http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007092401051416

      Senin, 24 September 2007 
     

      BURAS 
     
     
     

Takhayul-Takhayul Baru Politik! 


       
      H.Bambang Eka Wijaya:

      "KAU tonton Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kick Andy, Metro TV?" tanya 
Umar. "Saat harus memutuskan mundur dari jabatan Gubernur DIY, ia istikharah di 
masjid pukul 12.00 malam! Itu membantah kepercayaan awam bahwa kekuasaan 
keraton di Jawa punya hubungan dengan Nyi Roro Kidul!"

      "Hubungan raja-raja Jawa dengan Nyi Roro Kidul itu takhayul lama!" timpal 
Amir. "Kau benar, pernyataan Sri Sultan itu menghapus takhayul lama itu! Tapi 
bukan berarti kancah politik kita telah sama sekali lepas dari takhayul! 
Takhayul-takhayul baru segera menggantikan!"

      "Takhayul-takhayul seperti apa?" kejar Umar.

      "Misalnya takhayul bahwa pemimpin--presiden, gubernur, bupati/wali kota 
dan anggota legislatif semua tingkat--hasil pemilihan langsung oleh rakyat akan 
prorakyat! Itu takhayul modern yang dalam periode jabatannya saja bisa 
dibuktikan salah!" tegas Amir. "Takhayul baru berikutnya, malah sedang in, 
adalah hasil survei yang dijadikan dasar DPP parpol untuk menafikan hasil 
pemilihan bakal calon yang diproses secara demokratis sesuai mekanisme 
partainya!"

      "Kenapa kau sebut itu takhayul?" tanya Umar.

      "Disebut takhayul modern karena dilakukan tanpa dasar standar yang 
berlaku dalam organisasi, seperti PD-PRT, tapi justru bisa mengalahkan proses 
standar yang dilakukan berdasar PD-PRT!" jelas Amir. "Setidaknya dalam dua 
partai besar, Golkar dan PDI-P, dewasa ini berlaku meski rakerdasus atau 
rakercabsus telah memilih bakal calon kepala daerah, kalau hasil survei 
popularitas bakal calon berbeda, DPP berhak menetapkan lain! Tanpa kecuali, 
proses rakerdasus itu telah melibatkan unsur partai sampai anak cabang atau 
bahkan ranting!"

      "Pantas, bersamaan iklan DPD PDIP-P Lampung menjaring bakal calon 
gubernur, meski secara nyata Sjachroedin Z.P. telah mendapat dukungan semua 
cabang, dia sendiri menyatakan rela mengalah jika hasil survei menyebutkan 
lain!" timpal Umar. "Lantas secara organisasi dasarnya apa, hasil survei bisa 
mengalahkan putusan yang diambil berdasar PD-PRT?"

      "Dasarnya cuma karena pengurus pusat menghendaki begitu!" tegas Amir. 
"Maka itu, bisa digolongkan takhayul karena meski menyalahi standar organisasi 
yang wajib ditaati, tetap diikuti karena takut kualat!"

      "Tapi apa benar calon yang unggul dalam survei pasti menang pilkada?" 
kejar Umar.

      "Menurut Ketua DPP PDI-P, Panda Nababan, skornya dari 15 pilkada, 10 
menang!" jelas Amir. "Hasil survei awal dijadikan modal untuk dikembangkan 
lebih efektif oleh mesin partai! Jadi, setelah DPP menetapkan calon, tidak 
lantas tidur! Tapi segera mengambil tanggung jawab pemenangannya lewat 
mekanisme survei itu! Yakni, terus memupuk dan mengembangkan popularitas calon, 
sehingga setiap tahapan survei berikutnya persentase dukungan terus meningkat!"

      "Meski begitu, pasti publikasi hasil tahapan survei itu yang lebih 
memengaruhi pilihan orang--seperti massa mengambang yang sebenarnya tak punya 
pilihan!" timpal Umar. "Daripada suaranya percuma, lebih baik memberi suara 
kepada yang lebih mungkin menang! Sebagai pemilih pun, tentu orang ingin menang
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Kirim email ke