Sayang sekali pemerintah tidak bisa menekan harga2 normal menjelang bulan puasa 
hingga lebaran, lonjakan ini terjadi setiap tahun membuat rakyat yg ber ekonomi 
rendah kembang kempis dan tidak mampu utk merayakan lebaran secara optimal.
  Kalau bisa dianjurkan, tak usahlah makan daging sapi, tekanan2 yg kuat utk 
kebutuhan daging menjelang lebaran adalah penyebab melonjaknya harga daging 
termasuk sembako2 lain nya, kebiasaan lebaran seharusnya dirubah, tak perlu 
makan daging, makan daging ayampun sudah nikmat dan berkesan, kita tak perlu 
memaksakan diri, para penjual daging mencoba mengambil untung se besar2nya 
dalam kesempatan ini, dan pemerintah juga tidak mampu mengatasi kebutuhan 
rakyat serta harga pasar yg terjangkau, di USA sendiri setiap hari Natal 
santapan yg paling populer adalah daging Kalkun (ayam), kalau pasar mencoba 
mencari untung dalam kesempatan serta pemerintah tidak mampu mengatasi gejolak 
kebutuhan mendadak ini tentunya harga daging kalkun bisa semahal harga emas, 
tetapi krn persaingan yg kuat serta kebutuhan volume yg besar harga daging 
kalkun malah menjadi sangat competitive, termurah, dan malah disediakan kupon2 
diskon utk membuat harga semakin murah lagi, tidak seperti di negri kita,
 semakin di butuhkan konsumen semakin melangit pula harga barang tsb, not good!
  
Salah satu utk memerangi lonjakan harga yg menggila, kita lawan produsen, tidak 
makan daging sapi tetapi tetap merayakan lebaran dengan hikmah, jangan mau 
diperbudak oleh tradisi2 yg malah lebih menyulitkan hidup kita yg sudah sulit.
   
  Saya pernah menghabiskan lebaran didesa dulu, warga mengeluh krn tidak mampu 
beli daging sapi, kenaikan harga sampai mencapai 40% menjelang hari lebaran, 
itu sudah keterlaluan, maka saya anjurkan, no beef ! tidak makan daging lebaran 
ini ! saya beli ratusan ekor ayam utk dibagikan warga desa, jauh lebih murah, 
lebih sehat.
  Lebaran selalu tidak indentik dengan daging sapi, ketupat sayur dan kue2, itu 
yg asyik....
   
  salam'omie
   
   
  

Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
            http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=38691&ik=3
   
  
Harga Daging Sapi Meroket ‘Busyet, Lebaran Masih Jauh’ 


  Rabu 19 September 2007, Jam: 10:55:00 

JAKARTA (Pos Kota) – Puasa baru seminggu, tapi harga daging sapi sudah meroket 
lebih dulu dan kini sudah mencapai Rp 55 ribu/kg. Kenaikan juga diikuti jenis 
jeroan seperti hati dan jantung berkisar Rp 30-35 ribu/kg dari sebelumnya hanya 
Rp 25 ribu per kilo. 


“Busyet deh, Lebaran masih jauh tapi daging sudah mahal banget. Kalau begini 
terus, bisa jadi Lebaran nanti nggak sanggup buat rendang atau semur daging, 
cukup goreng ikan aja!” cetus Wati, warga Kebayoran Baru yang kemarin sempat 
sewot karena pasaran daging sapi murni naik terus. 


Ironisnya, diakui pedagang pasaran daging bakal terus melejit hingga mendekati 
Lebaran yang bisa menembus Rp 60 ribu/kg. Meski pemerintah menjamin pasokan 
daging maupun sembako aman hingga Idul Fitri. 


Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengakui terjadi kenaikan 1,38 persen 
untuk daging sapi dari bulan lalu masih Rp 50.247/kg menjadi Rp 50.944/kg. 
Daging ayam ras naik 7,66 persen menjadi Rp 18.955/kg dan telor ayam ras naik 
8,55 persen menjadi Rp 11.700/kg. “Kenaikan daging ayam dan telor ayam ras 
menyusul naiknya harga pakan dan bibit ayam (DOC),” katanya, kemarin. 


Berkaitan lonjakan harga daging sapi, daging ayam maupun telor ayam ras, Ketua 
Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Thomas Darmawan kembali 
minta pemerintah mengantisipasi semakin liarnya harga-harga tersebut, misalnya 
dengan menggelar razia di pasar tradisional maupun di mal dan pusat 
perbelanjaan modern lainnya. 


DIPROTES PEMBELI 
Pemantauan Pos Kota di sejumlah pasar tradisional di Jakarta Selatan dan 
Jakarta Barat seperti di Pasar Mayestik, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Tomang 
Barat, Grogol dan Cengkareng, tercatat kenaikan daging sapi tidak hanya 
dikeluhkan pembeli khususnya kaum ibu rumah tangga tapi juga kalangan pedagang 
sapi itu sendiri. 


“Harga modal daging sapi terus saja naik, padahal kita nggak berani jual 
tinggi. Kalau nggak dinaikkan pasti rugi, tapi kalau tinggi diprotes pembeli!,” 
kata Alwi, pedagang di Pasar Mayestik, Selasa (18/9). 


Selain daging sapi, sejumlah kebutuhan pokok hingga kelompok bumbu juga terus 
merangkak naik. Mulai dari bawang merah dan bawang putih naik Rp 2 ribu perak 
per kilo menjadi Rp 8 ribu/kg, juga telor ayam ras Rp 11 ribu/kg, gula pasir 
naik Rp 500 menjadi Rp 7 ribu/kg dan gula pasir bermerek kini Rp 7.500/kg. 
Kacang tanah kupas juga naik Rp 3 ribu/kg menjadi Rp 17 ribu/kg dan kacang 
tanah biasa Rp 13-14 ribu/kg. Susu kental manis rata-rata naik Rp 500 hingga Rp 
1.000/kaleng menjadi Rp 10-11 ribu/kaleng ukuran 300 gram. 

(rachmi/budi/setiawan

 

       
---------------------------------
Need a vacation? Get great deals to amazing places on Yahoo! Travel. 

Kirim email ke