Melihat cara kerja pejabat di Indonesia akhir-2 ini di tengah isu kenaikan gaji 
mereka yang tinggi, bagi saya kok belum pantas antara gaji dan kinerjanya. 
Misalkan mengatasi kenaikan harga minyak goreng dan sembako dengan operasi 
pasar (subsidi) seperti ditayangkan TV, masyarakat berebut miyak goreng murah, 
kemudian menteri dan direktur-2 dibawahnya rame-2 turun ke pasar, dialog dengan 
pedagang sekedar mendengar keluh kesah, rasanya kok kemahalan/ketinggian 
menggaji menteri, dirjen, direktur-2 untuk hal-2 seperti itu.

Bagi orang yang jauh dari pusat pemerintahan seperti di Papua, harapan/ 
bayangan pekerjaan sebagai seorang menteri, dirjen dan direktur-2nya adalah 
pekerjaan pemikiran layaknya ilmuwan misalnya mengatur strategi, kebijakan 
sehingga distribusi barang lancar dan harga terkendali. Apabila hanya jalan-2 
ke pasar dan bagi-2 subsidi seperti itu tidaklah perlu pandai teori manajemen 
maupun pemasaran dan orang yang berpendidikan tinggi.

Setelah rame-2 turun ke pasar dan nonton antrian masyarakat berebut sembako 
murah, dibuatlah laporan, "harga sembako stabil, persediaan cukup".

Para warga milis yang di Luar Negeri seperti apakah para pejabat di negara lain 
mengatur perekonomian negara?

Bagi pengalaman dong...

Bagi saya kok pesimis negara ini bisa maju kalau cara-2 mengatur perekonomian 
negara ini masih memakai "hafalan/ tradisi" seperti pendahulunya. Tidak ada tip 
dan trik, apalagi shortcut-nya.

Operasi Pasar

Disamping itu dengan operasi pasar (subsidi) pada pasar-2 tertentu saja, di 
Jakarta/Jawa tidak mencerminkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Indonesia bukan hanya Jawa. Aksi-2 operasi pasar di sebagian kecil tempat dan 
ditayangkan TV hanya akan menjadikan masyarakat miskin di tempat yang lain iri, 
merasa tidak diperhatikan.

Harga-2 barang di Papua yang berlipat ganda dibanding di Jawa tidak pernah 
mendapat perhatian. Kesan orang di Jawa bagi orang di Papua adalah manja. 
Bagaimana tidak? harga minyak goreng naik seribu atau duaribu saja ribut, 
hingga menteri turun ke pasar. Coba lihat di Papua, harga naik berapapun gak 
pernah ada pejabat baik Bupati, Camat, Lurah yang turun ke pasar. 

Bagaimana komentar orang Papua melihat tayangan operasi pasar?

"Enak ya orang di Jawa, sering ada pasar murah, bagi-2 kompor gas gratis, 
kitorang Papua tak pernah dapat" katanya padaku

Lalu bagaimana mengatasi tingginya harga-2?

"Kalau sedang punya uang, barang dibeli berapapun harganya, kalau tidak ya 
cukup nonton saja.

Kalau uang hanya cukup untuk sebotol minuman, ya 'beli itu su-dah' (logat khas 
Papua)

Esok biarlah terjadi apa katanya esok. Kita punya uang atau tidak, esok 
tetaplah esok" katanya padaku.

Ringan dan gampang memandang hidup. 

Harga setinggi berapapun kayaknya belum ada demo "turunkan harga".

salam

nano_biak_papua 

Kirim email ke