Artikel ini, sebagaimana pengantar Kang Jalal yang diceritakannya, mengajak
kita untuk kritis. Tapi kenapa artikel ini tidak membaca Kang Jalal dengan
kritis pula, dan seolah memercayainya begitu saja?
Cobalah penulis artikel ini baca buku Nasr Hamid Abu Zaid berjudul Mafhum
an-Nash (sudah diterjemahkan LKIS dengan judul Tekstualitas ALquran). Nasr
Hamid dikenal sangat kritis, bahkan pada Imam Syafi'i sekalipun, salah satu
imam Sunni, yang memicu dia dituduh murtad oleh al-Azhar dan halal darahnya.
Tentang penerimaan wahyu, Nasr Hamid setuju dengan cerita yang selama ini
kita dengar: Nabi menggigil menerimanya. Kalau tidak salah cerita itu juga
berasal dari riwayat Bukhori-Muslim (nanti saya cek lagi; intinya riwayat
cukup kuat dan otoritatif). Mengapa menggigil? Kata Nasr Hamid, relasi wahyu
antara Allah (di luar batas) dengan Nabi cukup berbeda. Sangat jauh. Bisakah
dua yang berbeda berkomunikasi? Perangkat komunikasi apa yang dipakai? Dalam
khazanah Arab bisa, misalnya penyair yang mencari inspirasi dari Jin (juga
mengalami hal-hal yang 'menakjubkan' seperti menggigil). Dua realitas yang
berbeda ini yang membuat terjadi hal-hal dahsyat. Dan peristiwa yang dialami
Nabi juga begitu. Mengapa? Karena peristiwa itu di Mekah dan saat itu,
artinya tak keluar dari konteks Arab kala itu.
Dengan begitu, masyarakat Arab akan percaya bahwa Nabi telah memeroleh
sesuatu yang luar biasa, dari Yang Di Luar Manusia. Dalam Alquran juga
dikatakan bahwa wahyu turun seperti suara dengung lebah, bising, di balik
tabir. Artinya, semula wahyu tidak dikenali (proses decoding utnuk
mengenalinya mungkin bisa dibahas dalam semiotika).
Tentu kalau Nabi biasa-biasa saja, orang Arab tak percaya. Juga Nabi tak
perlu ke Pendeta yang mengatakan bahwa yang terjadi pada Nabi dulu pernah
terjadi pada Musa dan Isa.
Menghadapi teks kritis, tidak berarti larut bersamanya, tapi juga tetap
kritis
Salam,

BB


Pada tanggal 24/07/07, Anwar Holid <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

  [SELISIK]

Simpatik tapi Tidak Kritis
--------------------------
---Anwar Holid

JALALUDDIN RAKHMAT (Kang Jalal) memberi kata pengantar amat menyengat di
buku Muhammad: Prophet
For Our Time karya Karen Armstrong (Mizan, 2007), judulnya: 'Karen
Armstrong, Simpatik tapi Tidak
Kritis.' Kata pengantar tersebut merupakan 'hadiah' sangat berarti untuk
menemani pembaca selama
menikmati buku biografi Nabi Muhammad dari sudut pandang seorang
komentator agama. Bagi sebagian
Muslim pun, pendapat Kang Jalal tentang sirah nabawiyah itu boleh jadi
tetap bakal mengguncang,
apalagi bagi Muslim yang kurang terbiasa dengan khazanah non-Sunni.
Muhammad: Prophet For Our Time
sendiri disiapkan nyaris sempurna, mulai dari penerjemahan dan editing,
didesain amat cantik,
hingga menambah bobot buku lebih dari sekadar benda cetak atau sumber
pengetahuan. Karen Armstrong
menulis dengan sangat luwes, lincah, jernih, dan menyajikan wacana seperti
bila kita meluncur di
permukaan licin, tanpa kesukaran pemahaman sama sekali.

Saya sudah menamatkan beberapa buku Karen Armstrong, membaca-baca berbagai
file profil dia,
wawancara, artikel mengenai dirinya, pikiran dia dari berbagai sumber,
termasuk menulis profil dia
di Matabaca, tapi tak terlintas sedikit pun kesimpulan bahwa dia tidak
kritis. Bahwa Armstrong
simpatik tentu semua pembaca buku-buku dia sepakat. Tapi disebut tidak
kritis? Baru Kang Jalal
berani berpendapat demikian. Walhasil, kata pengantar dia sangat berguna
mengimbangii isi buku.
Sebuah kata pengantar yang sangat tajam dan menunjukkan betapa keyakinan
(iman) lain dengan
penelusuran sejarah atau interpretasi terhadap teks dan riset dari
berbagai sumber rujukan. Berkat
pengabdian Armstrong dalam membangun jembatan memajukan pemahaman
antaragama pada 1998 Islamic
Center California Selatan menganugerahi dia penghargaan. Pada 1999 dia
menerima anugerah dari
Muslim Public Affairs Council Media.

Bagaimana Karen Armstrong jadi tidak kritis di mata Kang Jalal?

