Banyak khalayak yang sudah menyadari tentang Dongeng
Cerita berjudul G30S, tetapi sekali lagi Kekuaasaan
adalah mutlak dan tak terbantahkan. Bukankah:
"HISTORY  IS WRITTEN BY THE WINNING POWER" ?
Jadi kalau ada pihak ingin mengembalikan cerita tsb
pada proporsi yang sesungguh nya, cuma bisa terlaksana
kalau pihak tsb. menjadi the Winner Power selanjutnya.
Kalau tidak, ya paling bisa cuma seperti sekarang ini.

Edo.
--- Umar Said <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> 
> Tulisan ini juga disajikan dalam website
> 
> http://kontak.club.fr/index.htm)
> 
> 
> 
> 
> 
>                             Sekitar G30S, Suharto, 
> PKI dan TNI-AD
> 
> 
> 
> Berikut di bawah ini adalah serangkaian tulisan Sdr
> Harsutejo mengenai
> berbagai hal yang berkaitan dengan peristiwa G30S.
> Dalam tulisan ini secara
> berturut-turut ia telah mengungkap kembali soal-soal
> yang berkaitan dengan
> G30S, istilah Gestapu dan Gestok, Lubang Buaya,
> Gerwani, Letkol Untung,
> Kolonel Abdul Latief dll.
> 
> 
> 
> Serangkaian tulisan ini bisa merupakan bantuan
> kepada banyak orang untuk
> memperoleh informasi atau pandangan mengenai
> berbagai hal yang berkaitan
> dengan peristiwa tersebut, yang berbeda dengan versi
> rejim militer  Orde
> Baru.
> 
> 
> 
> Tulisan bersambung ini juga disajikan berturut-turut
> dalam website
> http://kontak.club.fr/index.htm).
> 
> 
> 
> * * *
> 
> 
> 
> 
> 
>                                                     
> G30S (1)
> 
>                                                
> Oleh: Harsutejo
> 
> 
> 
> Pada dini hari menjelang subuh 1 Oktober 1965
> sekelompok militer yang
> kemudian menamakan diri sebagai Gerakan 30 September
> melakukan penculikan 7
> orang jenderal AD. Jenderal Nasution dapat
> meloloskan diri, sedang yang
> ditangkap ialah pengawalnya. Lolosnya jenderal ini
> telah dibayar dengan
> nyawa putrinya yang kemudian tewas diterjang peluru.
> Keenam orang jenderal
> teras AD yang diculik dan kemudian dibunuh itu
> terdiri dari: Letjen Ahmad
> Yani (Men/Pangad), Mayjen Suprapto (Deputi II
> Men/Pangad), Mayjen Haryono MT
> (Deputi III Men/Pangad), Mayjen S Parman (Asisten I
> Men/Pangad), Brigjen DI
> Panjaitan (Asisten IV Men/Pangad), Brigjen Sutoyo
> (Oditur Jenderal AD).
> 
> 
> 
> Pada pagi-pagi 1 Oktober 1965, sebelum orang
> mengetahui apa yang sebenarnya
> terjadi, Kolonel Yoga Sugomo sebagai Asisten I
> Kostrad/Intelijen serta merta
> menyatakan bahwa hal itu pasti perbuatan PKI, ketika
> pengumuman RRI Jakarta
> pada jam 07.00 menyampaikan tentang Gerakan 30
> September di bawah Letkol
> Untung. Maka Yoga pun memerintahkan, “Siapkan semua
> penjagaan, senjata,
> bongkar gudang. Ini PKI berontakE Jangan-jangan
> Kolonel Yoga, Kostrad,
> dan - siapa lagi kalau bukan Jenderal Suharto E>
telah mengantongi skenario
> jalannya drama tragedi yang sedang dan hendak
> dipentaskan kelanjutannya.
> Tentu saja pertanyaan ini amat mengggoda karena
> dokumen-dokumen rahasia CIA
> pun mengungkapkan berbagai skenario semacam itu
> dengan diikuti dijatuhkannya
> Presiden Sukarno sebagai babak penutup.
> 
> 
> 
> Menurut tuduhan dan pengakuan Letkol (Inf) Untung,
> Komandan Batalion I
> Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden RI
> yang secara formal
> memimpin Gerakan 30 September, para jenderal
> tersebut menjadi anggota apa
> yang disebut Dewan Jenderal yang hendak melakukan
> kudeta terhadap kekuasaan
