Saya pernah terperanjat membaca pakar Barat yang cukup kagum dengan ekonomi 
Singapura, tetapi sekait sistim politiknya ditulis "tampak seperti Mafia yang 
diresmikan". Jadi sebetulnya cocok dengan substansi yang ada juga dinegara 
kita. Jadi sebenarnya kita pun tak usahlah terlalu kagetan dengan benang kusut 
itu. Hanya bagaimana cara mencari jalan keluarnya?
  Berdoa? Revolusi? Pemilu dan pilpres?
   
  Y R
  

IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Quote:
"..
Perjanjian bidang pertahanan, kata Presiden, merupakan kelanjutan kerja sama 
sebelumnya yang telah terjalin kokoh, namun cakupannya lebih luas, tepat dan 
dengan keuntungan lebih nyata.

Paling tidak, menurut Kepala Negara, Indonesia bisa mengetahui perkembangan 
teknologi militer modern yang dimiliki Singapura dan memanfaatkan fasilitas 
yang ada di negara itu. Selain itu, Singapura akan membangun infrastruktur 
di tempat latihan yang memakai wilayah RI. Pernyataan senada juga 
disampaikan Menhan Juwono.
.."

Dulu waktu publik belum paham apa sih isi perjanjian 'ekstradisi', sebagian 
pihak
tersenyum (bahkan mungkin bangga) telah berhasil 'memaksa' Singapura mendukung 
upaya ekstradisi.. Malah, bisa jadi ini akan menjadi 'prestasi' yang patut 
dibanggakan 
sebagai kampanye keberhasilan, suatu waktu kelak.. 

Kalau bagus, bos donk yang harus muncul (bahkan mengklaim).. Tapi begitu 
'ketahuan' jeroannya, giliran anak buah yang harus maju.. :-( 
Komentar yang saya tulis ini (bagus buat bos, jelek anak buah yang berkorban) 
rasanya pernah masuk ke milis ini.. Tapi mungkin waktu itu dicap sebagai sikap 
serba curiga-an atau apalah namanya..  Nyatanya, sampai saat ini belum ada 
perubahan.. sama saja.. mirip gaya ORBA..

CMIIW.. 

Wassalam,

Irwan.K

------
Oleh Ema Sukarelawanto
Kontributor Bisnis Indonesia

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A01&cdate=28-APR-2007&inw_id=522648

Akhir 'bulan madu' koruptor

Agaknya, para koruptor yang kabur ke Singapura bakal tidak tenang. Pasalnya, 
bulan madu sudah berakhir. Betapa tidak? Petinggi negara kota itu bisa 
menjamin pengembalian aset koruptor ke pangkuan Ibu Pertiwi karena Singapura 
memiliki peraturan pengembalian aset-aset seperti itu. Kerahasiaan bank 
bukan untuk melindungi kriminal.

Itu semua bisa dilakukan lantaran Indonesia dan Singapura telah 
menandatangani perjanjian ekstradisi yang berlangsung di Istana 
Tampaksiring, Gianyar, Bali, kemarin.

Rusa-rusa yang tengah menghirup udara di sore yang cerah di Istana 
Tampaksiring menjadi saksi dari tekad kedua negara. Sebuah perjanjian yang 
telah ditunggu-tunggu selama tak kurang dari tiga dekade, dan dikebut 
pembahasannya sejak dua tahun terakhir melalui sembilan kali pertemuan.

Penandatanganan perjanjian ekstradisi dilakukan Menlu Hasan Wirayuda dan 
Menlu Singapura George Yeo. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM 
Singapura Lee Hsien Loong ikut hadir menyaksikan dengan wajah berseri-seri.

Bersama perjanjian itu, ditandatangani pula kerja sama pertahanan kedua 
negara yang diteken Menhan Juwono Sudarsono dan rekannya dari Singapura, Teo 
Chee Hean. Sedangkan kerangka aturan tentang daerah latihan militer 
ditandatangani Panglima TNI Jenderal Djoko Suyanto dan Commander of Chief 
Singapura Desmond Kwek.

