selamat siang semuanya....

kalau dalam suatu kerusuhan massa, sepertinya sudah tidak memandang siapa dan 
apa serta bagaimana....
setelah terjadi, baru kemudian terjadi penyesalan.....
jika saya berasumsi berada pada posisi para marinir tersebut, saya juga 
bertindak tanpa melihat siapa demi keamanan diri saya sendiri juga... Tidak 
melihat lagi, siapa yang akan saya lawan. Karena jika tidak bertindak, tentu 
saya yang akan terbantai. Begituuuu.... Kalo meminjam istilah umum, "saya atau 
dia yang terbunuh"

Pembelaan diri tidak memandang siapa yang dilawan selama diri sendiri terancam. 
Itu sudah naluri manusia, mbak. Jika mbak pernah berada dalam kerusuhan massa, 
dan merasa terancam, pasti akan merasa harus bertindak demikian pula.

Nah, terlepas dari masalah rasionalisasinya, TNI harusnya tidak boleh sampai 
melakukan tindakan represif dalam masalah agraria karena masalah agraria sudah 
masuk dalam hukum demikian pula dengan agraria itu sendiri seperti thread mas 
Yusuf Ikhlas mengenai Siaran Pers PBHI apalagi sampai kemudian sengaja 
melakukan operasi militer karena yang dihadapi bukan tentara, tapi sipil dan 
sipil tidak mempunyai kekuatan bersenjata yang terorganisir meskipun Power of 
Destructive-nya jauh lebih besar daripada militer. Dan TNI juga harus serta 
kudu menghormati segala macam hukum sipil.

Sudah pula jadi kewajiban pemerintah untuk menyelesaikan segala macam masalah 
Agraria, dimanapun berada dan siapaun yang terlibat secara cepat dan pemerintah 
dengan Dephan-nya harus membuat suatu aturan dimana setiap personel militer 
wajib melepaskan atribut militer (dimulai dari baju,tanda kepangkatan, serta 
senjata ~ api, dan tajam) saat keluar dari camp-nya tanpa ada tugas dinas. Dan 
setiap personel militer yang berada di luar camp tanpa tugas, sudah dikenakan 2 
jenis hukum, yaitu Sipil dan Militer. Nah, disini hal itu menjadi masalah 
karena militer tidak otomatis melaksanakan hal tersebut karena nuansa politik 
kita masih diwarnai nuansa masa lalu, dimana militer berjaya. Banyak 
oknum-oknum petinggi militer tetap bernostalgia dengan kekuatan masa lalu dan 
pada akhirnya terjadi gesekan-gesekan di tingkat Grass Root.

Jadi, mohon maaf jika saya terkesan membela militer dalam kasus ini, tapi saya 
mencoba menempatkan situasi ini dalam skala proporsional dimana rasionalisasi 
dan kasus, saya pisahkan. Dan saya juga menyesalkan kejadian Pasuruan tersebut 
dan hal itu musti dicari kenapa bisa terjadi.. Bukan "apa yang terjadi". 

Dan yang kemaren tuh, saya cuma kesal mengapa tidak melihat case secara utuh? 
Kalau dikatakan, keluarga saya pernah mendapatkan masalah dengan para militer 
sehingga seharusnya saya membenci mereka (dan itu terjadi sebelum saya tahu 
posisi sebenarnya para personel itu). Jadi kali ini, harus lebih wise dalam 
melihat suatu permasalahan.

Salam...

  ----- Original Message ----- 
  From: Dian Kartika Sari 
  To: mediacare@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, May 31, 2007 11:22 PM
  Subject: Re: [mediacare] marinir tewaskan empat rakyat jelata


  o alah....panjang amat rasionalisasinya. 
  Dari jumlah korban meninggal, dua diantaranya perempuan.
  Satu diantara dua perempuan itu hamil 4 bulan.
  Satu lagi perempuan yang sedang menggendong balita usia 3 tahun. 

  seberapa sih kekuatannya perempuan yang hamil 4 bulan atau bayi yang umurnya 
baru 3 tahun. 

  Kenapa dia yang ditembak ????

  salam 
  dian 


    ----- 

Kirim email ke