RESENSI BUKU 
   
  Jalan Pintas Menuju Surga(?)
  
 
  Oleh
N Mursidi

  Judul buku  : Terrorist
Pengarang : John Updike
Penerbit      : Pustaka Alvabet, Jakarta
Cetakan      : Pertama, Desember 2006
Tebal buku  : vi + 499 halaman


  Tafsir atas ajaran agama (baca: Islam) masih kerap menunjukkan keterputusan 
pemahaman akan pesan agama dengan real jihad. Akibatnya, agama yang semula 
membawa “misi kemanusiaan” dan cinta kedamaian tereduksi jadi pilar yang 
menyimpan akar kekerasan. Tak salah jika agama ditengarai tidak bisa menjadi 
perekat dari sejumlah perbedaan, melainkan justru sebagai pemicu konflik, 
padahal Islam—juga agama-agama lain—lahir membawa pesan kedamaian bagi umat 
manusia. 

  Tetapi pesan agama (Islam) itu ternyata dipahami secara sempit oleh 
sekelompok umat. Klaim kebenaran (truth claim) bahwa agama yang dipeluk 
merupakan satu-satunya agama yang benar dan yang lain (the other) salah 
kemudian melahirkan pandangan ekstrem. 

  Dengan menghalalkan kekerasan, orang yang tak seiman dianggap musuh dan 
karenanya boleh diperangi. Anehnya, dengan klaim kebenaran itu, mereka 
menjustifikasi perang yang digemakan adalah jihad. Karena jihad, maka mati 
dianggap syahid, dan Tuhan akan "menghadiahi" surga! Padangan sempit akan makna 
jihad dan kerinduan yang menggebu-gebu akan surga itulah yang kemudian 
melahirkan orang semacam Ahmad nekat melakukan bom bunuh diri, sebagaimana 
dikisahkan John Updike dalam novel Terrorits ini. 

Rasa Muak
HIDUP memegang teguh ajaran Islam di Kota New Prospect, di daerah bagian Utara 
New Jersey Amerika, memang ibarat memegang “api”. Di satu sisi, sebagai pemeluk 
Islam taat, Ahmad Ashmawy harus menjalankan ajaran Islam dan menjauhi larangan 
Allah, semisal tidak maksiat. Tetapi di sisi lain, sebagai pemuda berusia 
delapan belas tahun, juga masih tercatat sebagai murid di Central High School, 
jelas ia susah berpaling dari dunia glamor dan seks bebas. Akibatnya, ketika 
Ahmad memilih berpegang teguh Islam, ia harus hidup terasing. Tak pelak, saat 
di sekolah, Ahmad pun merasa muak. 

  Tetapi pulang sekolah, Ahmad juga tak mendapatkan hal yang menenteramkan. 
Hidup serumah dengan ibunya, Teresa Mulloy, ajudan perawat dan pelukis berdarah 
Irlandia dan menganut hidup bebas, ia seperti anak yang kehilangan panutan. 
Apalagi Omar Ashmawy, ayahnya (berkebangsaan Mesir) telah meninggalkannya—pergi 
entah ke mana—sejak ia berusia 3 tahun. Praktis, ia tak punya teman.

  Satu-satunya yang membuatnya tenteram adalah pergi ke masjid untuk mengaji 
kepada Syeikh Rasyid. Di bawah bimbingan Syeikh, ia memang bertambah ilmu agama 
dan kokoh iman. Tetapi dengan bertambahnya ilmu, ia justru menganggap 
teman-temannya musuh karena perbedaan agama. Jack Levy (guru pembimbing dan 
penyuluh sekolah) melihat Ahmad memiliki karakter aneh, lalu mengarahkannya. 
Joreelyn, teman sekolahnya, bahkan sempat mengajaknya ke Gereja. Tetapi baik 
Levy maupun Joreelyn, ternyata tak mampu membelokkan keyakinan Ahmad.

