Tapi agak susah juga yah. Nanti kalau sudah jadi pengusaha, kemudian kaya raya, ingin menikmati hari kerja dengan beli mobil mewah, semua mata kanan kiri yang ngeliat pada iri dengki. Ada masalah apa pun, selalu dijadikan kambing hitam. Kalau jalan mesti hati-hati sekali, salah senggol bisa digebukin orang sekampung. Karena yang kaya selalu salah kalau sudah di jalanan. Jadi gimana donk ? masih ada yang mau jadi pengusaha ? Melihat kondisi itu semuanya pengennya jadi gelandangan dan pengemis aja, ada apa apa selalu ada LSM yang membela. Gak perlu pusing bayar pajak apalagi mikirin di demo oleh buruh yang nuntut naik gaji.
Regards, Paulus T. On 7/16/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Begitulah nasib jadi buruh, mau shalat pun susah. Nasib yang sama terjadi pada buruh kerah putih yang bekerja di kantor2 megah. Oleh karena itu, sudah saatnya bangsa Indonesia berhenti jadi buruh. Investasi manufaktur tidak membawa rakyat kepada kesejahteraan. Buruh pabrik hanya dihitung sebagai komponen biaya dari suatu proses manufaktur. Jadi, kalau ada buruh yang lebih murah, untuk apa tetap membayar buruh yang harganya mahal? Pastinya investor selalu mencari tenaga kerja paling murah. Bahkan kalau suatu saat nanti harga operasi robot bisa lebih murah drpd manusia, maka tidak perlu lagi menyewa buruh manusia. Dalam rangkaian proses produksi: Desain-Manufaktur-Marketing, proses Desain dan Marketing membawa keuntungan yang lebih besar drpd manufaktur. Upah tenaga Desain dan Marketing seperti kita ketahui, jauh lebih tinggi drpd buruh di pabrik. Sudah waktunya org2 Indonesia beralih menjadi tenaga Desain dan Marketing. Mudah2an Pemerintah cepat tanggap dengan membangun lebih banyak sekolah Desain dan Bisnis. Lebih bagus lagi, kalau orang Indonesia bisa lebih banyak yang menjadi Pengusaha. Kalau perlu pekerjakan buruh2 murah dari negara2 seperti Vietnam dan China. Seperti cerita Pak Danar dan Nyonya Hafsah, mereka bisa bekerja seperti robot, tidak perlu shalat dan mungkin juga waktu makan bisa dibatasi. Btw, di sini (di Eropa juga), gedung sekolah menyediakan tempat ibadah bersama yang bisa digunakan untuk shalat.