Mas Satwiko,
Publik di-dzalimi loh, dan publik gak sadar dikelabui seperti apa.
Kasat mata memang cuma dimintain duit, tapi lihatlah bahwa entitas
Astro hingga dua hari ini masih 51% asing (sampai hari ini gak ada tuh
di Depkumham secarikpun lembaran negaranya pindah jadi 20%, gak tau
yah kalau tiba-tiba karena kasus ini akhirnya dibuatkan akta
perusahaan baru hehehe). Saya mah tidak rela duit saya bikin kaya
orang Malaysia yang notabene gebukin Donald dan puluhan TKI kita di sana. 

Mas Satwiko pernah naik AirAsia dari KL ke Surabaya? Saya pernah, dan
rasanya seperti naik kereta Sodom Gomorah. Pernah baca posting milis
kawan kita yang datang ke acara kemerdekaan di Kedubes Malaysia dua
minggu lalu? Atau baca posting kawan kita yang bekerja di Malaysia
naik bus dibentak karena orang "Indon"?

Baca Kompas pagi ini deh, halaman 15. Jelas ada kebohongan publik di
sana, yang dulunya Astro itu "mengikuti prosedur sah legal" (Investor
Daily edisi 5/09/07) untuk mendapatkan hak siar EPL dari ESS, e'dedeh
sekarang dia mengaku "hanya carrier yang menyajikan channel ESS".
Kagak ada tuh tender, gila kan? Pegawainya orang Malaysia tuh... jago
kelit. Te'dong sekali.

Jadi tidak pernah ada proses terbuka transparan dan fair terhadap
operator televisi di Indonesia, mau itu berbayar ataupun gratis!
Bagaimana kita bisa cerdas kalau banyak orang seperti Mas Satwiko gak
sadar dikelabui terus oleh orang Malaysia? Hehehe kasiyan deh kite...

Salam kompak,
Hasimah (sociopath-os)

--- In mediacare@yahoogroups.com, "w_satwiko" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> inilah kenapa pemerintah dan masyarakat kita nggak tau yg namanya
> prioritas.
> 
> mengutip socio bahwa hak publik untuk mendapat informasi dilindungi
> UUD 45, saya kok nggak liat bahwa ada yg menghalang-halangi publik
> untuk mendapat informasi. kalo mau tau informasi soal liga inggris
> bisa baca koran, tabloid, nonton siaran berita olahraga, dll.
> 
> kalo mau nonton sepakbola sebagai hiburan/memenuhi nafsu hobi atau
> kalian sebutlah apa namanya, bisa gratis sukur, nggak nonton ya ora
> patheken. lagian, sejak kapan ya liga inggris jadi milik rakyat
> indonesia???
> 
> lha, kalo antara informasi dan hiburan aja udah nggak bisa bedain, mau
> apa lagi??? kita liat aja basic needs-nya.
> 
> (sebagian) bonek aja kalo mau nonton persebaya udah mau bayar karcis
> bung..... masak sih, ada org yang jauh lebih beruntung (melek
> teknologi, dengan punya imel dan ikutan milis) masih ....... ah,
> sudahlah......
> 

Reply via email to