Dear miliser dimana saja berada,
   
  Tadi pagi saya terima email dari Bli I Gusti Purwaka yang tak saya kenal 
sebelumnya. Dari namanya, jelas dia orang Bali. Mungkin ia tahu emailku karena 
kebetulan saya memoderasi beberapa milis. 
   
  Isinya sebagai berikut:
   
  Bung Moderator, 
   
  Semoga anda sudi memuat tulisan keluhan hati minoritas ini.
   
  Shanti,
   
  I.G. Purwaka
-- 
  
  [EMAIL PROTECTED]
   
  -----------------------------------------------
   
  Lalu lampirannya saya buka. Saya pikir berbentuk sebuah tulisan opini. 
Ternyata sebuah puisi karya Saut Situmorang. Oh, dia lagi, dia lagi. Berikut 
isi lampirannya:
   
  Harian Republika yang Islami itu dalam edisi 26 Agustus 2007 lalu memuat 
sajak seperti ini:
  
para pelacur pun
masih di kamarnya bergelut. dalam kabut
alkohol aku biarkan kata kata
menjebakku dalam birahi
rima metafora. kemulusan kulit
kupu kupumu dan garis payudaramu
yang remaja membuatku cemburu
pada para dewa yang, bisikmu,
menggilirmu di altar pura mereka.
  
Sajak itu karya seorang penyair yang bernama Saut Situmorang. Kalau saya baca 
kalimat-kalimatnya yang klise dan bombastis, penyairnya kelihatannya masih baru 
belajar menulis.  Akan tetapi untuk penyair yang baru belajar sekalipun 
seyogyanya tidak pantas memakai 
  kata-kata yang meletakkan seksualitas sebagai ukuran sastra.  
   
  Sangat saya sayangkan Republika yang Islami itu telah kecolongan diisi oleh 
seorang penyair yang jorok pikirannya.  Apalagi di dalam sajak tersebut saya 
dapatkan kata-kata yang sangat menyinggung perasaan orang Hindu Bali, misalnya 
disebut “para dewa” yang 
  “menggilir” perempuan di altar “pura” mereka.
   
  Harap kita waspada terhadap langkah-langkah seperti ini.
  
Merdeka,
   
  I.G. Purwaka.


e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

       
---------------------------------
Got a little couch potato? 
Check out fun summer activities for kids.

Kirim email ke