Terimakasih Pak Ronaldi, atas responnya.

Ungkapan yang Bapak kutipkan, berasal dari berbagai hukum alam yang
kini sudah diyakini kebenarannya oleh para pakar di bidang iptek.

Contoh hukum-hukum itu adalah hukum sebab-akibat (jika sesuatu
dijatuhkan dari ketinggian tertentu, maka sesuatu itu akan jatuh dan
baru berhenti setelah menabrak bumi), hukum aksi-reaksi (jika Anda
mendorong tembok, maka tembok itu akan memantulkan energi
bertahannya), hukum keseimbangan (tembok itu akan tetap seimbang alias
tetap tegak berdiri bila tenaga dorongan tangan masih sebanding dengan
daya tahan tembok), dan seterusnya.

Kemudian, para pakar iptek juga menemukan bahwa segala bentuk pancaran
energi (cahaya, radio, dan sebagainya), akan menganut sifat dualisme,
yaitu sebagai energi dan sebagai materi. Inilah yang menjelaskan
mengapa cahaya yang dipantulkan ke tembok akan mentok dan tidak dapat
menembusnya, sebab selain berupa gelombang frekuensi, ia juga bersifat
materi. Itu juga yang menjelaskan mengapa sinyal HP bisa mengecil saat
digunakan di dalam gedung.

Kemudian, para pakar juga menemukan bahwa salah satu sifat dari
pikiran, adalah mengandung energi listrik dan pancaran gelombang
energi seperti juga gelombang radio atau cahaya. Terlebih lagi, jika
dilihat lebih dekat, semua materi yang ada di alam semesta selalu
terbentuk dari atom dan molekul yang terus bergerak (vibrasi). Pikiran
kita juga ternyata demikian adanya.

Sebagai contoh, Bapak mungkin sering merasa sedang diperhatikan oleh
seseorang, padahal Bapak tidak melihat orangnya. Itu jelas sekali
terasa, tapi sulit dilihat dengan mata.

Niat, sebagai salah satu bentuk dari pikiran, juga menebarkan gelombang listrik.

Berkaitan dengan berseliwerannya berbagai gelombang energi (atau
mudahnya listrik) di alam semesta ini, tentunya diperlukan sebuah
kekuatan yang MAHA DAHSYAT yang mengatur keseimbangannya. Sebab jika
tidak, maka bulan akan jatuh, matahari akan meledak, benda-benda akan
bertaburan dan tidak cenderung jatuh ke bumi. Semuanya ternyata
teratur dan seimbang.

Manusia, diberi anugerah untuk bisa berkontribusi di dalam
keseimbangan itu. Hanya saja, manusia cenderung merusak. Maka, jika
hutan sudah tidak seimbang terjadilah banjir, terjadilah fenomena
gajah merusak kebun, terjadilah tanah longsor dan sebagainya. Itu
semua terjadi dan kita menyebutnya dengan musibah.

Tapi menurut teori keseimbangan ini, semua musibah itu terjadi hanya
karena "akan kembali kepada keseimbangan lagi". Itu sebabnya, tanah
longsor akan berhenti di suatu titik di mana semua massa tanah akan
tidak bergerak lagi. Sudah seimbang. Banjir akan berhenti saat semua
air sudah tertampung pada tempatnya. Sudah seimbang.

Demikian juga, saat kita memunculkan sebuah niat. Niat itu
terpancarkan ke alam semesta ini, dan kita bisa menyebut ini sebagai
interferensi. Apa yang terjadi, adalah seperti mengetukkan ujung jari
telunjuk ke permukaan air yang tenang (seimbang). Di sinilah, hukum
itu berlaku kembali, alam semesta akan kembali menyeimbangkan diri.
Keseimbangan itu, semata-mata hanya mengikuti apa yang muncul sebagai
sebab, yaitu niat.

Jika niat itu tidak terkategorikan sebagai "baik", maka efek dari
proses "kembali pada keseimbangan itu", akan terpulang kepada sumber
niatnya dengan tidak menyenangkan.

Contoh: Mencuri -> dipenjara

Sebaliknya, jika niat positif, maka apa yang akan kembali kepada
sumber niat juga akan positif.

Contoh: Tidak mencuri -> tidak dipenjara

Maka, jika kita menginginkan hal positif terpulang pada diri kita,
pancarkanlah yang positif saja. Apapun yang akan kita terima sebagai
umpan baliknya, pastilah menyenangkan.

Apa yang biasanya tidak menyenangkan bagi kita, adalah upaya untuk
menciptakan "keseimbangan yang kita inginkan",  tapi yang terjadi
justru sebaliknya.

Contoh: Mencuri, tapi tidak ingin dipenjara -> tetap dipenjara

So, mudahnya di mana? Mudahnya di sini:

Tahukah Anda betapa membuat orang lain tersenyum kepada kita,
sesungguhnya tidak terlalu mudah?

Apa jadinya jika - maaf - wajah kita terkonstruksi dari sononya dalam
bentuk yang tidak menyenangkan atau mengerikan, akankah orang
tersenyum kepada kita? Kita malah dianggap menyeringai mengerikan!

Atau, kita punya face yang good looking. Tapi karena berbagai
persoalan, wajah kita menjadi suntuk. Prengat-prengut. Wajah yang
tidak seimbang dengan kecantikan atau ketampanannya. Bagaimana
hasilnya?

Cakep-cakep kok mrengut! Klik nggak buat Anda?

