Tidak ada maksud apa2 dalam memberikan nasehat semacam itu. Sesuai kapasitas sebagai rakyat biasa, maka hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mencegah terjadinya hal-hal demikian terhadap diri kita ataupun sahabat serta saudara-saudara yang kita cintai. Setiap masalah bisa dipandang dari berbagai sisi yang berbeda. Saya mencoba mengambil sudut pandang positif dari masalah tersebut.
Kalau kita tengok ke belakang, banyak kejadian yang membuat kita emosi terkait dengan hubungan Indonesia dengan negara tetangga. Australia mengeluarkan travel warning dan berkomentar mengenai urusan dalam negeri kita, perjanjian pertahanan dengan Singapura dan pencurian pasir kita, berbagai kasus dengan Malaysia yang anda sebutkan di email terdahulu, semuanya membuat kita emosi dan menganggap negara2 sekitar kita bermusuhan dengan Indonesia. Lantas, apakah kita harus bereaksi marah-marah dan emosi tinggi terhadap semua kejadian itu? Apakah kita berharap pemerintah menarik semua duta besarnya di negara tetangga dan mengumumkan perang terhadap mereka misalnya? Dalam setiap negara ada orang-orang yang memiliki tingkah laku negatif dan tentunya kita tidak bisa melakukan generalisasi bahwa di negara tersebut semua penduduknya berlaku demikian. Coba kita lihat negara kita sendiri. Ketika ada sekelompok orang melakukan tawuran antar kampung atau melakukan penyiksaan terhadap etnis tertentu, pastinya kita tidak mau dianggap bahwa semua penduduk Indonesia berperilaku kasar dan suka berkelahi. Oleh karena itu, sebaiknya kita berfikir panjang untuk bereaksi terhadap berbagai kejadian yang menimpa saudara-saudara kita di negeri orang. Darah saya pun rasanya mendidih mendengar saudara kita dipukuli seperti itu di Malaysia. Tapi saya tidak mau beranggapan bahwa semua orang Malaysia punya perilaku kasar. Sama halnya, saya tidak mau dianggap sebagai teroris atau bajak laut, hanya karena saya orang Indonesia dan ada sekelompok orang Indonesia yang melakukan perbuatan seperti itu. Reaksi emosional semacam sweeping terhadap warga Malaysia, hanya akan menambah citra buruk negara kita dan konsekuensinya, warga Indonesia yang tinggal di luar negeri menjadi khawatir terhadap perlakuan serupa yang mungkin menimpa mereka. Satu hal yang pasti, saya sangat mendukung langkah Kedubes RI di Malaysia untuk membawa masalah-masalah pemukulan dan penyiksaan warga Indonesia ke pengadilan. Kalau perlu, pemerintah kita bisa membawa masalah tersebut ke pengadilan internasional mengenai HAM. Untuk itu, diperlukan langkah diplomasi yang serius dan dipersiapkan dengan matang serta perlu dipikirkan berbagai konsekuensi logisnya. ----Original Message---- From: [EMAIL PROTECTED] Date: 02-Sep-2007 09:28 To: <[EMAIL PROTECTED]> Subj: RE: [mediacare] Promosi wisata Malaysia tercoreng oleh ulahkasarpolisi Terkadang memberi nasehat kepada orang lain adalah suatu tindakan yang terpuji, akan tetapi jika nasehat itu tidak memecahkan masalah atau tidak sesuai dengan masalah berarti nasehat itu hanya omong besar. Persoalan yang terjadi bukan sekedar kelengkapan surat2 atau lainnya, tapi cenderung kepenghinaan atau pelecehan. lain lagi cerita jika polisi di Negara Malaysia tidak ada yang sekolah atau tidak berpendikan atau bisa juga tidak memiliki adat kesopanan. Saran saya anda lebih baik anda diam dan tidak omong besar, atau jangan2 pikiran anda, dengan anda memberi nasehat semacam itu, anda akan dianggap orang indonesia yang berbesar hati dan penuh kesabaran, atau bisa jadi anda seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Cobalah anda jalan2 kenegeri jiran dengan surat2 yang lengkap atau anda bisa berpikir, jika yang jadi wasit pada waktu itu adalah anda, bagaimana tanggapan anda? Apakah anda akan tetap bersabar dan berbesar hati atau anda punya tanggapan yang lain ? Ingat ya, Saya Tunggu Jawaban Anda Ya! From: [EMAIL PROTECTED] Date: 02-Sep-2007 09:28 To: <[EMAIL PROTECTED]> Subj: RE: [mediacare] Promosi wisata Malaysia tercoreng oleh ulahkasarpolisi Itulah kelemahan bangsa indonesia yang terlalu lama dijajah,diperbudak dan dibodohi baik oleh bangsa asing maupun bangsa kita sendiri sampai2 tindakan yang sangat diluar batas kemanusiaan dan dilakukan ber ulang - ulang oleh bangsa lain terhadap bangsa kita,kita masih disuruh sabar2 terus apakah hal spt ini merupakan hal yang wajar dalam hubungan antar bangsa saya kira tidak, tetapi karena ada motifasi2 tertentu dari pemimpin2 kita di Jakarta untuk mengamankan jabatannya makanya setiap kali ada pelanggaran terhadap hak asasi bangsa kita,kita terus yang disuruh mengalah dan sabar.Kalau anda perhatikan mana ada tindakan pejabat di Jakarta manakala mereka mendengar rakyatnya dianiaya, diperkosa, dibunuh oleh bangsa lain. Tetapi coba anda perhatikan tidakan pemerintah Filipina manakala mereka mendengar rakyatnya yang menjadi pembantu rumah tangga di luar negeri dianiaya oleh majikanya presiden Qorizon Aquino waktu itu langsung berteriak lantang menentang secara langsung tindakan sewenag - wenang yang dilakukan oleh bangsa lain. padahal itu cuma pembantu rumah tangga Maksud saya begitu bung kalau dari expresi saja kita loyo apalagi dalam tindakan nyata tentu lebih lemah lagi.Jadi kita sebagai rakyat jelata kita jangan ikut2 an seperti pemimpin di Jakarta yang sok bijaksana, sok berpikir jernih, sok menahan diri, kalau mereka itu berbuat demikian karena mereka sudah mendapat kursi empuk dan jabatan yang enak ,mereka tidak mungkin memikirkan masa depan dan kesejahteraan kita,coba kalau keadaanya dibalik yang menjadi korban itu Salah satu anggota keluarga para pejabat itu tentu mereka akan berbicara lain jadi itulah munafiknya bangsa Indonesia tercinta ini yang dahulu diagung-agungkan sebagai bangsa yang besar, jamrut katulistiwa, penduduknya sangat berbudaya, menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama dsb,tetapi kenyataannya yang kuat menindas yang lemah, mayoritas menindas minoritas jadi semuanya omong kosong alias bullshit.Maaf ya saya sangat emosional kalau membicarakan masalah anjing Malaysia ini. salam hormat nasionalis