..
Perjanjian bidang pertahanan, kata Presiden, merupakan kelanjutan kerja sama 
sebelumnya yang telah terjalin kokoh, namun cakupannya lebih luas, tepat dan 
dengan keuntungan lebih nyata.

Paling tidak, menurut Kepala Negara, Indonesia bisa mengetahui perkembangan 
teknologi militer modern yang dimiliki Singapura dan memanfaatkan fasilitas 
yang ada di negara itu. Selain itu, Singapura akan membangun infrastruktur 
di tempat latihan yang memakai wilayah RI. Pernyataan senada juga 
disampaikan Menhan Juwono.

Ketika dimintai komentarnya saat tengah menikmati gerak-gerik rusa di 
halaman Istana Tampaksiring, Mensesneg Yusril Ihza Mahendra mengatakan 
perjanjian ekstradisi tersebut pada dasarnya serupa dengan yang telah 
diteken Jakarta dengan negara lain.

Namun, yang spesifik dari perjanjian esktradisi ini berlaku surut 15 tahun.

..
Tapi politisi Senayan tampaknya bersemangat menindaklanjuti. Buktinya, Theo 
L. Sambuaga, anggota DPR yang juga hadir di Tampaksiring, berjanji 
secepatnya meratifikasi perjanjian tersebut.

Kini, harapan banyak orang adalah kekayaan negara yang digondol ke Singapura 
bisa segera kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. ([EMAIL PROTECTED])


  On 5/23/07, HINU E. SAYONO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:             
  Pada awal tahun 1990-an, ketika berada di provinsi Riau, saya melihat banyak 
pilot dari angkatan Udara Republik Singapura berada di satu tempat di sana. 
Kebetulan saya ditemani seorang Kepala Kanwil satu Departemen yang kebetulan 
adalah adalah seorang perwira TNI-AD berpangkat Kolonel. 
   
  Ketia saya bertanya tentang keberadaan para pilot AU Republik SIngapura 
tersebut kepada temanku, dia menjawab dengan entengnya bahwa RI menyewakan satu 
daerah di provinsi Riau kepada AU negara tetangga tersebut untuk latihan 
menembak. 
   
  "Lho?", saya kaget bukan alang kepalang. 
   
  Ternyata sekarang hal itu ditingkatkan oleh Pemerintahan SBY-MJK dengan 
memberikan kesempatan kepada AU negara tetangga itu untuk latihan menembakkan 
peluru kendali. 
   
  Ditambah dengan "kelihaian" para pejabat Pemerintah dan para pedagang, pasir 
Indonesia dijual pula kepada Singapura, yang tentu saja menambah wilayah 
kedaulatan Republik Singapura dan, tentu saja, mengurangi wilayah kedaulatan 
RI. Konyolnya, bisnis pasir itu diizinkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemda.
   
   
   
   
  Singapura dan Hilangnya Kedaulatan Wilayah NKRI
   
  Media Indonesia Online  - EDITORIAL
  Rabu, 23 Mei 2007
   
   
  SINGAPURA hanyalah sebuah negara kota. Wilayahnya kecil, terbatas, sangat 
terbatas baik udara, darat, maupun laut.
   
  Namun, Singapura punya akal yang panjang dan cerdik sehingga bisa membuat 
yang mustahil menjadi berhasil, yang impossible menjadi possible, yang bulus 
menjadi mulus. Misalnya, daratannya yang terbatas menjadi bertambah luas berkat 
pasir dari Indonesia.
   
  Bukan hanya itu. Yang lebih fantastik adalah untuk kepentingan Angkatan 
Bersenjata Singapura, wilayah laut dan udaranya pun bertambah luas, sangat 
luas, karena mencakup pula wilayah laut dan udara Indonesia. Kok bisa? 
   
