refleksi: Agaknya hina kini belum ada gejala tanda ajaib "political will"  yang 
biasanya ditandai dengan kometar para petinggi negara, partai politik dan 
tokoh-tokoh agama gurun pasir agar supaya segera diambil langkah-langkah 
konkrit guna disita harta karum curian Pak  Harto.

Tetapi huingga kini kelihatan semuanya membisu atau berlagak buta serta tuli.  
Tingkah laku demikian dari mereka mungkin disebabkan lagi dpikir-pikir 
bercampur gelisah serta diiringi tekanan denyutan jantung yang meninggi, karena 
kuatir jangan-jangan mereka juga turut diseret getah reaksi berantai  
pengembalian harta curian yang mereka sembunyikan di bank di berbagai penjuru 
dunia. 

Tetapi bagaimana pun, semoga bulan puasa nan suci ini memjampaikan kembali 
ilhami Illahi kepada mereka agar supaya dengan sukarela mereka mengembalikan 
harta-harta yang didapat dengan berbagai jalan haram. 


http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=107993


Pengembalian Aset Negara
Soal Harta Soeharto, Perlu Political Will


Jakarta, 21 September 2007 14:56
Wakil Ketua MPR AM Fatwa mengatakan, perlu ketegasan dari Presiden untuk dapat 
mengembalikan aset negara yang (diduga) dikorupsi oleh mantan Presiden Soeharto.

"Yang diperlukan adalah political will dan ketegasan dari Presiden," kata AM 
Fatwa di Gedung DPR Jakarta, Kamis (20/9).

Oleh karena itu, adanya rencana dari Stolen Asset Recovery (StAR) Initiative 
untuk membantu pemerintah Indonesia mengembalikan aset negara yang dikorupsi 
Soeharto, AM Fatwa menilai, tawaran tersebut patut dipertimbangkan untuk 
diterima.

"Apalagi selama ini jaksa agung dari pemerintah ke pemerintah tidak pernah 
berhasil. Karena itu, ada baiknya jaksa agung tiap-tiap negara membicarakan 
bersama bagaimana langkah dan tindakan memberlakukan mantan presiden mereka 
yang melakukan korupsi," katanya.

Namun, AM Fatwa mengingatkan, pertimbangan tawaran dari StAR itu, tentu harus 
dilihat dari berbagai faktor, meski diperlukan dukungan moral dan politik 
internasional.

Lebih lanjut, Fatwa menilai bahwa kegagalan pemerintah memburu harta Soeharto 
selama ini karena masih adanya pengaruh kekuatan Soeharto yang masih menggurita 
di birokrasi pemerintahan. Reformasi yang terjadi tidak serta-merta mengganti 
elite penguasa orangnya Soeharto.

Oleh karena itu, AM Fatwa menegaskan bahwa yang diperlukan adalah `political 
will` dari Presiden, sebab jaksa agung tidak bisa berbuat banyak tanpa izin 
dari Presiden.

Sementara itu, Ketua DPR Agung Laksono mengatakan, Presiden perlu meminta 
rekonfirmasi pencantuman Soeharto dalam daftar Bank Dunia dan Perserikatan 
Bangsa Bangsa (PBB) sebagai (tersangka) pencuri harta negara terbesar.

"Ini perlu rekonfirmasi dari World Bank dan PBB, karena ini bisa merusak citra 
negara kita," katanya.

Agung mempertanyakan, apakah dasar pencantuman nama Soeharto tersebut, atas 
dasar yang jelas, berdasarkan penyidikan yang otentik, dan apakah berdasarkan 
hasil investigasi yang cermat dan teliti atau hanya asumsi.

"Pencantumannya itu kan tidak diterangkan dengan dasar yang jelas," kata Agung 
yang juga mempertanyakan apakah harta hasil korupsi Soeharto bisa dikembalikan 
atau tidak.

Lebih lanjut, Agung menyatakan sependapat dengan rencana Presiden yang akan 
bertemu dengan pemimpin Bank Dunia dan PBB.

"Presiden harus minta penjelasan tentang hal itu, dan kalau sudah ada 
informasi, Presiden harus menjelaskan kepada publik," demikian Agung Laksono. 
[EL, Ant] 

--------------------------------------------------------------------------------

URL: http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=107993 

Kirim email ke