Tapi lihatlah, betapa semuanya menjadi mudah dengan kesempurnaan dan
keseimbangan penciptaan-Nya. Hanya dengan tersenyum, hampir 100% orang
akan tersenyum balik kepada kita.

Bayangkan, jika ini terjadi dalam sebuah situasi bisnis, seperti saat
menawarkan barang misalnya.

Hal yang sama, terjadi juga pada pikiran dan niat kita. Berniat
positif itu lebih mudah karena kita tidak perlu "bekerja keras dan dua
kali" agar bisa menikmati hasil keseimbangan sesuai keinginan.
Sebaliknya, niat negatif akan mengakibatkan kita harus bekerja ekstra
keras, agar keseimbangan yang terjadi sesuai dengan keinginan kita.
Itupun, diyakini para pakar tidak akan terjadi, wong yang dilawan
adalah hukum alam yang diciptakan-Nya kok.

Itulah kesempurnaan penciptaan-Nya.

Jadi, pancarkanlah yang positif saja. Ikhlas, bersyukur, berpikir
positif. Alam semesta mengetahuinya, dan akan bereaksi sesuai hukum
yang telah diciptakan Allah SWT untuknya. Jika Anda membuka Al-Quran,
temukanlah bagaimana alam semesta mengistimewakan orang tertentu
dengan mendoakannya. Jika kita menyenangkan apa yang di langit, maka
seluruh yang di langit akan menyenangkan kita. (Jika engkau mencintai
yang di langit...) Dan seluruh manusia, adalah bagian dari langit itu.

Jika Anda mendoakan orang lain untuk kebaikan, maka orang lain akan
mendoakan kebaikan untuk Anda. Jika sebaliknya, maka orang lainpun
akan mengutuk Anda. Tak hanya manusia, hewan, tumbuhan, batu,
malaikat, seluruh isi alam semesta akan bereaksi dengan cara yang
sama.

Itu sebabnya, ada orang yang berhadapan dengan harimau atau ular,
kemudian binatang itu tidak menyerangnya. Orang itu, paham bagaimana
keseimbangan hubungan, antara dirinya dengan kedua binatang itu.

Itu sebabnya, jika Anda bijak sebagai pemimpin, maka seluruh bawahan
akan segan pada Anda.

Itu sebabnya, jika Anda menyenangkan sebagai bawahan, atasan akan
sayang kepada Anda.

Itu sebabnya, jika Anda bersedekah, Insya Allah akan kembali berlipat ganda.

Itu sebabnya, jika Anda ikhlas akan sesuatu, Anda akan mendapatkan
ketenangan yang luar biasa. Mengapa? Sebab getaran di dalam diri Anda,
tidak membuat Anda merasa "tampil beda".

Itu sebabnya, jika semua orang tampil dengan jas, Anda tidak merasa
enak jika tampil dengan kaos.

Itu sebabnya, jika Anda ragu dan nggak PD, orang sekitar Anda juga
nggak akan PD. Coba bilang pada bawahan Anda begini, "Kayaknya kita
bakal bangkrut nih." Bagaimana mental seluruh bawahan Anda?

Itu sebabnya, jika apa yang dianggap benar adalah bekerja dengan
jujur, maka Anda tidak merasa enak jika curang.

Jika Anda jujur, dengan sebenarnya, dan memahami konsekuensinya, maka
Anda akan merasa nyaman. Dengan keyakinan ini, maka seluruh alam
semesta akan ikhlas kepada Anda. Dan jika demikian yang terjadi,
SELURUH alam semesta (bukan hanya manusia) akan bersatu padu mendukung
Anda.

Inilah yang menjelaskan mengapa kesulitan itu eksis SATU KALI, dan
jalan keluar atau solusi eksis DUA KALI (inna ma'al 'usri yusroon, fa
inna ma'al 'usri yusroon).

Kemudian dengan rasa nyaman itu, isi kepala dan hati Anda akan lebih
jernih, fokus, konsentrasi, terarah, dan kreatif. Anda tidak capek
sendiri karena emosi negatif. Anda tidak perlu sembunyi-sembunyi.
Orang percaya dan tidak curiga. Mereka mendukung. Semuanya.

Anda tidak perlu ngoyo dan ngotot untuk meyakinkan alam semesta. Anda
tidak perlu berbusa-busa untuk membuat orang lain percaya. Oh, si Anu
mah bisa dipercaya. Dia amanah. Bisnis ama dia mah enak aja.

Bukankah itu amat sangat memudahkan perjalanan Anda menuju cita-cita?

Subhanallah! Bagaimana memulainya? Mulailah dengan niat baik. Ya, itu
saja. Selebihnya, meyakini dan memahami bagaimana alam semesta ini
bekerja. Seperti yang Anda lakukan sekarang.

Subhanallah!!!

Demikian, Pak Ronaldi. Semoga membantu.

Ikhwan Sopa
http://milis-bicara.blogspot.com

On 7/26/07,  Ronaldi Roy Manar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Selamat siang pak

Bisa tolong di jelaskan  mengenai  "semudah Anda jatuh, gagal, dan
tidak sukses, semudah itu pula sebenarnya, Anda bisa bangkit,
berhasil, dan menuai sukses, tanpa perlu terlalu ngoyo dan
tergopoh-gopoh, apalagi kemaruk."

Bagaimana kita merubahnya pak semisal dalam karir/kerjaan  apakah
cukup dengan spirit niat bahwa saya "ingin kehidupan yang lebih baik"

Regards,
Ronaldi.

Kirim email ke