> Presiden Sukarno yang sah pada 5 Oktober 1965.
> Karena itu Letkol Untung
> sebagai insan revolusi sesuai dengan ajaran resmi
> yang didengungkan ketika
> itu, mengambil tindakan dengan menangkap mereka guna
> dihadapkan kepada
> Presiden. Dalam kenyataannya mereka dibunuh ketika
> diculik atau di Lubang
> Buaya, Jakarta.
> 
> 
> 
> Tentang pembunuhan yang tidak patut ini terjadi
> sejumlah kontroversi.
> Menurut pengakuan Letkol Untung hal itu menyimpang
> dari perintahnya. Dalam
> hubungan ini telah timbul berbagai macam penafsiran
> yang berhubungan dengan
> kegiatan intelijen berbagai pihak, pihak intelijen
> militer Indonesia, Syam
> Kamaruzaman sebagai Ketua Biro Chusus (BC) PKI,
> intelijen asing, utamanya
> CIA, dalam arena perang dingin yang memuncak antara
> Blok Amerika versus Blok
> Uni Soviet dengan Blok RRT yang anti AS maupun Uni
> Soviet. Menurut pengakuan
> Syam, pembunuhan itu atas perintah Aidit, Ketua PKI.
> Pembunuhan demikian
> sangat tidak menguntungkan pihak PKI yang dituduh
> sebagai dalang G30S, akan
> dengan mudahnya menyulut emosi korps AD melawan PKI,
> sesuatu yang pasti tak
> dikehendaki Aidit dan sesuatu yang tidak masuk akal.
> Dengan dibunuhnya Aidit
> atas perintah Jenderal Suharto, maka pengakuan Syam
> yang berhubungan dengan
> Aidit sama sekali tak dapat diuji kebenarannya.
> Dengan begitu Syam memiliki
> keleluasaan untuk menumpahkan segala macam sampah
> yang dikehendakinya maupun
> yang dikehendaki penguasa ke keranjang sampah
> bernama DN Aidit.
> 
> 
> 
> Banyak pihak menafsirkan bahwa Syam ini merupakan
> agen intelijen kepala dua
> (double agent), atau bahkan tiga atau lebih. Hal ini
> di antaranya ditengarai
> dari pengakuannya yang terus-menerus merugikan PKI
> dan Aidit. Ini berarti
> dia yang posisinya sebagai Ketua BC CC PKI, pada
> saat itu menjadi agen yang
> sedang mengabdi pada musuh PKI. Dari riwayat Syam
> ada bayang-bayang buram
> misterius yang rupanya berujung pada pihak AD,
> khususnya Jenderal Suharto.
> Aidit yang dituduh sebagai dalang G30S yang
> seharusnya dikorek keterangannya
> di depan pengadilan segera dibungkam karena
> keterangan dirinya tidak akan
> menguntungkan skenario Mahmillub yang dibentuk atas
> perintah Jenderal
> Suharto sebagaimana yang telah dimainkan oleh Syam
> atas nama Ketua PKI
> Aidit.
> 
> 
> 
> Keterangan Syam mengenai perintah Aidit tentang
> pembunuhan para jenderal
> tidak dapat diuji kebenarannya dan tidak dapat
> dipercaya. Beberapa pihak di
> Mahmillub menyebutnya perintah itu dari Syam, tetapi
> siapa yang
> memerintahkan dirinya? Pertanyaan ini mau-tidak-mau
> perlu dilanjutkan dengan
> pertanyaan, siapa yang diuntungkan oleh pembunuhan
> para jenderal itu? Bung
> Karno tidak, Nasution tidak, Aidit pun tidak. Hanya
> ada satu orang yang
> diuntungkan: Jenderal Suharto! Jika Jenderal Yani
> tidak ada maka menurut
> tradisi AD Suharto-lah yang menggantikannya. Hal ini
> terbukti dari kenyataan
> bahwa ketika Presiden Sukarno menunjuk Jenderal
> Pranoto sebagai pengganti
> sementara pada 1 Oktober 1965, maka Jenderal Suharto
> menentang keras. Jelas
> dia berambisi menjadi satu-satunya pengganti yang
> akan memanjat lebih jauh
> 
=== message truncated ===



      
____________________________________________________________________________________
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!   
http://surveylink.yahoo.com/gmrs/yahoo_panel_invite.asp?a=7 


Kirim email ke