Setuju Pak, Dan menurut saya, pemerintah juga seharusnya memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian. Bukankah kita dikenal sebagai negara agraria ? Mengapa hari ini malah harus mengimpor beras. Petani harus didukung penuh oleh pemerintah. KUD harus dibersihkan dari segala birokrasi dan korupsi, agar benar-benar bisa memberikan manfaat bagi para petani. Saat ini petani tampaknya lebih suka berbisnis dengan para ijon daripada KUD. Pasti ada sesuatu yang salah. Saya sangat yakin, bila petani diberikan pelatihan dan pengetahuan yang cukup dan terus secara berkesinambungan (tak terputus dan rutin). Dan didukung oleh pemerintah dan Bank-bank pemberi pinjaman. Dan RISTEK kita juga memberikan perhatian untuk dunia pertanian ini. Maka pertanian akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negara ini. Bila itu bisa diwujudkan, pemerintah tidak lagi akan dipusingkan oleh masalah ketahanan pangan, masalah urbanisasi besar-besaran ke ibukota Jakarta, masalah gelandangan dan pengemis, dan masalah buruh seperti sekarang ini, karena lebih banyak orang yang akan lebih memilih menjadi petani daripada buruh. Bukankah tanah negeri ini terkenal subur ? Bahkan katanya tongkat dan batu pun bisa tumbuh jadi tanaman.
Regards, Paulus T. On 7/24/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Thanks, Bang Irwan Rasanya penjelasan TEMPO lebih masuk akal daripada isu2 agama yang nggak jelas. Namun demikian, saya tetap berpegang pada pendapat awal saya bahwa ketergantungan terhadap industri manufaktur tidak akan membawa bangsa ini kepada kesejahteraan. Kalau kita perhatikan negara2 maju saat ini, mereka sudah memindahkan industri manufakturnya ke negara2 berkembang karena alasan upah buruh yang murah. Di samping itu, perlu dilihat juga bahwa industri manufaktur merupakan musuh lingkungan utama setelah pertambangan. Limbah cair dan polusi udara dihasilkan setiap harinya dari industri tersebut. Negara2 di Eropa sudah sejak awal meninggalkan industri manufaktur dan saat ini US mulai memindahkan industri manufaktur mereka ke Amerika Selatan. Saya berharap Pemerintah mau berfikir untuk secara bertahap mengalihkan industri manufaktur menjadi industri jasa, desain dan marketing. Memang tidak semudah membalik telapak tangan, tapi setidaknya mulai menyiapkan kerangka awal ke arah tersebut. Mungkin bisa dimulai dengan membuka lebih banyak lagi sekolah2 desain produk dan pendidikan bisnis pada tingkat SMA dan Diploma. Kalaupun ada industri manufaktur, seharusnya lebih diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang bersifat mendasar seperti alat2 pertanian, ataupun manufaktur teknologi tinggi seperti komputer dan alat2 elektronik yang lebih ramah lingkungan.