  Alkisah, adalah sebuah dokumen yang diterima Media Indonesia tentang 
perjanjian pertahanan (defence cooperation agreement) Indonesia-Singapura. 
Perjanjian itu ditandatangani Menteri Pertahanan RI Juwono Sudarsono dan 
Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean di Tampak Siring, Bali, 27 April 
2007 lalu. 
   
  Isinya sangat mengejutkan, sangat mengganggu patriotisme dan heroisme anak 
bangsa. Yaitu, Angkatan Bersenjata Singapura diizinkan menggunakan wilayah laut 
dan udara Indonesia untuk latihan menembak dengan peluru kendali (rudal) empat 
kali setahun.
   
  Jadi, berdasarkan perjanjian pertahanan itu, secara sah, resmi, mengikat, 
empat kali setahun, wilayah laut dan udara Singapura praktis bertambah luas 
karena termasuk pula wilayah laut dan udara Indonesia. Dalam bahasa yang lebih 
lugas, empat kali setahun, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah 
kehilangan kedaulatan wilayahnya, dikuasai secara resmi oleh Singapura untuk 
keperluan latihan membangun keperkasaan angkatan perangnya.
   
  Meminjam bahasa Medan dalam film Nagabonar 2, "Bengak kali kau Indonesia." 
Bengak, alias tolol, bodoh, goblok. Bukan cuma bengak kali, melainkan juga 
sekaligus sangat memalukan.
   
  Memalukan, karena bangsa ini kehilangan kemampuan mengatakan tidak kepada 
negara tetangga yang kecil. Memalukan, karena dengan sadar, negara besar yang 
kemerdekaannya direbut dengan patriotisme dan heroisme dari penjajah ini 
bertekuk lutut dengan gampangnya kepada negara kecil melalui perjanjian 
pertahanan yang bodoh itu. 
   
  Perjanjian pertahanan yang tolol itu harus segera dibatalkan. DPR harus 
menggunakan kekuasaannya untuk menekan pemerintah agar segera mencabut 
perjanjian pertahanan yang goblok itu.
   
  Seperti diketahui, konstitusi Republik Indonesia tegas mengatakan bahwa 
presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat membuat perjanjian dengan 
negara lain. Jadi, DPR bisa membatalkan perjanjian pertahanan 
Indonesia-Singapura itu. 
   
  Setelah mendapat banyak kritik dan kecaman, Menteri Pertahanan Juwono 
Sudarsono akhirnya mengatakan perjanjian pertahanan itu akan direvisi dan 
perbaikan ditekankan pada tingkat implementasi. Revisi itu akan dibicarakan 
dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR pada 28 Mei 2007.
   
  Revisi adalah satu hal, tetapi bahwa Menteri Pertahanan Republik Indonesia 
dengan sadar telah menyerahkan kedaulatan wilayah NKRI kepada Singapura 
tetaplah perkara yang bodoh dan memalukan. Itu menunjukkan semakin buruknya 
rasa cinta Tanah Air, semakin dangkalnya patriotisme dan heroisme, dan yang 
menyedihkan ialah hal itu dilakukan pejabat negara dengan kapasitas Menteri 
Pertahanan. 
   
  Singapura rupanya tidak hanya unggul secara ekonomi daripada Indonesia, 
tetapi juga lebih pintar mengakali, sehingga Indonesia dengan rela menyerahkan 
kedaulatan wilayahnya dipakai untuk latihan berperang.
   
  Hal yang sangat sulit dimengerti dan dimaafkan mengapa sampai terjadi.
   
  Ah, bengak kali kau Indonesia....
   
   
   
  
  
---------------------------------
  





  

         


       Choose the right car based on your needs.  Check out Yahoo! Autos new 
Car Finder 
tool.http://us.rd.yahoo.com/evt=48518/*http://autos.yahoo.com/carfinder/;_ylc=X3oDMTE3NWsyMDd2BF9TAzk3MTA3MDc2BHNlYwNtYWlsdGFncwRzbGsDY2FyLWZpbmRlcg--
 hot CTA = Yahoo! Autos new Car Finder tool

Kirim email ke