http://www.suarapembaruan.com/News/2007/09/01/FaithLif/faith01.htm
SUARA PEMBARUAN DAILY Jurnalis, Obat yang Menyembuhkan atau Virus Membinasakan? Agama adalah salah satu faktor yang banyak berperan dalam mempengaruhi pembuatan keputusan dalam berbagai aras kehidupan, dan dalam berbagai skala lokal, regional atau global. [JAKARTA] Pdt Erastus Sabdono mengatakan, jurnalis sebagai profesional yang berkiprah di media cetak maupun elektronik memiliki kesempatan besar untuk mewujudkan panggilan pelayanan. Pena bisa lebih tajam dari pedang seorang pahlawan. Siaran melalui media elektronika suaranya bisa bergema sangat panjang. Tulisan jurnalis dan kiprah media elektronik dapat menciptakan atmosfir perdamaian atau permusuhan, berkat atau kutuk, obat yang menyembuhkan atau virus yang membinasakan. Demikian Pdt Erastus saat berbicara pada seminar dan diskusi bertopik "Wartawan, Kekristenan, dan Industri Media" yang di- selenggarakan oleh kelompok wartawan Kristen INKommunity, baru-baru ini di Jakarta. Menurut Rektor Institut Teologia dan Kejuruan Indonesia (ITKI) Jakarta itu, bahaya kesalahan dokter masih lebih ringan dibanding tulisan dan tayangan yang meracuni pikiran pembaca dan pemirsanya. Salah obat, dokter dapat membunuh tetapi tulisan dan tayangan yang salah membentuk dan mewarnai jiwa sepanjang hidup seseorang. "Media dipanggil untuk mengusahakan damai melalui kiprahnya. Media turut berperan dalam mewujudkan Indonesia yang damai bersatu dan sejahtera, walau itu tidak mudah," katanya. Kompetisi Ketat Sering terjadi orang terjebak di antara idealisme dan kebutuhan. Di antara penyajian tulisan dan tayangan yang etis-informatif atau komersial-konsumtif di belantara kompetisi ketat antarmedia. Terdapat godaan untuk menampilkan tulisan dan tayangan yang tidak etis-informatif tetapi konsumtif-komersial yang tidak etis. "Mari kembali pada panggilan, kejarlah kekudusan. Jurnalis Kristen dapat menjadi hamba-hamba Tuhan yang menyampaikan suara kenabian. Profesi jurnalis juga profesi rohani," tandasnya. Pelayanan merupakan ekspresi kodrat Allah dalam diri manusia untuk melakukan apa yang diingini atau dikehendaki-Nya. Tuhan menciptakan manusia segambar dengan diri-Nya agar dapat melakukan kehendak-Nya. Semua profesi dan kegiatan adalah pelayanan di mana seseorang memperagakan atau memerankan panggilan-Nya. Semua itu harus diterima sebagai sesuatu yang rohani, kudus, dan mulia. Di sisi lain rohaniawan, kata Pdt Erastus, harus meninggalkan cara berpikir sempit dan sikap arogan, seolah-olah hanya mereka yang memiliki panggilan untuk melayani Tuhan atau paling tidak merasa bahwa panggilan mereka lebih rohani, kudus, dan mulia. "Hendaknya para rohaniwan dan pejabat gereja mulai belajar untuk tidak merasa bahwa panggilannya lebih berkualitas," tandas Gembala Sidang Gereja Rehobot itu. Sementara itu, salah seorang Dewan Penasihat INKommunity, Kristanto Hartadi mengajak wartawan Kristen di mana saja bertugas untuk bergabung. Perkumpulan ini memiliki visi menjadi wartawan Kristen yang kompeten dan berdedikasi tinggi, yang dengan hati nurani yang telah Tuhan berikan, bersedia memperjuangkan pendirian melalui profesi yang digeluti, untuk pada akhirnya menghasilkan berita yang sensitif, advokatif, dan mampu mempengaruhi opini publik terutama bagi kepentingan bangsa Indonesia. Dalam waktu dekat, katanya, akan ada diskusi yang mengambil tema "Reporting Religion as News". Tema ini akan membuka wawasan mengenai penting dan strategisnya berita bernuansa agama di media. Agama adalah salah satu faktor yang banyak ber- peran dalam mempenga- ruhi pembuatan keputusan dalam berbagai aras kehidupan, dan dalam berbagai skala lokal, regional atau global. Mengapa hal itu luput dari perhatian, hal itu antara lain karena para war- tawan, khususnya di me-dia arus utama, tidak menganggap masalah ini lebih penting dibanding politik, olahraga, kriminal dan lainnya. Para wartawan, katanya lagi, baru menganggap sesuatu peristiwa bernuansa agama menjadi berita kalau itu merupakan konflik (bentrok antarmasyarakat, penutupan tempat ibadah dan lain-lain). Padahal, dalam kehidupan sehari-hari, berita bernuansa agama cukup banyak meskipun bernuansa feature, politik, kriminal, investigasi. Tidak melulu konflik atau ritual. Mereka yang akan tampil sebagai pembicara pada diskusi mendatang antara lain Kristanto Hartadi, Adiputra konsultan radio, Victor Silaen Pemimpin Redaksi Reformata, dan Don Bosco Salamun, anggota Komisi Penyiaran Indonesia. [R-8] -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 31/8/07