Empat Dusta
   
   
  Media Indonesia telah kebobolan oleh termuatnya sebuah berita bohong. 
   
  Chavchay Syaifullah, yang seolah-olah melakukan reportase acara pembukaaan 
Utan Kayu International Literary Biennale 2007, menulis sebuah laporan dengan 
judul utama, “Si Geger Menangis, Pesta Bir Berlanjut” (Media Indonesia, Minggu 
26 Agustus 2007). 
   
  Utan Kayu International Literary Biennale 2007 adalah pertemuan sastra 
internasional ke-4 yang diadakan oleh Komunitas Utan Kayu, yang kali ini 
diselenggarakan di Jakarta dan Magelang.  Acara tersebut juga berlangsung di 
kedutaan besar dan pusat kebudayaan asing di Jakarta, serta di sekolah dan 
pesantren.  Festival diikuti 26 sastrawan Indonesia dari berbagai daerah, 20 
sastrawan dari Lebanon, Pakistan, India, Malaysia, Singpura, Taiwan, Korea 
Selatan, Togo, Bolivia,  Belanda, Australia dan AS. Telah datang juga sejumlah 
pengamat dari luar negeri.  
   
  Tulisan Chavchay tidak mencerminkan inti dan cakupan pertemuan sastra itu. 
Sebaliknya, di dalamnya terdapat sedikitnya empat kebohongan:
   
  Pertama, menurut Chavchay, “Terlihat banyak tamu yang mabuk selepas acara 
pembukaan itu.” Ia katakan pula, “Peristiwa itu terang saja membuat risih para 
tamu lainnya yang menilai pesta bir itu sebagai pekerjaan setan.”
   
  Kedua, menurut Chavchay, “…seorang penyair bernama Geger menangis”, karena 
selepas menulis nama dan membubuhkan tandatangan pada buku tamu,  “ia diusir 
satpam.” 
   
  Ketiga, Chavchay mengutip penyair Geger, “Saya memang bersandal jepit dan 
berpakaian jelek seperti ini. Tapi apa karena penampilan seperti ini saya tidak 
boleh masuk?” Dikatakan pula, Geger “berlinang air mata.” Tulis Chavchay 
selanjutnya, “’Yang boleh makan ialah jenis undangannya lain,’ kata rekan Geger 
asal Papua itu sambil menunjukkan undangan yang kemudian dilicaknya sendiri.”
   
  Keempat,  Chavchay menulis, “Sudah bukan rahasia lagi KUK kurang suka dengan 
Sutardji Calzoum Bachri.”
   
  Kami katakan semua itu dusta belaka,  karena: 
   
  Pertama, berdasarkan kesaksian hadirin maupun petugas, tidak ada seorang pun 
(apalagi “banyak”) tamu yang mabuk. Perlu diketahui, bir disediakan sangat 
terbatas dan gerai bir ditutup sebelum acara selesai. Adapun penyediaan bir 
adalah suatu kelaziman dalam jamuan internasional, juga bukan pertama kalinya 
terjadi di Taman Ismail Marzuki. 
   
  Chavchay, dengan mengatasnamakan para tamu, menilai resepsi itu adalah “pesta 
bir”, “sebagai pekerjaan setan.”  Penilaian seperti itu jelas bertujuan 
menyebarkan citra buruk  Komunitas Utan Kayu, Taman Ismail Marzuki, Dewan 
Kesenian Jakarta, para sastrawan peserta festival dan para tamu. 
   
  Kedua, kami menegaskan tidak ada seorang pun yang diusir keluar atau 
dihalang-halangi untuk masuk dari dan ke Teater Kecil TIM malam itu. Hal ini 
bisa dicek kepada satpam, petugas dari panitia, dan para hadirin, termasuk 
Geger . 
   
  Ketiga, acara tersebut terbuka untuk umum, gratis, dan hadirin tidak harus 
menunjukkan undangan untuk menikmati acara dan hidangan. 
   
  Keempat, kami tegaskan bahwa tidak ada perasaan tidak suka kami terhadap 
Sutardji Calzoum Bachri. Kami mendasarkan undangan bukan pada perasaan suka dan 
tidak suka. Kami tak punya masalah dengan Sutardji. Beberapa kali kami juga 
mengundang beliau dalam acara di Teater Utan Kayu maupun dalam Biennale Sastra. 
 Bahkan Sutardji pernah menjadi pembicara pada acara diskusi tentang puisi di 
Teater Utan Kayu. 
   
  Chavchay dengan sengaja mengabaikan keharusan etis wartawan untuk melakukan 
pengecekan kepada dua pihak yang bersangkutan. Kami sungguh heran mengapa 
seorang wartawan dari suratkabar terkemuka menulis fitnah dan kebohongan, 
seolah digerakkan oleh kedengkian. 
   
  Kami sangat menyesalkan bahwa rubrik kebudayaan Tifa  Media Indonesia, yang 
mestinya punya peran penting dalam penyebaran informasi dan pemikiran 
kebudayaan, telah disalahgunakan untuk menyebarkan fitnah dan berita bohong. 
Berita bohong semacam itu bisa mengakibatkan kesalahpahaman, kesan buruk dan 
reaksi yang tak semestinya.
   
  Kami percaya, bahwa fitnah dan berita bohong yang disebarkan oleh Chavchay 
tidak sesuai dengan kebijakan, watak, dan kebiasaan Media Indonesia. 
   
  Marilah kita lebih banyak bekerja untuk menghasilkan karya-karya bermutu dan 
bukannya membiakkan fitnah.
   
   
  Panitia Penyelenggara Utan Kayu International Literary Biennale 2007, 
Komunitas Utan Kayu, Jakarta.
  .
   
   
   
                    


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

       
---------------------------------
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

Kirim email ke