fyi...

> ----- Original Message ----- 
> From: "ghozansehat" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, May 21, 2007 12:49 PM
> Subject: [news] Waspadai Promosi Susu Formula
>
>
> > Dear all
> >
> > ""Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai.
> Laktosa baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase yang
> menyertai, sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis saat ada enzim
> lipase karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam lemak," ungkap Tiwi. "
> >
> > Saya prihatin sekali dengan generasi bangsa yang sejak piyik sudah
dicocok
> oleh pseudoiklan, pseudoscience...dan sederek kepalsuan lainnya.
> >
> > Sementara draft rpp pemasaran susu formula yang konon katanya berubah
> menjadi Draft Pemberian ASI semakin hari semakin bias dan bahkan tidak
jelas
> juntrungannya.
> >
> > Info terakhir dari Pak Agus Pambagyo "Saat ini RPP msh dlm pembahasan
> antara Dephukham dan team Depkes. Tgl 3 Mei akan ada mtg lagi tp mmg
isinya
> blm memuaskan kami para pegiat ASI"
> >
> > Terus masih mau sampai kapan....
> >
> > Sampai bangkrut dan ribut rumah tangga gara-gara gajinya hanya cukup
buat
> beli susu formula anaknya saja.
> >
> > Bahwa ASI terbaik untuk bayi sampai dengan usia 6bulan masih kalah
santer
> dengan promosi susu formula untuk anak usia 6bulan yg sudah sanggat
> meresahkan...membabi buta......bahkan dengan tipu daya AA/ DHA.......dan
> melanggar kode etik internasional....
> >
> > Ampun dechhhh....
> >
> > salam prihatin,
> > bapakeghozan--artikel ini semakin memperpanjang daftar artikel
> "pembohongan publik" secara sistemik.
> >
> > Waspadai Promosi Susu Formula
> >
> >
> >
> >
> > Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk bayi
> berusia di bawah enam bulan. Meski begitu, sebaiknya orangtua yang
memiliki
> bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan
> memilih susu formula.
> >
> > Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa
> satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 bulan adalah
air
> susu ibu (ASI). Bahkan para ahli sangat menyarankan agar para ibu
memberikan
> ASI eksklusif atau tak memberi asupan makanan apa pun kepada bayi kecuali
> ASI selama enam bulan pertama sejak bayi lahir.
> >
> > "Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup keluarga
di
> berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan cara terbaik dan
> paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak
> terpisahkan dari proses reproduksi," kata Ketua Ikatan Dokter Anak
Indonesia
> DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April 2006).
> >
> > Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak
memberikan
> ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga tidak sempat
> menyusui bayi secara teratur. "Saya sengaja memberi susu formula sejak
awal,
> karena nanti setelah cuti hamilnya habis kan saya enggak bisa memberi ASI
> secara teratur lagi," ujar Dewi (31), pialang saham, yang baru saja
> melahirkan anak pertamanya sebulan lalu.
> >
> > Belum terbiasanya masyarakat memberikan ASI eksklusif kepada bayi ini
> menjadi celah pemasaran yang bisa dimanfaatkan produsen susu formula.
Selain
> itu, para produsen juga memberi iming-iming berbagai vitamin dan zat gizi
> tambahan ke dalam produk mereka, seperti DHA dan AA, yang sering diklaim
> dapat membantu perkembangan otak bayi.
> >
> > Ada dalam ASI
> >
> > Menurut dr IG Ayu Pratiwi Surjadi SpA,MARS, anggota Satuan Tugas ASI
IDAI
> Jaya, DHA (docosahexaenoic acid) dan AA (arachidonic acid/asam arakidonat)
> memang sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua tahun pertama
> perkembangannya. "Otak manusia sebenarnya sudah terbentuk 90 persen saat
> lahir. Setelah kelahiran kemudian terjadi mielinisasi dan sinaptogenesis
> dalam otak," papar dokter yang akrab dipanggil Tiwi ini.
> >
> > Proses mielinisasi adalah pembentukan selaput mielin atau selimut
serabut
> saraf yang membutuhkan laktosa atau zat gula dari susu. Sementara proses
> sinaptogenesis adalah proses pembentukan susunan sistem saraf pusat yang
> membutuhkan DHA dan AA.
> >
> > "Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai.
Laktosa
> baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase yang menyertai,
> sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis saat ada enzim lipase
> karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam lemak," ungkap Tiwi.
> >
> > Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap dengan
> enzim-enzimnya dalam ASI. "Susu formula jenis apa pun, semahal apa pun,
> meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja tak ada enzimnya.
Jadi,
> satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI," katanya.
> >
> > Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak anggota
> masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam ASI. "Jadi, tolong
> tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di dalam ASI. Komponen apa pun
> yang dipromosikan ada di dalam susu formula, semuanya sudah ada di ASI,"
> kata Tiwi.
> >
> > Mitos dan promosi
> >
> > Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga
> mengatakan, pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian susu
> formula kepada bayi.
> >
> > "Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat
> darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan belaka,"
> tandasnya.
> >
> > Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi yang
> gemuk. Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang cenderung tidak
> menjadi gemuk. "Mereka kemudian menambahkan susu formula agar bayinya
gemuk.
> Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk. Itu cuma mitos," ujar Husna.
> >
> > Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan sehingga
> harus ekstra hati-hati saat memberi zat makanan dari luar.
> >
> > "Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi berbagai
> dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut. Misalnya,
> informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak tersebut akan
terjadi.
> Selama ini banyak orang merasa aman apabila sudah mengonsumsi susu
tersebut
> karena termakan promosi," tambah Husna.
> >
> > Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada terhadap
> penawaran-penawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan kesehatan.
> "Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu formula kepada
> orangtua bayi yang baru lahir. Itu sebenarnya melanggar kode etik,"
katanya.
> >
> > Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran Produk
> Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes)
> yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 lalu.
> >
> > "Pemasaran produk susu formula untuk bayi berusia di bawah enam bulan
> seharusnya diatur secara tegas. Kalau perlu ada pelarangan promosi susu
> formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi," ujarnya tegas.
> >
> > Sumber: Kompas
> >
> >
>

Kirim email ke