  Hanya perkataan Syeikh Rasyid yang membuat Ahmad tak bisa berpaling. Maka, 
ketika Ahmad lulus sekolah dan guru agamanya menyarankan untuk jadi sopir truk, 
ia menurut. Ia padahal cerdas. Levy berusaha membujuk Ahmad untuk melanjutkan 
kuliah. Tapi, bujukan Levy itu tak digubris. Ia lebih menuruti saran Syeikh 
bekerja sebagai sopir truk di Toko Excellency, toko perabotan. 

  Beberapa bulan kerja, ia dipercaya untuk menjalankan tugas rahasia dari 
Syeikh Rasyid (lewat jaringan Charlie—anak pemilik toko Excellency) untuk 
meledakkan terowongan Lincoln dengan truk yang dilengkapi bahan peledak. Dengan 
dalih untuk jihad, Syeikh Rasyid menyakinkan Ahmad bahwa tugas itu akan 
membawanya masuk surga. Dengan kondisi hidup kurang perhatian sang ibu, dan 
Joreelyn yang dia cintai lebih memilih Telynol, maka dia mantap untuk mati. 
Tapi sayang, sebelum rencana itu terlaksana, Departement of Homeland Security 
sudah mencium gelagat Ahmad.

  Hermione, kakak ipar Levy yang bekerja di Departement of Homeland Security, 
menelepon Levy dan meminta Levy untuk menghentikan ulah Ahmad. 
Semula hati Ahmad kuat, sudah bulat mati syahid, apalagi ia tahu hidupnya 
kurang perhatian, gagal dalam urusan cinta, juga muak dengan Amerika. Tetapi 
saat truk berjalan mendekati terowongan, Levy membuka kedok jaringan Chebab 
dengan mengatakan Charley terbunuh setelah ketahuan “terlibat” jaringan CIA dan 
Syeikh Rasyid hilang, Ahmad mulai sadar kalau dirinya tidak lebih sebagai alat. 

  Secara keseluruhan, novel Terrorist ini—dapat dikata—cukup memikat. Ditulis 
pengarang yang lahir di Reading Pennsylvania tahun 1932 yang sudah menerbitkan 
lebih dari enam puluh (60) karya yang tersebar luas, novel ini berusaha menguak 
upaya teror peledakan bom yang tak semata-mata ditopang pandangan agama yang 
sempit. Karena di balik itu, di mata pengarang lulusan Universitas Harvard 1954 
yang dua kali memenangi Pulitzer Prize ini, tidak jarang ada motif kepentingan 
(seperti yang diinginkan Charlie) untuk menyingkirkan orang lain.

  Dalam membangun “ketegangan”, pengarang yang juga menulis cerpen, puisi, 
drama, esai, dan kritik sastra ini pun tidak kehilangan greget. Meski 
ketegangan hanya dimainkan di penyelesaian cerita ketika Levy dan Ahmad berada 
di atas truk dan siap mati seandainya Ahmad menekan tombol peledak, tetaplah 
punya daya pikat. Justru di akhir itu, Updike yang dianugerahi Medal of Art dan 
Medal for Humanities dari negara yang kini didiaminya, Beverly Farms, 
Massachusetts, di pelosok yang sama dari New England yang telah mengilhami 
sebagian besar karya-karyanya, berhasil mengakhiri novel ini dengan 
penyelesaian tak terduga.

  Satu catatan, pesan pengarang dalam novel ini cukup jelas bahwa jalan menuju 
surga itu tidak mudah. Meski hidup di dunia ini memuakkan, tidak lantas membuat 
kita marah dan menjadikan orang tak bersalah jadi korban. Karena kelahiran 
Islam (juga agama-agama lain) membawa pesan perdamaian bukan justru merusak 
kehidupan!***

  
Penulis adalah cerpenis dan pengelola blog 
http://rumahbukuku.blogdrive.com


==========================================
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, 
Ciputat, Jakarta 15411 Indonesia
Telp. +62 21  7494032, 74704875 Fax. +62 21 74704875
Website: http://www.alvabet.co.id
       
---------------------------------
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

Reply via email to