KEUNTUNGAN SAH-SAH SAJA TAPI NURANI DI KEDEPANKAN
Ada yang menarik ketika saya membaca Iklan dalam
bentuk berita/ advertorial di Harian NTB Post dan
beberapa Harian lainnya tanggal 24 Agustus 2007 yang
berjudul “ CV Bersama Jaya dan PT Graha Ismaya tidak
lakukan Pembohongan Publik”. Awalnya saya tidak begitu
tertarik dengan berita tersebut, tapi lama-lama saya
jadi berfikir, kenapa PT Graha Ismaya begitu tertarik
merespon berita tentang hasil kunjungan DPRD Lombok
Barat Komisi IV beberapa waktu yang lalu di RSUD
Tripat. Di RSUD Tripat tersebut para Wakil Rakyat ini
menemukan beberapa kejanggalan terutama berkenaan
dengan hasil temuan alat-alat kesehatan yang pernah
ditenderkan.
        Memang setiap adanya proyek tender alat-alat
kesehatan yang ada di Nusa Tenggara Barat selalu
bermasalah dan proses hukumnya tidak jelas. Dari
pemberitaan yang dimaksud yang menuding bahwa PT Graha
Ismaya lakukan Pembohongan Publik. Dimana Perusahaan
ini dikenal cukup Bonafid di Indonesia namun CV
bersama Jaya selaku pelaksana Proyek tidak profesional
untuk mengerjakan paket proyek tersebut yang senilai
10 Milyar. Mengingat kantor yang dimiliki tidak
mempunyai alamat yang jelas/ terindikasi fiktif. Ini
merupakan fakta dari temuan Irjen Departmen Kesehatan
RI sekitar tahun 2006. (Ironis memang).
        Kegelisahan saya sebagai bagian dari masyarakat
selaku pengguna jasa kesehatan, seharusnya mendapat
perhatian serius dari Pemerintah dan para pemain
Proyek yang ikut dalam tender alat kesehatan tersebut,
karena alat kesehatan ini sangat memiliki korelasi
langsung terhadap jiwa manusia.
Keraguan saya terhadap barang-barang Alat Kesehatan
(Alkes) dimaksud bermula dari spect dan harga barang
yang dimaksud misalnya Clincal Chemistry Analizer atau
dalam bahasa Indonesianya Alat Analisa Kimia Klinik
yang sempat saya baca. Menurut rekan saya yang juga
sebagai user/pemakai yang bertugas disalah satu rumah
sakit bahwa alat yang dimaksud diatas lumayan mahal
harganya tidak sama harganya dengan sebuah komputer. 
Jadi analogi yang coba di ungkapkan oleh Haris Asmin
Manager Penelitian dan Pengembangan PT Graha Ismaya
LTD sangat tidak masuk akal. Apalagi informasi yang
saya dengan dari seorang kawan di Jakarta yang cukup
familier dengan barang-barang kesehatan mengatakan
bahwa alat-alat Kesehatan khususnya Laboratorium
Pabrikan tidak pernah melakukan Part OEM (Original
Equipment Manufacturer) yang dibeli dari Perusahaan
lain atau Negara lain artinya harus original apalagi
produk kesehatan tersebut Made in Jerman contohnya
Produk merk Human  yang sama-sama dari Jerman yang
tidak pernah membeli spare part dari negara lain
karena untuk menjaga mutu dan kualitas serta sebuah
reputasi.
Artinya jika alat tersebut salah sedikit menganalisa,
fatal akibatnya langsung terhadap nyawa manusia. Jadi
kesimpulannya alat tersebut sekali lagi tidak sama
dengan komputer yang gampang dirakit seperti yang di
analogikan dalam berita tanggal 24 Agustus 2007
tersebut.
Jika dulu masyarakat beserta kelompok LSM melakukan
presure terhadap fisik, biaya dan final kuantity
terhadap opembangunan RSUD tersebut. Dapat dipahami
hal itu tidak berlanjut meskipun sudah sampai kepada
Lembaga KPPU Jakarta atas laporan LSM GERTASI NTB.
Akan tetapi jangan dong Alat Kesehatannya (Alkes)
“KANIBAL”, karena itu syarat dengan pembunuhan
terselubung. Baik dari sisi harga sangat diragukan
kalau dibawah 100 juta, karena alat ini pasti diatas
100 Juta,an.
Kalau kita bicara tentang KALIBRASI hal itu, hanya
dapat dilakukan oleh Badan Kalibrasi nasional dan atau
Lembaga Swasta yang telah mendapat
Legalitas/Terakreditasi secara Nasional maupun
International, karena untuk menjamin keamanan terhadap
penggunaan alat tersebut oleh para User/pemakai di
tiap-tiap Rumah Sakit.
Jadi pembeli atau pengguna cukup melakukan uji teknis
dan tidak perlu melakukan pembongkaran alat sebagai
mana yang dilakukan oleh Rumah Sakit Tripat Kabupaten
Lombok Barat NTB.
Kecemburuan masyarakat seperti itu wajib dibuktikan
secara yuridis formal dan melibatkan para saksi ahli
seperti akademisi atau akademi teknik medical (ATEM),
hingga asal usul barang yang dimaksud, sesuai dengan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) sesuai dalam
ketentuan negara yang di amanatkan kepada Produsen
alat kesehatan tersebut selaku pelaksana.
Kalau bicara tender proyek sah-sah saja kita mengambil
sebuah keuntungan, tapi alat-alat kesehatan ini kan
berhubungan dengan nyawa/tumbal manusia. Jadi sangat
tidak masuk akal kalau dianalogikan dengan sebuah
Komputer yang seharga paling tinggi 20 jutaan.
Sebenarnya penemuan anggota DPRD Lombok Barat saat
berkunjung ke RSU Tripat cukup membuat kita semua
sebagai masyarakat kaget luar biasa, bagaimana tidak
banyak alat kesehatan yang umurnya baru seumur jagung
tapi alat tersebut sudah banyak yang rusak. Paranya
para penyedia alat tersebut seakan-akan tidak punya
hati nurani. “Nyawa manusia disamakan dengan rupiah
yang dikeruk dalam sebuah keuntungan”.
        Kami atas nama Masyarakat memang orang yang bodoh
terhadap alat kesehatan tersebut, tapi ada satu yang
dilupakan bahwa tidak semua masyarakat gampang di
kadali. Dan untuk itu kami menghimbau agar para
penegak hukum tolong dengan seksama melihat persoalan
ini karena berhubungan dengan nyawa manusia. Sudah
begitu banyak kasus alat kesehatan tidak jelas
penanganannya ditingkat penyidik. Maka harapan saya
terhadap para penegak hukum agar hukum benar-benar
ditegakkan dan SP3 ditiadakan khusus dalam penangan
kasus alat Kesehatan.

Dan atas dimuatnya Keluhan ini sebagai masyarakat yang
masih punya nurani, kami ucapkan banyak terimakasih.
Mataram, 27 Agustus 2007
Hormat Saya,


Sudirman Ahmad
Sekretaris Umum LRI-HAM/ Divisi Hukum & Pengemban Hak
Azasi Manusia (HAM) Propinsi NTB




       
____________________________________________________________________________________
Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's 
Comedy with an Edge to see what's on, when. 
http://tv.yahoo.com/collections/222

Reply via email to