Dicomot dari postingan Luthfi Syaukani Dear All, Bagi yang ingin mendownload makalah saya untuk diskusi tentang bangkitnya Ateisme pada Kamis, 20 September 2007, di Freedom Institute, silakan klik link di bawah ini.
Salam Luthfi Aku Bersaksi Tidak Ada Tuhan Selain Darwin: Serangan Balik Kaum Ateis Luthfi Assyaukanie Para pendukung Ateisme mestinya berterimakasih kepada Osama bin Laden dan Jerry Falwell yang menjadikan agama begitu agresif dan garang. Aksi-aksi kekerasan dan teror yang mengatasnamakan Tuhan sejak beberapa tahun terakhir adalah puncak dari kebangkitan agama dan sekaligus krisis bagi keberadaannya. Sejak awal tahun 1970an, kaum Ateis dan sekular meratapi mandeknya proses sekularisasi. Agama yang sejak abad ke-19 diramalkan bakal punah malah bangkit dan mengisi ruang-ruang publik umat manusia. Kecuali di Eropa Barat, hampir semua agama di dunia mengalami kebangkitannya. Jurnal-jurnal sosiologi selama dasawarsa 1980an dipenuhi dengan perdebatan matinya sekularisme (dan juga sekularisasi) . August Comte, Charles Darwin, Sigmund Freud, Emile Durkheim, Karl Marx, dan para ilmuwan sosial besar lainnya dianggap keliru karena telah meramal bahwa masa depan umat manusia adalah masa depan sekular yang bersih dari mitos-mitos agama. Kenyataannya, sejak 1970an, agama bangkit dan tokoh-tokoh seperti Ayatullah Khomeini, Paus Yohannes Paulus, Desmond Tutu, dan Dalai Lama, menggantikan nama-nama sekular abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kebangkitan agama telah memasuki dekade keempatnya ketika pada tanggal 11 September 2001, sekelompok kaum beriman menabrakkan dua pesawat yang ditumpanginya ke gedung WTC di Amerika Serikat. Peristiwa yang kemudian dikenal sebagai peristiwa 9/11 itu menjadi kulminasi bagi kebangkitan agama di dunia modern dan sekaligus menjadi titik rawan keberadaannya. Kaum sekular dan pendukung Ateis yang selama ini tenggelam dalam kekecewaan seakan mendapatkan amunisi baru untuk menyerang agama. Sekularisme tidak mati. Ateisme bangkit lagi. Justru agamalah yang kini berada di ambang kebangkrutan. Bukan Charles Darwin yang berbahaya bagi kemanusiaan dan peradaban manusia, tapi para tokoh agama yang tak henti-hentinya mengkampanyekan pandangan-pandangan obskurantis yang anti kemajuan dan peradaban. Darwin tak pernah menyuruh manusia membunuh orang. Tapi, Osama bin Laden dan Imam Khomeini jelas-jelas melakukannya. Agama bangkit bukan untuk menebar kedamaian, tapi untuk menyeru kekerasan dan permusuhan. Jerry Falwell, Pat Robertson, dan Billy Grahama memiliki segudang dalil dan argumen untuk merekrut kaum Kristen menjadi tentara Tuhan. Kemunculan buku-buku tentang Ateisme belakangan ini dipicu oleh berbagai peristiwa kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan agama. Horor 9/11, peledakan stasiun kereta di Madrid dan London, bom bunuh diri di Timur Tengah, dan aksi-aksi kekerasan dan kebringasan lainnya mengusik kaum Ateis untuk kembali menyuarakan keyakinan lama mereka bahwa agama memang buruk, agama hanya menyengsarakan manusia, dan tak ada lagi alasan manusia untuk beragama. Pada 2005, Sam Harris, seorang mahasiswa filsafat yang tengah merampungkan PhD-nya dalam bidang neuroscience (penelitiannya tentang "saraf iman" dan "saraf kafir") menerbitkan The End of Faith, sebuah reaksi penulisnya terhadap berbagai peristiwa teror dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Pesan utama buku ini adalah bahwa agama adalah sesuatu yang terbuka untuk didiskusikan. Agama bukanlah sesuatu yang bisa mendapat perlakuan khusus. Kekeliruan kita selama ini adalah menganggap agama sebagai sesuatu yang istimewa sehingga selalu ada keraguan setiap kali hendak masuk ke wilayah ini. Harris menekankan kembali poin ini pada bukunya yang terbaru, Letter to a Christian Nation (2006). Pada 2006, Daniel C. Dennet menerbitkan karyanya, Breaking the Spell: Religion as a Natural Phenomenon, sebuah buku yang berusaha menegaskan bahwa agama adalah fenomena alam belaka. Sama seperti Harris, Dennet berpendapat bahwa tak ada yang suci dari agama. Ia hanyalah sebuah produk ciptaan manusia, sebagaimana manusia menciptakan bidang ekonomi, politik, teknologi, dan bidang-bidang kehidupan lainnya. Pada tahun yang sama, Richard Dawkins menerbitkan The God Delusion. Di antara buku-buku sejenis, karya Dawkins ini barangkali adalah buku yang paling menggemparkan publik pembaca. Dalam buku ini, Dawkins berperan lebih sebagai filsuf ketimbang seorang saintis. Dia berusaha mengerahkan seluruh energi intelektualnya untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada dan berusaha meyakinkan kita bahwa mengajarkan agama kepada anak-anak adalah sebentuk pelecehan (child abuse). Pada pertengahan 2007, Christopher Hitchens menerbitkan God is not Great, sebuah buku yang memaparkan bukti-bukti tentang ketiadaan Tuhan. Lewat pendekatan jurnalistik dan populer, Hitchens mengajak kita bahwa hidup tanpa agama lebih sehat ketimbang hidup dengan agama. Download makalah lengkap: http://www.assyauka nie.com/papers/ aku-bersaksi- tidak-ada- tuhan-selain- darwin e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com --------------------------------- Pinpoint customers who are looking for what you sell.