Salam untuk Bapak Budi Dharma, Dalam negara sekuler seperti Indonesia, sudah selayaknya urusan agama dipisahkan dengan urusan negara. Hidayat Nur Wahid, dalam kapasitasnya sebagai ketua MPR, haruslah berbicara menurut hukum dan peraturan yang berlaku di negara Indonesia. Jadi, bagi orang yang memathui peraturan Negara RI, haruslah memberikan komentar yang tidak berdasar agama atau menghubung-hubungkan dengan ajaran suatu agama.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri di Pasal 2 yang berbunyi Pasal 2 Hubungan Luar Negeri dan Politik Luar Negeri didasarkan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-garis Besar Haluan Negara. dan kutipan penjelasannya yang berbunyi Penjelasan Pasal 2 Pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia haruslah merupakan pencerminan ideologi bangsa. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan landasan idiil yang mempengaruhi dan menjiwai politik luar negeri Republik Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif berdasar atas hukum dasar; yaitu Undang- Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional yang tidak lepas dari tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. dan mengacu kepada Preambule UUD 1945 Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Maka sudah selayaknya Indonesia tidak menjalin kerjasama dengan bangsa yang terkenal menjajah negara lain. Jika ada orang atau organisasi yang mendukung perjanjian kerjasama dengan negara yang menjajah negara lain, maka orang atau organisasi tersebut telah melanggar Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Jadi, pernyataan Hidayat Nur Wahid yang tidak menyetujui kerjasama dengan Israel adalah beralasan, karena Israel adalah salah satu negara penjajah. On 9/7/07, Budi Dharma <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalo tidak salah ada kalimat bijak seperti ini : "Kami ciptakan kamu > bersuku-suku bangsa agar kamu saling mengenal". Nggak ada perintah agama > yang bilang: "Bencilah sesamamu, anarkislah terhadap orang yang tidak > sepaham dengan kamu." > > Kontroversi pernyataan ketua MPR atas penolakannya saat ada investor > Israel hendak masuk ke negeri menunjukkan bahwa mantan petinggi PKS ini > masih kerdil akan pemahaman agamanya. Membela Palestina sich sah-sah saja, > tapi caranya jangan kayak anak kecil gitu donk. Bermusuhan nggak mutu dengan > Israel demi gengsi dengan rakyat Palestina. Yang perlu kita demo tuh > kebijakannya, bukan Negara dan orangnya. Lha, emang di Israel sendiri nggak > ada kaum muslimnya ? > > Dalam banyak sejarah agama besar dunia, meski memang Israel ini "kepala > batu" tetapi sudah menjadi rahasia umum dipilih sebagai bangsa dengan > keturunan yang sangat diberkati Tuhan dengan kepintaran luar biasa. Jagat > politik dan ekonomi dikuasai oleh mereka, sementara kamu Arab hanya > membanggakan kejayaan masa lalunya saja. Sikap sirik dan picik saja yang > terus ditonjolkan. > > Jadi kembali ke kalimat bijak diatas, bagaimana mau menjadi rahmat bagi > seluruh dunia bila suasana perseteruan saja yg diumbar. Keras hati dan tidak > mau menyadari bahwa sebenarnya banyak hal positif yg bisa kita pelajari dari > sepak terjang Israel dalam percaturan dunia ini. Maaf, kalo mau menampilkan > sosok pongah di kancah internasional, bukannya justru kita bakal diketawain > terus oleh dunia luar ? > > NB : mau tanya Negara Arab / timur tengah mana saja yang tidak menjalin > hubungan diplomatic dengan Israel ? > > > >