http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=6844&c_id=21&g_id=290
Senin, Agu 06, 2007 14:32 Menjelang Hari Penyoblosan Ada Stiker Ajakan Jangan Golput Beraroma Taliban - berpolitik.com *(berpolitik.com):* Stiker ajakan jangan golput tidaklah luar biasa. Tapi, stiker yang ditemukan berpolitik secara tak sengaja di bilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan, sungguh berbeda. Bagaimana tidak. Gambar tempel berukuran 30 x 42 cm itu menampilkan pesan yang "sarat makna". Pada bagian atasnya tertulis, "INIKAH YANG ANDA INGINKAN?" berhuruf putih pada latar belakang berwarna merah. Di bagian tengahnya terpampang sebuah foto. Di bagian bawah foto itu tertulis pesan berikutnya: "JANGAN GOLPUT!". Tak ada nama atau lambang yang bisa mengarahkan kepada pembuat stiker ini. Stiker ini menjadi "sarat makna" lantaran pilihan foto yang ditampilkan. Dalam foto itu terlihat seorang lelaki berbaju gamis, berjenggot dan memakai kopiah. Ia terlihat seperti hendak mengayunkan tongkat. Di belakangnya ada kerumuman pria yang juga memakai baju gamis, sebagian bersorban, sebagian berkopiah. Meski tak jelas, sepertinya ada potongan bendera Amerika Serikat di sisi kiri atas dari gambar.Sayangnya, foto itu hanya hitam-putih. Apa pesan yang hendak dilansir oleh stiker ini? Dari penanda-penanda yang itu, ada beberapa hal yang bisa dibaca. Pertama, stiker ini hendak menyampaikan pesan golput itu berbahaya. Meski tak ada konteks spesifik yang disebutkan, tapi mengingat lokasi pemasangan dan waktunya, mudah diduga bahwa stiker ini ada kaitannya dengan pilkada Jakarta. Apa bahayanya golput? Dari stiker ini, golput akan menyebabkan Jakarta bakal dikuasi kelompok masyarakat yang setipe dengan yang terpampang dalam foto itu. Siapa yang dimaksud? Sepertinya, pembuat stiker ini hendak mengasosiasikannya dengan Taliban, sebuah kelompok fundamentalis yang pernah berkuasa di Afghanistan. Tatkala nama Taliban disebut, asosiasi berikutnya langsung terkait kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Isu pen-taliban Jakarta sudah lama beredar. Isu ini didengung-dengungkan karena adanya kecurigaan sebagian kalangan terhadap platform politik PKS yang dinilai anti kebhinekaan. Soal pentaliban Jakarta ini pernah dilansir sebagai upaya partai tertentu untuk *"mengapusi"* partai-partai lain, terutama PDIP. Faisal Basri pernah mengutarakan kembali hal ini dalam sebuah diskusi. Buntutnya, petinggi wilayah partai ini, sempat mengancam bakal memperkarakan Faisal ke meja hijau. Tapi hingga kini, tak ada kelanjutannya (baca soal ini: *di sini*<http://www.berpolitik.com/news.pl?t=1&n_id=5751&c_id=21&g_id=285>). Salah satu isu konkrit yang kemudian sempat ramai diperbincangkan adalah tudingan bahwa tempat hiburan malam bakal diberangus jika Adang-Dani memenangkan pilkada. Ini juga menjadi topik awal sebuah blogspot yang sepertinya diarahkan untuk memojokan Adang (soal ini bisa baca di: *di sini*<http://www.berpolitik.com/news.pl?t=1&n_id=4214&c_id=6&g_id=17>dan kelanjutannya *di sini* <http://www.berpolitik.com/news.pl?t=1&n_id=4850&c_id=21&g_id=290>). Adang membantah habis-habisan soal tudingan miring itu. Nah,kenapa golput dikhawatirkan? Ini terkait dengan sinyalemen beberapa pengamat yang menyebutkan bahwa golput bakal menggerus suara Fauzi-Prijanto ketimbang Adang-Dani. Survei LSI beberapa waktu lalu, misalnya, menyebutkan potensi golput jauh lebih besar terjadi pada pemilih Fauzi-Prijanto ketimbang Adang-Dani. Dari jumlah potensi pemilih yang bakal memilih (yakni sebesar 35%), hampir dua-pertiganya (65%) bakal memilih Fauzi-Prijanto dan hanya 21% yang bakal menyoblos Adang-Dani. Sebaliknya, dari jumlah potensi pemilih yang bakal golput(yang jumlahya mencapai 65%), hampir separuhnya (45%) sebenarnya lebih cenderung kepada Foke-Prijanto, hanya 24% yang lebih mengarah pada Adang-Dani dan 31% lainnya mengaku belum tahu akan memilih siapa seandainya bisa ikut menyoblos. Dengan kata lain, Foke-Prijanto paling dirugikan jika jumlah golput besar.(baca laporannya: *di sini*<http://www.berpolitik.com/news.pl?t=1&n_id=6314&c_id=21&g_id=290>). Jadi, ringkasnya, stiker itu hendak menyampaikan pesan,"Jika warga Jakarta memilih golput dalam penyoblosan tanggal 8 Agustus mendatang, maka bersiaplah menerima resiko Jakarta bakal menjadi Kabul era Taliban". Tak pelak, stiker ini pastinya diarahkan untuk semakin menggerus kredibilitas Adang-Dani. Meski begitu, ada kemungkinan lain yang perlu dipertimbangkan. Yaitu, tumbuhnya simpati kepada Adang-Dani. Simpati itu tumbuh lantaran merasa kasihan kepada Adang-Dani. Ini terjadi jika pemilih merasa "Adang-Dani" adalah pecundang yang teraniaya. Penilaian Adang-Dani sebagai pecundang bersumber pada sejumlah prediksi yang menyebutkan Fauzi-Prijanto hampir dipastikan bakal memenangkan pilkada Jakarta secara telak (baca prediksinya sebelumnya: *di sini*<http://www.berpolitik.com/news.pl?t=1&n_id=6315&c_id=21&g_id=25>dan yang paling akhir: *di sini* <http://www.berpolitik.com/news.pl?t=1&n_id=6809&c_id=21&g_id=290>). Penilaian pecundang yang teraniaya mencuat karena stiker ini bisa saja dianggap sebagai kampanye hitam yang sudah berlebih-lebihan karena, *toh*Fauzi sudah diambang kemenangan. Penilaian berlebih-lebihan itu sepertinya mengharapkan tambahan dorongan sentimen negatif publik berkaitan dengan munculnya iklan kampanye Fauzi-Prijanto di sejumlah televisi baru-baru ini. Dalam iklan itu digambarkan, warga tak mempercayai omongan Adang-Dani bisa mengatasi banjir, macet dan sekolah gratis. Di bagian akhir iklan itu, Fauzi tampil sendirian dan bilang, "Saya punya solusinya". Nah, pertanyaan yang belum terjawab, siapa pembuat stiker ini?