Rekan-Rekan yang Berbahagia:

Berikut adalah permohonan bantuan yang dialamatkan ke
saya oleh seorang rekan di internet yang, sebut saja,
bernama Mbak Susi. Saya belum pernah bertemu
dengannya, dan ini adalah kali pertama saya menerima
e-mail darinya. Nama dan data-data lainnya dari rekan
ini telah saya falsifikasikan, jadi saya tetap menjaga
kerahasiaan klien.


Kasus Rumah Tangga: E-mail dari Mbak Susi
-----------------------------------------

Selamat Pagi, Mas Leo:

Mohon maaf dengan datangnya e-mail saya ini. Setelah
saya membaca e-mail Mas Leo mengenai Mbak Vergie, saya
percaya Mas Leo bisa bantu permasalahan saya.

Saya sudah berkeluarga, menikah tahun 2006 yang lalu.
Saya (Susi) lahir tahun 1978 dengan suami (Deni) lahir
tahun 1980. Sebelum menikah kami baik-baik saja.
Tetapi setelah menikah, kami susah mendengar satu sama
lain. Entahlah, sebenarnya kami tidak ingin itu
terjadi, tetapi selalu terjadi, padahal waktu kita
hidup berjauhan 4 tahun sebelum menikah tidak pernah
ada masalah, kenapa setelah menikah banyak sekali
masalah? Perasaan saya yang sensitif sekali karena
berat menanggung beban hidup sendiri berjauhan padahal
sudah dikaruniai anak.

Pertanyaan saya:
1. Apakah sebenarnya kita tidak cocok?
2. Atau ada jalan lain yang lebih baik yang harus kita
   lakukan demi kebaikan rumah tangga kita?
3. Apa yang harus masing-masing lakukan?

Mohon bantuannya dengan sangat. Terima kasih atas
perhatian dan bantuannya.

Best Regards,
Susi

------------

Dan inilah BANTUAN VIRTUAL yang diberikan oleh
rekan-rekan lainnya di internet untuk Mbak Susi,
melalui e-mail yang dikirimkan ke saya:

Bantuan Virtual 1: Dari Mbak Lulu
---------------------------------

Mas Leo .....
 
Selalu menarik kasus yang anda sodorkan, ada banyak
hal yang terjadi setelah kita hidup dengan pasangan
kita dalam suatu ikatan rumah tangga, salah satu hal
yang amat rentan sekali adalah dengan mengerti dan
pahamnya perbedaan diantara pasangan tersebut, yang 
sebelumnya kita hanya mengetahui perbedaan itu hanya
dari kulit luarnya saja, istilah kasarnya sifat,
watak, tabiat dan kebiasaan pasangan kita akan dengan
jelas sekali kita ketahui.
 
Bagaimanapun juga ketidak cocokan, salah paham adalah
akibat dari perbedaan itu sendiri, berat dan memang
butuh kesabaran untuk bisa terima perbedaan
itu,belajar untuk memahami dan mengetahui letak
perbedaan itu adalah kunci dasar dalam berumah tangga
yang selanjutnya dengan saling paham kita bisa belajar
menerima perbedaan itu sendiri.
 
Mungkin dalam hal ini saya pribadi tidak bisa banyak
komentar, mengingat keputusan berumah tangga adalah
kesiapan kita menerima semua perbedaan pasangan kita,
sebagai salah satu konsekwensi kita memasuki salah
satu fase dalam kehidupan.
 
Best regards for Mas Leo
/Lu2

------------

Bantuan Virtual 2: Dari Mas BR
------------------------------

Dear Mas Leo,
 
Mungkin saya mo nimbrung dikit nich. 

Pertanyaan :
1. Apakah sebenarnya kita tidak cocok?

Kayanya ini bukan cuma sekedar masalah cocok atau
tidak cocok, tapi lebih kepada kurang keterbukaan satu
dengan yang lainnya. Kalo saya baca email dari Mbak
susi dia bilang selama 4 tahun sebelum nikah mereka
berdua hidup berjauhan tanpa ada pertengkaran. Justru
saya lihat masalahnya bermula dari sini. Karena kalo
pasangan yang baru penjajakan satu sama lain, berusaha
saling kenal, dan mereka hidup berjahuan maka
kemungkinan besar mereka berdua (salah satu dari
mereka) tidak/kurang terbuka satu sama lainnya. Dan
kurang komunikasi.
Apalagi kalo salah satu dari mereka orang yang
sensitif dan pasangannya mengetahui hal ini. Jadi yang
ada adalah orang yang sensitif tidak berani terbuka
karena takut pertengkaran, dan pasangannya karena
mereka hidup berjahuan maka lebih baik untuk tidak
menimbulkan pertengkaran yang membuat pusing.
Pada waktu mereka berjauhan mereka hanya memiliki rasa
rindu untuk bertemu satu sama lainnya. Jadi pada waktu
mereka berbicara mereka hanya melepas rindu tidak
mencari tau / menjajaki sifat dari pasangan mereka,
dan bila ada masalah mereka hanya menerima tidak
membahas atau mencari pemecahannya.
Akhirnya mereka bertemu dan tanpa mencoba saling
mengenal lebih dekat mereka memutuskan untuk menikah.
Pada saat2 pertama pernikahan mereka berdua merasa
sangat senang, walaupun salah satu dari mereka berbuat
yang tidak disukai oleh pihak yang lain mereka masih
bisa menahan (tanpa mencoba berbicara dan mencari
pemecahaannya) tapi lama kelamaan rasa tidak bisa
menerima itu menjadi semakin besar dan ini lah yang
membuat mereka seperti sekarang. (rasa tidak puas
terhadap pasangannya/rasa kecewa) dan akhirnya salah
satu dari mereka mencoba mencari pelarian.
 
