> "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya pernah berdiskusi dengan beberapa rekan dan sampai pada suatu 
> pertanyaan: seandainya seluruh akses keluar/masuk Indonesia ditutup, 
> mampukah kita bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri?
> 


Untuk pulau Jawa jelas jawabannya TIDAK MUNGKIN BISA, karena
perbandingan antara jumlah penduduknya dan lahan yang tersedia untuk
menumbuhkan makanan tidak seimbang.

Pulau Jawa adalah pulo yang terpadat penduduknya didunia ini. Lahan
yang tersedia sudah tidak mencukupi untuk kehidupan penduduk
diatasnya.  P.Jawa sangat tergantung kehidupannya dari luar Jawa.

Pulau Jawa bisa diibaratkan kapal yang sedang karam yang kalo tidak
ada bantuan dari luar maka semuanya mati karena penduduknya tidak
mungkin bisa berenang menyebrangi laut menuju ke Singapore ataupun ke
Australia.


> Ada yang menjawab: itu tidak mungkin karena berarti mengingkari 
> kenyataan globalisasi yang jelas-jelas sedang berekspansi di seluruh 
> belahan bumi. Sementara ada juga yang menjawab: awalnya mungkin 
> sulit, tapi lama kelamaan kita menjadi bangsa yang mandiri dan cukup 
> siap untuk kembali membuka diri dan berinteraksi dengan negara lain 
> 'with Dignity'.
> 


Bukti2nya mudah diperhitungkan, cukup anda cari data2nya berapakah
jumlah penduduk pulau jawa untuk dikalikan kebutuhan beras, gula,
sandang pangan dll, dan dibandingkan dengan jumlah yang bisa
diproduksi dipulau jawa untuk menutupi kebutuhan ini.

Asal anda tahu saja, kebutuhan air bersih untuk pulau jawa sudah tidak
bisa terpenuhi.


> Saya sebenarnya lebih memilih jawaban yang kedua. Tapi sayangnya, 
> ada keraguan apakah segenap komponen bangsa punya komitmen kuat 
> untuk menutup diri. Akhirnya, kita sepakat untuk tidak menutup diri 
> tapi tetap mempersiapkan posisi tawar yang semakin membaik seiring 
> berjalannya waktu. Normatif sekali....
> 
> 


Bukan masalah kommitment, tapi memang tidak mencukupi.  Jangan
membandingkan dizaman Belanda Indonesia sebagai pengeksport beras
terbesar didunia, sekarang menjadi pengimport beras terbesar didunia.
 Hal ini bukan kesalahan kommitmentnya, melainkan memang planning
penduduknya yang acak2an sehingga project transmigrasi yang
mendapatkan bantuan dari dunia juga gagal.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke