Indonesia pernah membeli pesawat terbang untuk TNI AU dari Israel, waktu itu semua diam tak berkutik kebencian agama dan solidaritas terhadap rakyat Palestina tidak diingat.
Berikut ini berita lain mengenai sumbangan waktu tsunami: http://www.jafi.org.il/education/actual/tsunami/7.html Historic Breakthrough in Indonesia On January 12th, in an effort coordinated between the Israeli Ministry of Foreign Affairs, the Israel Ministry of Defense and Israeli non-governmental organizations, 75 tons of food, medicines, and supplies, landed on an El Al airplane in Indonesia, a Muslim country with heretofore no diplomatic relations with Israel. According to the Ministry of Foreign Affairs website, the cargo included 16 tons of baby food donated by the Remedia and Materna companies, 30 tons of rice, flour, water, sugar and grains donated by Koach Latet ("Power to Give" -- not to be confused with LATET), as well as the Sugat and Osem Israeli food manufacturers, five tons of plastic sheeting donated by Hovav Plastica and Haogenplast, and 20 tons of medicines produced by Teva Pharmaceuticals, donated through the LATET organization. In addition, donations from Shari Arison Glazer and the Shira Hadasha congregation in Jerusalem funded a water purification system produced by Israeli manufacturer Netafim, which itself donated a second system. Moreover, a contribution of some $300,000 by from the Sacta-Rashi Foundation, Mark Solomon, and the Friends of Yemin Orde Wingate Youth Village covered the cost of the flight. El Al provided the plane at minimal cost, and the Defense Ministry and Maman provided quick, efficient, free service at the airport. This contribution, together with that of Koach Latet, also provided ten communications networks produced by Gilat Satellite Networks, which donated two additional networks. After years of cold political relations between Israel and Indonesia, the willingness of Indonesia to accept aid from Israel is highly encouraging, especially when compared to last year's rebuff from Iran, which refused Israel's help to search for and treat the victims of the major earthquake in Bam. The significance of this new relationship was not missed by Director-General of the Foreign Ministry, Ron Prosor, who told the Ynet news service, "This is the largest Muslim country in the world, with which we do not have diplomatic relations. I feel that they received our aid as it was given, from heart to heart, Jews helping Muslims in time of distress. The aid will reach thousands of orphans who lost their families in the disaster." Mr. Prosor was received in Indonesia by senior officials who expressed great appreciation for the Israeli aid, which, for the sake of the tsunami victims, will hopefully be continued under the new, warmer relations between Jakarta and Jerusalem. ----- Original Message ----- From: as as To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 06, 2007 8:37 AM Subject: Re: [mediacare] Ketua MPR Hidayat Nurwahid kebakaran jenggot gara-gara Israel mau tanam modal di Indonesia Mungkin karena si Enur itu bercita-cita ingin menjajah Israel, barangkali. Saya kira semula dia orang Jawa yang penuh toleransi itu. Tapi kalau sudah kemasukan hantu kalifakiah, mungkin jadi berubah , sukar memanusiakan manusia. Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote: HARIAN KOMENTAR 06 September 2007 Israel Ingin Investasi, Politisi Kebakaran Jenggot Putusnya hubungan diplomatik, bukan berarti kegiatan bisnis kedua negara terputus. Tak heran jika Israel telah menyatakan kesiapannya berinvestasi di Indonesia. Malah utusan Israel sudah menemui Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro terkait bisnis kilang minyak dan biofuelnya di Indonesia. Sayangnya keinginan Israel ini, membuat politisi nasional kita kebakaran jenggot. Malah Ketua MPR Hidayat Nurwahid mengecam hal itu dan meminta DPR bertindak. "DPR harus memanggil Men-teri ESDM, kok bisa-bisanya utusan Israel ditemui. Tidak mungkin mereka presentasi kalau tidak ada kemungkinan apa-apa. Jadi ini perlu dipanggil menterinya. Masak mereka (Israel) datang hanya untuk presentasi gratisan," kata Ketua MPR Hidayat Nurwahid seperti dilansir detikcom Rabu (05/09). Hidayat menyesalkan adanya gelagat pemerintah yang tampak membuka peluang bagi investor Israel. "Buat apa membuka celah seperti ini?" tanya dia. Hidayat menjelas-kan, jika Indonesia ingin me-ngembangkan bisnis kilang minyak dan pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel, tidak perlu menjalin kerjasama dengan negara kontroversial itu. "Indonesia ini kan tidak kekurangan teman baik. Bisa dengan negara-negara Timur Tengah, Arab Saudi, Iran, Kuwait, lalu Emirat," kata Hidayat. Sementara Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris tidak keberatan dengan rencana Israel investasi di In-donesia. Menurutnya hubungan dagang dengan Israel berbeda dengan hubungan diplomatik. "Memang sebenarnya tidak ada masalah, hubungan diplomasi kan berbeda dengan hubungan dagang. Jadi kalau hubungan dagang silakan saja," ujarnya. Menurutnya dalam hal perdagangan, orang Indonesia juga tak terhindarkan untuk bertransaksi dengan orang Yahudi. "Seperti kalau WNI lagi di Amerika, itu beli barang dari orang Yahudi, itu salah atau tidak," kata Fahmi mencontohkan. Fahmi mengaku dirinya belum mengetahui perusahaan Israel yang mana yang akan masuk ke bisnis kilang dan bahan bakar nabati di Indonesia. Menurutnya bisa saja Israel menggunakan perusahaan berbendera negara lain untuk masuk ke dua bisnis tersebut. "Bisa saja ia memakai perusahaan Amerika, Singapura atau yang lainnya. Seperti kalau orang Indonesia menanamkan mo-dalnya keluar negeri, kan bisa atas nama orang lain," tandasnya.(dtc/*) ------------------------------------------------------------------------------ Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online. ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.485 / Virus Database: 269.13.6/991 - Release Date: 9/5/2007 2:55 PM