Terimakasih mas Irwan yang telah membangkitkan kembali kenangan terhadap 
Musashi. Jadi nggak sabar nunggu Gramedia buka .... membaca kembali Musashi 
dengan kondisi yang jauh berbeda dengan 17 tahun lalu. Will see berapa lama 
saya bisa selesaikan. 

Have a nice day.
Pat
----- Original Message ----- 
  From: Irwan Sutjipto 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, August 07, 2007 1:43 AM
  Subject: [mediacare] Musashi abad dua satu....


  Beberapa waktu lalu saya membeli Novel Taiko dan Mushashi karangan Eiji 
Yoshikawa, novel ini sudah pernah saya baca semasa kuliah ato SMA dulu, mungkin 
sekitar 12 - 18 tahun yang lalu saya lupa persisnya, dan saya baru sekarang 
punya kesempatan untuk memiliki sendiri novel ini, itupun karena kebetulan ladi 
ada discount di toko buku Gramedia yang baru buka di salah satu Mall tidak jauh 
dari perumahan tempat saya tinggal.

  Semenjak pertama kali membaca novel Taiko saya mencoba meneladani Hideyosi 
atau sang Taiko dan banyak gagalnya tentunya karena saya tidak punya cukup 
kesabaran dan kerendahan hati yang dimiliki oleh Hideyoshi dan tentu pengalaman 
hidupnya juga beda dengan saya. Orang susah itu punya lebih banyak akal dan 
kesabaran dibandingkan dengan orang hidupnya serba cukup dari awal 
kehidupannya, dan ini merupakan fakta kehidupan.

  Saya baru menyelesaikan Taiko cuma sekitar dua minggu semenjak saya beli, 
bukan karena saya makin lambat dalam membaca, namun karena banyak hal-hal lain 
yang membuat saya tidak bisa duduk diam menikmati bacaan sambil mencomot 
cemilan atau sekedar air putih segelas. Teriakan anak-anak, merelai keributan 
di antara mereka, lalu teriakan si istri yang menyuruh makan dan banyak hal 
lain terutama pekerjaan yang menunggu di pagi hari membuat saya tidak bisa 
membaca sampai terlalu larut. Dulu semasa kuliah, sekolah, saya pernah 
menyelesaikan cerita silat 40 jilid dalam waktu sehari  dua malam, sampai Om 
yang punya sewaan jadi bingung hehehehe... kenikmatan dan kemewahan seperti itu 
tidak lagi saya miliki, maka, tidak salah kalau orang - orang yang lebih tua 
dari saya dulu pernah mengatakan, kalau masih muda, belajarlah yang rajin 
karena masih banyak waktu yang kalian miliki.

  Waktu itu saya tidak menyadari sepenuhnya arti dari kalimat itu dan cukup 
banyak waktu yang saya buang untuk hal-hal yang sepertinya tidak banyak 
manfaatnya walaupun toh semua yang telah lewat itu memperkaya diri saya yang 
lalu menjadi saya hari ini.

  Bacaan saya lanjutkan ke novel Musashi, novel yang sama pernah saya baca 
waktu sekolah dulu dengan membaca cepat tentunya, namun saya baru menyadari 
betapa banyak bagian yang saya lewatkan dari novel itu, yang sepertinya 
bertele-tele dan berpanjang-panjang, namun tentunya itu merupakan bagian dari 
kemudaan saya dan ketidaksabaran saya waktu itu. Ini saya sadari belum lama dan 
terutama sekali ketika membaca bagian kisah Musashi yang umurnya dalam kisah di 
novel itu di banyak bagian hampir sama dengan usia saya ketika membaca novel 
itu pertama kali dan juga perjalanan hidup saya sesudahnya itu rasanya 
memperkaya pengetahuan dan pemahaman saya untuk bisa mengerti dan menemukan 
bagian-bagian yang saya lewati itu.

  Kadang saya berandai-andai kalau pemikiran saya yang sekarang kembali ke 
tubuh saya yang masih berumur dua puluh dua tahun dulu, tentu banyak hal yang 
bisa saya perbaiki dan lakukan dengan lebih baik, namun sayangnya mesin waktu 
rasanya tetaplah sekedar sebuah fiksi yang tinggal dalam impian dan hidup kita 
cuma punya gerak maju tanpa mundur.

  Satu hal yang menarik bagi saya yang mendorong saya menghidupkan laptop saya 
dan menuliskan hal ini adalah tulisan Musashi di bukunya sewaktu dia bermalam 
di rumah bibinya di Kyoto, kalimat ketiga yang dia tuiskan di bukunya berbunyi, 
"Aku tidak akan melakukan sesuatu yang akan ku sesali". Kalimat itu sungguh 
mengandung makna yang mendalam, niat untuk pengendalian diri yang sempurna, 
berusaha mencegah dirinya untuk berbuat sesuatu yang salah yang mungkin akan 
muncul dan menjadi sesuatu kejadian yang akan disesali dan akibatnya dituai di 
hari depan...... ya, tidak banyak orang seusia Musashi waktu menuliskan 
kata-kata itu seperti itu, kata-kata yang menunjukkan pemahaman akan proses 
kehidupan..... dan umurnya baru sekitar dua puluh dua tahu waktu dia menuliskan 
kalimat itu....  kepekaan yang luar biasa.. apakah anda juga begitu??

  Kalau iya, tentulah anda Musashi abad dua satu....  hehehe
  Oh ya, sedikit tetang apa yang saya lewatkan dulu. Dulu saya seringkali 
membaca cepat dan berusaha menangkap makna dari kisah yang ingin dituturkan 
oleh Eiji Yoshikawa tanpa melihat detail tentang Musahsi menulis buku dan 
tentang pertemuannya dengan ahli minum teh dan kaligrafi, saya lebih mau 
melihat alur ceritanya dan akhir ceritanya, bukan pada prosesnya, padahal alur 
itu cuma alur yang membawa kisah atau adegan cerita Musashi, cerita Taiko, yang 
lebih penting dari membaca itu adalah bagaimana meniikmati kisah yang sedang 
dibaca itu dan memahami proses berpikir dari para tokoh yang dikisahkan dalam 
novel itu. Proses berpikir yang mendalam, bijak atau proses berpikir yang 
berkembang seperti yang ditunjukkan oleh Musashi atau proses berpikir yang 
sempit dan mau menang sendiri yang diperlihatkan oleh musuh-musuh Musashi, 
semuanya merupakan alur yang menjadi kekuatan kisah di novel Musashi ini dan 
sama juga halnya dengan kisah Hideyoshi di novel Taiko...... 

  070807


------------------------------------------------------------------------------
  Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, 
news, photos & more.  

Kirim email ke