahal kita semua tahu DPR kalau di ruang rapat juga gak semua
hadir, dan yang hadir juga banyak yang cuma tidur.

Di daerah pun lebih parah. Anggota Dewan berlagak bagai raja. Semua
keputusan lembaga pemerintahan, harus ada tanda tangan anggota Dewan.
Alhasil, ya mulai berulah lah mereka ini. Sok -sokan mesti ikut campur
segala-galanya padahal juga gak ngerti apa apa. Kalau ada rencana pembelian
suatu barang dari luar negeri, pastinya anggota Dewan mau ditraktir ke luar
negeri untuk "Meninjau" dulu. Yang akhirnya total uang yang dipakai ongkosin
para Dewan yang biasanya pergi beserta "keluarga besar" mereka ini, ya lebih
mahal daripada harga barang yang mau dibeli.

Makin lama saya mengamati, kok semakin sependapat dengan Gus Dur kalau DPR
itu lebih baik dibubarkan saja. Atau kita memang sudah perlu mencari bentuk
pemerintahan yang baru ?  Soalnya keberadaan DPR dan DPRD saat ini kok ya
gak membuat keadaan lebih baik,dan malah lebih banyak menghambat kerja
pemerintah serta menghabiskan uang rakyat?

Regards,
Paulus T.


On 5/22/07, Wido Q Supraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



*Anggota DPR, "Kalau Menlu yang Datang, Usir Saja.."*



Selasa, 22 Mei 07 15:39 WIB



Rencana pemerintah untuk hanya menghadirkan Menteri Luar Negeri Hassan
Wirajuda dalam rapat interpelasi Iran, menuai kecaman anggota DPR.
Rencananya, Menlu Hassan Wirajuda akan datang menggantikan Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjawab pertanyaan DPR tentang sikap
pemerintah mendukung resolusi terhadap Iran.



"Tidak etis kalau Menteri Luar Negeri yang datang, kalau Menlu yang
datang, ya usir sajalah, serius, ini tidak relevan, " kata Anggota DPR
Fraksi PKS Soeripto di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (22/5).



Menurutnya, seharusnya Presiden menghormati hak-hak konstitusi, karena
itu, Presiden harus datang untuk memberikan penjelasan terkait dukungan
Indonesia terhadap resolusi DK PBB secara komprehensif.



"Menlu kan sudah pernah dihadirkan di Komisi I dan penjelasannnya tidak
memuaskan. Masak harus dihadirkan lagi, "ujarnya.



Soeripto menegaskan, jika Presiden benar-benar tidak datang, maka itu
artinya telah mengubah mekanisme demokrasi dalam TAP MPR.



Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menyatakan, masih
menunggu proses kelanjutan hak interpelasi soal nuklir Iran, sebab proses
ini masih dibahas secara internal oleh DPR.



"Interpelasi inikan masih proses internal di DPR, sebagai pemerintah kita
tunggu saja, kapan secara resmi DPR mengajukan surat kepada Presiden tentang
hal ihwal interpelasi, " tandasnya.(novel)



Source :
http://www.eramuslim.com/berita/nas/7522150500-anggota-dpr-kalau-menlu-datang-usir-saja...htm


Kirim email ke