Salah satu yang paling mencolok, Armstrong ternyata lolos memperhatikan
dan tak merujuk sejumlah
biografi Nabi Muhammad karya penulis Muslim terkemuka, misalnya Sejarah
Hidup Muhammad (Muhammad
Husain Haekal). Padahal buku Haekal tersebut sangat bermanfaat dalam
menjelaskan soal kisah
gharaniq (ayat-ayat setan). Kelemahan Armstrong itu terutama disebabkan
karena dia mengutip buku
'tarikh dalam terjemahan Inggris. Itu pun terbatas pada sumber Ahli
Sunnah, yang diterimanya tanpa
kritik.' Kang Jalal mengambil satu kisah peristiwa vital yang dia jadikan
bukti bahwa Armstrong
tidak kritis, yaitu ketika Muhammad menerima wahyu pertama, dan setelah
itu beliau menggigil
ketakutan, disertai kecemasan, kebingungan, dan kesedihan. Begitu pulang
beliau berkata kepada
Khadijah, "Selimuti aku! Selimuti aku!" sampai hilang rasa takut itu.

Tulis Kang Jalal: Tidak pernah wahyu datang dengan cara yang 'mengerikan'
seperti ketika ia datang
kepadaa Nabi Saw. Bukankah beliau adalah kekasih Rabbul `Alamin, yang
tanpa Dia, seluruh alam
semesta tidak akan diciptakan. Atas dasar apa Jibril menakut-nakuti Nabi
dan menyakitinya? Kisah
itu menunjukkan bahwa peristiwa menerima wahyu yang seharusnya
mencerahkan, malah menggelisahkan.
Kisah itu bertentangan dengan gambaran Al-Quran Surah Al-An`am ayat 125:
Barang siapa yang Allah
kehendaki untuk memberikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk menerima
Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah
menjadikan dadanya
sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada
orang-orang yang tidak beriman. (H. 28 - 30). Karena itu, tegas Kang
Jalal, riwayat turunnya wahyu
seperti itu harus kita tolak karena bertentangan dengan Al-Quran.

SAYA terperangah dengan argumen Kang Jalal. Betapa berbeda cara dia
membaca, menilai, dan
menyimpulkan suatu informasi sangat lain dibandingkan pendapat umum selama
ini. Dia memadukan
pengetahuan itu dengan keyakinan kuat, memanfaatkan khazanah yang luas
lagi dalam, dan siap sedia
andai keteguhan itu diguncang. Saya lemas, ternyata selama ini pun tidak
kritis. Kenapa tidak
kritis? Karena menerima keterangan begitu saja. Maka wajar bila sudah baca
beberapa buku Karen
Armstrong, tak pernah terbetik pendapat lain terhadap dia, yaitu mengamini
bahwa dia seorang
komentator agama yang simpatik. Saya gagal menemukan atau meraba betapa
ada yang salah dalam
keterangan maupun keyakinan selama ini, mirip keyakinan mayoritas orang
tak kritis lain. Sikap tak
kritis ketika membaca amat riskan mengeraskan pendapat salah yang dianggap
sebagai kebenaran umum.
Sesuai kapasitas sebagai cendekiawan, Kang Jalal mengajak pembaca agar
lain kali lebih kritis saat
membaca, sebab dengan itu kita bisa jelas-jelas membedakan mana pendusta,
kaum munafik, penipu,
suka riya, mau untung sendiri, dengan orang beriman. Kita mudah menemukan
Muslim yang memegang
teguh kisah tentang proses penerimaan wahyu pertama itu begitu saja,
menganggap itu sebagai
kebenaran, dan sulit sekali menghapusnya,

Pembaca, penulis, sarjana, memang bagus bila bekerja keras melakukan riset
dari berbagai rujukan;
tapi bila tidak kritis, dia bakal salah menyisipkan detil itu ke dalam
rangkaian tulisan yang
sedang dikerjakan, lebih parah lagi, bisa ikut berkubang dalam kesalahan,
melestarikan kebodohan,
dan malah menyebarkannya pada publik. Wah, mengerikan jadinya![]

Note: Esai ini dipublikasikan di harian Republika, rubrik Selisik, Minggu,
15 Juli 2007.

Kolom ini menyebut sebuah buku yaitu 'Muhammad: Prophet For Our Time'
karya Karen Armstrong
(Mizan, 2007), terjemahan Yuliani Liputo, editan Ahmad Baiquni.

KONTAK: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B, Bandung 40141,
Telp. (022) 2037348 – SMS:
08156140621

Menulis adalah sejenis doa yang terus membantuku mencapai dan menaklukkan
hidup tanpa merasa ditaklukkan olehnya.
---(c) Kate M. Brausen
Esai, fiksi, resensi, dan lebih banyak hal ada di
http://halamanganjil.blogspot.com

/*/

Anwar Holid, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Penyunting di sebuah
penerbit.

Kontak: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 |
Tel.: (022) 2037348 | SMS: 08156140621 | E-mail: [EMAIL 
PROTECTED]<wartax%40yahoo.com>

__________________________________________________________
Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search
that gives answers, not web links.
http://mobile.yahoo.com/mobileweb/onesearch?refer=1ONXIC


Kirim email ke