Dear Muskitawati,

Bisa minta nama 3 alumni ITB tersebut biar langsung saya forward ke milist
Ikatan Alumni ITB. Karena saya memandang masalah ini menjadi masalah
pencemaran nama baik Aerospace Engineer Indonesia (even saya bukan aerospace
engineer).

O ya, FYI, saya jauh lebih mengunggulkan Habibie ketimbang Anda. Habibie
jelas terkenal di dunia, baca tulisan yang saya forward dari salah seorang
alumni MIT.


On 6/15/07, muskita wati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
> Lhaaa...... saya khan bukan aerospace engineer, tapi
> bukan berarti enggak bisa menganalysa argument yang
> valid dan yang tidak valid.  Sebagai seorang juga
> ilmuwan, meskipun bidang lain tetap prinsipnya sama
> harus ada systemnya POSCORB (Planning, Organizing,
> Staffing, Coordinating, Review, dan Budgetting).  Jadi
> mau bikin urutan apapun juga kalo sudah mendesign
> sebuah proyek management dasarnya adalah sama sehingga
> tak bisa memberi alasan bahwa sertifikasi gagal bukan
> kesalahan teknis melainkan karena kekurangan dana.
>
> Jadi kalo memang kekurangan dana, maka itu hanyalah
> salah satu kesalahan design dari proyek tsb.



> "IPTN (skrg PT DI) sudah membuat prototype N250
> > untuk keperluan flight test
> > sebanyak 2 buah: PA1 dan PA2.
> > Kedua pesawat ini lah yang mengikuti proses
> > sertifikasi. saya agak ragu
> > dengan statement komentator tadi bahwa pesawat yg
> > dibuat Northrop tidak
> > lulus sertifikasi.
>
>
>
>
> Udah saya bilang saya bukan ahli pesawat, beritanya
> saya dapatkan dari 3 orang sarjana ITB yang dikirim
> oleh Habibie ke Amerika.  Saya ketemu mereka
> dikonsulat dan mereka memperkenalkan diri kepada saya.
> Dari mereka itulah saya ketahui bahwa sertifikasinya
> tidak lulus berulang kali dimana akhirnya Habibie
> berkesimpulan tidak lulusnya disebabkan faktor
> reliability pabriknya di Indonesia sehingga untuk
> mengubah image pabriknya, Habibie mencari pabrik
> pesawat terkenal di Amerika agar bisa lulus test
> terbangnya.  Setelah ber-putar2 ke berbagai pabrik
> seperti Douglas, Boeing, dll, katanya penjajakan yang
> mungkin adalah Northrop karena pabrik ini sudah tutup
> karena bangkrut akibat order pesawat tempur dari
> pemerintah Amerika dialihkan kepada beberapa perusaha
> lain antaranya Douglas.  Northrop masih memilik semua
> alat2 untuk test penerbangannya yang antara lain
> berupa ruangan tertutup yang bisa menciptakan angin
> dari depan sehingga pesawat bisa terbang atau
> terangkat sendiri tanpa kerja mesin sama sekali.  Dari
> hal ini kemudian dipelajari melalui komputer response
> pesawat secara mekanisnya.  Persis seperti main
> layang2 dimana kalo designya salah layangannya singit
> menukik terjun kebumi.
>
> Bayangin dong, masa punya pabrik pesawat tetapi tidak
> punya alat testnya buat simulasi terbang dalam ruangan
> tertutup seperti di Amerika ini?????  Anda buka usaha
> tambal ban mobil sekalipun, tentunya harus memiliki
> alat yang bisa mentest apakah ban yang anda tambal itu
> masih bocor atau tidak, apalagi anda bangun pabrik
> pesawat terbang.
>
> Sederhana bukan???
>
> Habibie secara rahasia membawa model pesawatnya ke
> Amerika untuk se-olah2 dibuat di Amerika.  Kalo bisa
> nipu membuat pesawat terbang se-olah2 buatan Amerika,
> kenapa enggak mungkin juga membuat se-olah2 pesawatnya
> lulus sertifikasi????  Itu khan akal2an yang banyak di
> Indonesia.
>
> Beli saja pesawat jadi dari Cassa atau Cesna yang
> sudah lulus sertifikasi terbangnya, diberi stempel PT
> Dirgantara untuk kemudian ditest untuk sertifikasi.
> Pesawatnya bukan buatan Dirgantara tapi dianggap
> buatan Dirgantara, kemudian yang dijual nantinya bukan
> yang lulus sertifikasinya tapi yang buatan Indonesia
> yang tidak lulus sertifikasinya.  Itulah maksud
> Habibie bekerja sama dengan Amerika.
>
> Kalo anda mau tahu kenapa produksi pesawat Indonesia
> gagal, anda boleh baca laporan kegagalan2nya dari
> investigator internasional, ternyata kegagalannya
> bukan cuma design-nya saja tetapi menyeluruh termasuk
> managementnya yang korup, dana yang bocor, biaya yang
> tinggi, design yang salahpun bukan cuma design fisik
> tetapi juga design material badan pesawatnya sehingga
> mengalami corrosion begitu terbang ke udara.  Pintu
> pesawat bisa copot, Cockpit pressure bisa zero, dan
> berbagai failure yang enggak masuk diakal untuk sebuah
> pabrik pesawat yang anda anggap kaya teknologinya.
>
>
> http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_aviation/PK-MNM%20250100%20Final%20Report.pdf
>
> Bahkan dizaman sekarang untuk mendesign pesawat tak
> perlu anda sekolah jadi engineer seperti Habibie,
> apalagi pakai Doctor segala.  Di pasaran sudah banyak
> dijual software dimana anda bisa mendesign pesawat
> yang anda inginkan dan membuatnya sendiri.  Mesin
> pesawat bisa anda pilih seperti mesin VW beattle,
> mesin rollroyce, mesin Cessna, dll.
>
> Jadi sama sekali enggak ada gunanya membangun pabrik
> pesawat sejenis yang diproduksi Indonesia karena
> diAmerika banyak sekali pabrik pesawat seperti itu
> yang penanganannya cuma dilakukan perorangan saja.
> lalu siapa yang mau beli produksi Indonesia yang tidak
> punya kontrol cuacanya ????
>
> Indonesia tak punya kemampuan teknis bukan cuma
> dibidang pesawat, juga bidang physics, juga bidang
> metalurgi, juga bidang komputer, juga bidang
> mechanics, lalu mau bangun pabrik pesawat semuanya
> dipesan dari luar negeri, jadi apanya yang buatan
> Indonesia????
>
> Silahkan anda baca web dibawah ini dimana Indonesia
> cuma jadi bahan olok2an untuk pabrik pesawatnya
>
> http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/EG17Ae02.html
>
> Apakah enggak jadi bahan banyolan kalo ternyata
> pesawat produksi Indonesia berjatuhan dinegerinya
> sendiri dengan banyak korban tetapi alasannya adalah
> cuaca buruk bukan design-nya ????
>
> Ternyata produksi pesawatnya tidak memiliki control
> untuk deteksi cuaca, tidak punya control untuk deteksi
> corrosion, tak memiliki test simulation untuk
> terbangnya.  Akhirnya karena pesawatnya gampang jatuh,
> maka pilotnya di instruksikan untuk jangan terbang
> lebih dari 10 ribu feet.  Akibatnya, menara control
> tidak bisa mendeteksi keberadaan posisi pesawat yang
> berada dibawah 16 ribu feet.  Jadi serba salah, kalo
> terbang dibawah 10 ribu feet pesawatnya jatuh karena
> lepas control menara sehingga kehilangan arah dan
> posisinya, sebaliknya bila terbang diatas 16 ribu feet
> malah pesawatnya jatuh karena akibat corrosion dan
> pintunya dibawah copot, cockpitnya bocor, pressurenya
> jadi zero, dan pilotnya pingsan enggak sadar lagi dan
> pesawatnya cuma dikendalikan oleh angin yang berlalu
> untuk jatuh dengan hancur lebur.
>
> sorry deh, kalo mau mengunggulkan Habibie anda salah
> alamat !!!!
>
>


-- 
- Irwan -

Reply via email to