http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=35266&ik=6
Pemuda Demokrat Saling Ancam dengan Ngabalin Minggu 8 Juli 2007, Jam: 13:25:00 JAKARTA (Pos Kota) - Ancam mengancam tidak akan pernah menyelesaian masalah. Itulah yang terjadi belakangan ini antara kader muda Partai Demokrat yang tak rela Presiden SBY dihujat terus-menerus oleh anggota Komisi I DPR-RI Ali Mochtar Ngabalin. Entah ancaman atau gertak sambal saja, tapi politisi dari PBB, partainya mantan Mansesneg Yusril Ihza Mahendra ini, tak gentar. Ia malah mengaku punya 400 ribu brigade dari Badan Komunikasi Remaja Masjid Indonesia (BKRMI) yang siap berada di belakangnya. Maklum, Ali Mochtar yang kesehariannya selalu mengenakan sorban putih ini duduk sebagai Ketua Umum DPP BKRMI. 'Nggak usah main ancam-ancaman deh. Saya juga punya pendukung yang juga siap bergerak,' tegas Ali Mochtar dalam diskusi di Jakarta, Sabtu. Politisi asal Makassar ini, sejak Yusril digusur dari kabinet, suaranya paling vokal dalam mengkritisi pemerintahan SBY. Kasus terakhir, ia walk out ketika DPR melakukan rapat konsultasi dengan Presiden dan jajarannya di Gedung DPR Selasa lalu . Ali Mochtar menilai keterangan SBY kala itu, seperti orang yang memberi kuliah umum untuk mahasiswanya, sehingga tidak perlu didengar. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat di DPR Sutan Batoegana pun bereaksi. Dia mengemukakan jajaran kader muda partai pengusung SBY akan menentukan sikapnya terhadap pernyataan Ali Mochtar. Namun Ali berkilah, Presiden SBY sekarang adalah milik seluruh bangsa Indonesia, bukan monopoli PD.'Jadi mereka (kader muda PD-red) harus belajar politik secara benar,' tuturnya. 'Apa Anda akan meminta maaf kepada SBY?†tanya wartawan. “Saya akan meminta maaf kalau perilaku saya tergolong arogan. Tapi itu bukan atas desakan dari kader Demokrat. Kalau saya dinilai arogan, saya minta maaf,'ujar Mochtar. Takut? 'Bukan, ini bukan berarti saya takut karena diperintah. Karena hanya Tuhan yang hanya bisa memerintah saya,' tandasnya. Gini hari elit plitik masih ada ancam mengancam? Mending jadi preman aja. (endang)