2. Atau ada jalan lain yang lebih baik yang harus kita
lakukan demi kebaikan rumah tangga kita?
3. Apa yang harus masing-masing lakukan?
untuk no 2 & 3 jawabannya (dan ini yang tersulit) :
saya mengusulkan agar kedua belah pihak mencoba
mencari orang penengah yang mereka berdua bisa
percayai dan memiliki kebijaksanaan yang bisa
memberikan masukan/pemecahan yang bisa diterima oleh
kedua belah pihak. (dan yang utama adalah orang yang
mau didengar pendapatnya oleh kedua belah pihak) Dan
dihadapan orang tersebut kedua belah pihak harus
mencoba berbicara saling terbuka satu sama lainnya dan
membicarakan masalah apa saja yang mereka tidak sukai
terhadap pasanggannya. (kedua belah pihak harus saling
membuang ego yang berpendapat "saya benar").
 
semoga bermanfaat
 
BR

------------


Bantuan Virtual 3: Dari Rekan Hiung
-----------------------------------


Pak Leo, saya coba kasih sarankan berikut ini, mohon
bisa dicopy and paste dalam email Pak Leo

1. sampai kapanpun dua insan manusia tidak akan cocok,
pasti banyak perbedaannya. Mind set harus dirubah
bahwa dua manusia itu berbeda, terima perbedaan
pasangan anda dan jangan memaksakan pasangan anda apa
yang anda 
kehendaki

2. jangan terlalu mengharapkan apa yang menurut
pasangan anda harus lakukan terhadap anda

3. bukan masing-masing melakukan apa, tapi anda harus
melakukan bagian anda sebagai istri, jadilah istri dan
ibu yang baik. Jangan berharap terlalu banyak bahwa
anda bisa merubah pasangan anda.

hiung

Bantuan Virtual 4: Dari Rekan Katro
-----------------------------------

Mas Leo ,saya walaupun katro begini dan belum
nikah,ada yg saya bingung dari kasus ini,saya perlu
tau yg perempuan itu anak keberapa dan bgt juga yang
laki,dan asal mereka dari mana?apa ikut orang
tua?terus orang tua dari yang mana?perempuan kerja
dimana? juga yang laki kerja atau tidak dan kerja
dimana ?masalah apa yang membuat sensitif? hubungan
sexual bgm? saya baca sendiri berjauhan,maksudnya apa?
banyak data yang belum saya dapat dari kasus ini,kalau
sudah ada mungkin saya dapat bantu,krn saya belum
dapet yah saya minta tau dulu,agar tidak salah kasih
masukan.
sementara katro gilo hanya bilang ini kasus yang
aneh.........


Bantuan Virtual 5: Dari Saya Sendiri

Mbak Susi yang Baik,

Life is a process. I perceived that you are too
pessimistic. Terlalu pesimis menghadapi hidup ini.
Saya bukan bilang itu jelek, tetapi sebagai manusia
kita harus balance. Kalau terkadang pesimis, kadang
lainnya kita juga harus optimis. Pesimisme yang
diimbangi dengan optimisme akan menghasilkan
pragmatisme: suatu sikap yang pragmatik. Pragmatik
berarti praktikal. Dan praktikal berarti praktis.
Bersikap praktis berarti melakukan apa yang harus
dilakukan tanpa merasa perlu untuk berhandai-handai
dan recreate ulang kejadian-kejadian yang telah lewat.
Masa lalu tetaplah masa lalu. Tetapi hidup harus jalan
terus. Makanya: kita tetap hidup di masa sekarang. We
always live at the present. And from the present we
create our future. Always like that. The principle
runs like that.

Kalau ada yang tidak memuaskan di hari ini, pasti ada
juga sisi yang memuaskan bukan? Syukurilah sisi yang
memuaskan itu. Contohnya: tidak semua teman seumuran
Anda telah menikah; yang telah menikah, belum semua
telah memiliki anak. Nah, Anda telah menikah, dan
telah memiliki anak pula. Bukankah itu patut
disyukuri?

Dari rasa syukur yang sedikit itu, akan muncul rasa
syukur yang lain lagi. Demikian seterusnya sehingga,
tanpa Anda sadari, sedikit demi sedikit hidup Anda
akan penuh dengan ucapan syukur terhadap Yang di
Atas... Rasa syukur itulah yang akan membawa
keberlimpahan dalam hidup Anda. Kalau tidak bersyukur
terlebih dahulu, mana bisa hidup berkelimpahan? Dan
berkelimpahan itu bukan hanya dalam bidang materi lho!
Kelimpahan adalah kebahagiaan, hubungan yang harmonis,
yang nyambung, yang saling mendukung.

It all starts by giving thanks to YME.

All the Best,
Leo


Tentang Leo:
____________
Leonardo Rimba, adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
leonardo_rimba@ yahoo.com. Di internet, Leo dikenal
sebagai seorang pengamat fenomenon indigo, dan sering
diasosiasikan dengan Vincent Liong, the foremost
indigo kid in Indonesia... Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it!




Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke