Dear All, Saya mendapat email japri dari seseoarang bernama Budi P. Isi emailnya mengenai diskusi antara Bapak Radit dan Muskitawati (saya berikan dibawah komentar saya)
Dari email tersebut, terlihat muskitawati memang tidak memiliki pengetahuan dan itikad baik terhadap bangsa Indonesia, bahkan sampai berkata lulusan Indonesia satupun tidak ada yang professional :(. Sehingga diskusi mengenai Habibie dan pesawat-nya tidak akan saya teruskan karena apapun bukti yg diberikan pasti akan langsung Muskitawati tolak. Hanya sekedar memberi info kepada muskitawati, saya mengenal (walaupun hanya lewat milis) orang Indonesia yang bekerja sbg Embedded Engineer di Juniper ( www.juniper.net), uP designer, beberapa CCIE yg kerja di Cisco dan Juniper, Software Architect, Telecommunication Engineer di Europe & Middle East. Ahhh, bodohnya perusahaan Cisco, Juniper, QTel, Microsoft, Intel, Infineon yang meng-hire orang-orang tidak professional itu :) ----------------------------------------------------------------------------------------------------- From: Hafsah Salim <[EMAIL PROTECTED]> Date: Jun 17, 2007 12:23 PM Subject: [zamanku] Re: Habibie Bangun Pabrik Pesawat Dari Pengalaman Main Layangan !!! To: [EMAIL PROTECTED] --- In [EMAIL PROTECTED] <zamanku%40yahoogroups.com>, radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]>
Bu Mus, biasanya kan kalau profesional saling memperkenalkan, ada
adegan saling tukar nama. Jadi saya ragu kalau namanya masuk ke telinga kanan keluar telinga kiri. Minimal, saat bikin janjian untuk ketemu kan sudah saling tahu nama dan profesinya. Lha kalau Bu Mus bukan siapa-siapa, ngapain juga 3 pakar itu ketemu Bu Mus di Amerika?
Lulusan Indonesia tak pernah ada yang professional, gelar apapun dari Indonesia enggak berguna. Phillipina-lah yang masih sebagian ada yang diakui. Semua gelar kesarjanaan saya dari Indonesia sama sekali enggak laku. Terutama enggak laku kalo digunakan cari kerja, sedangkan untuk sekolah atau kuliah disini enggak dibutuhkan sepotong suratpun dari Indonesia, semua sekolah cukup memberi kita test kemudian langsung ditentukan tingkatannya. Kebiasaan disini membuat saya juga wajar kebiasaan standard disini, sehingga gelar apapun kalo datang dari Indonesia enggak pernah menjadi perhatian khusus saya. Bahkan sampai presiden ataupun menteri2nya berkunjung kemari sama saja diperlakukan seperti tukang koran, kalo mau ketemu pejabat gedung putih harus bikin appointment dulu yang bisa waktunya ber-hari2. Tetapi bukan semua kepala negara yang diperlakukan seperti itu, biasanya kalo dari negara berkembang tak dipandang orang penting lah. Lalu apanya yang mau anda anggap sarjana Indonesia yang kemari harus jadi perhatian saya??? Enggak ada orang Indonesia satupun yang berprestasi baik di Amerika, itu memang kenyataan bukan saya meng-ada2. Mungkin gen-nya sudah dirusak oleh keimanannya.