Salam,

Sekedar ingin share pengalaman tentang administrasi BII card center yang 
amburadul, terutama bagian collection-nya.

Sehubungan dengan "virus bebas yang hutang kartu kredit" yang menulari saya dan 
istri, maka satu demi satu kartu kredit yang kami miliki kami lunasi, baik itu 
dengan mencicil secara bertahap (kalau hutangnya gede), ada juga yang kami 
lunasin jreng.  Walaupun rata-rata penerbit kartu kredit "tidak menyambut 
dengan baik" upaya kita melunasi dengan berbagai alasan seperti kartu tidak 
bermasalah, kartu jarang dipakai belum bisa ditutup atau pelunasan tidak ada 
pengurangan bunga atau diskon; tapi dengan semangat baja kami ngotot tetap 
minta kartu dimakan gunting alias ditutup dan dipotong.

Seiring dengan berjalannya waktu, tiba giliran kami ingin melunasi kartu kredit 
BII no 5452-9867-1578-xxxx (oya kartu krdit ini kami peroleh bukan karena kami 
apply, tapi otomatis dikirim karena kami memakai fasilitas kredit mobil-nya 
ACC).  Lalu muncullah problem itu ...

1. Kami mencoba menghubungi ke BII Card Center, dan diberi nomor telepon 021 
26508500.  Nomor telepon ini sulit sekali dihubungi, karena operator memberikan 
ekstension yang tidak pernah diangkat.  Dari keterangan si operator, katanya 
kami harus menghubungi yang namanya Ibu xxxx (lupa, sang supervisor).

2.  Sampai akhirnya, pucuk dicinta ulam tiba.  Ketika kami berada di Semarang, 
ada petugas desk collector BII (wanita, tak sebut nama) menepon saya 
mengingatkan akan jatuh tempo; dan lalu langsung saya sergap dengan pertanyaan 
"bagaimana caranya saya melunasi tagihan kartu kredit BII saya".  Walaupun 
jawabannya cukup berbelit dan berbelok (karena mungkin kapasitasnya cuma nagih, 
gak ditraining menjawab pertanyaan soal pelunasan+penutupan kartu), akhirnya 
saya mendapat jawaban agar saya datang ke kantor mereka di kawasan Mangga Dua.

3.  Sepulang dari Semarang Juni 2007), saya dan istri bergegas pergi ke kantor 
tersebut dan ditemui seorang staf bernama yang mengaku bernama WAWAN (saya gak 
tau ini nama beneran atau nama alias) dari bagian collection.  Dengan negosiasi 
yang cukup alot, permohonan diskon saya (sebagaimana yang saya peroleh dari 
kartu kredit GE dan Citybank yang sudah saya lunasin duluan) akhirnya tidak 
disetujui, kecuali saya melunasi langsung jreng.  Akhirnya saya membayar Rp 
500.000,- dan setelah menghitung pakai kalkulator, si Wawan ini menyampaikan 
cicilan saya "sekitar Rp 275.000 per bulan"  (oya, saldo hutang saya terakhir 
sebelum dikurangi Dp yang 500rb itu Rp 3 juta).  Dan dengan tegas (setelah 
menghitung dan menyetorkan uang saya) mengatakan bahwa perjanjian akan dikirim 
dalam waktu 1 minggu serta abaikan bila menerima billing statement.  Oke saya 
anggap clear, dan dari dia saya menerima secarik kertas (slip) berwarna merah 
yang merupakan tindasan/copy dari Formulir Pembayaran.  Dalam slip itu dicap 
BII, unsecured products collection.

4.  Waktu berjalan,  sampai tiba billing statement ke rumah saya.  Karena 
dipesan supaya diabaikan, maka saya abaikan : sambil menunggu perjanjian yang 
belum datang juga.  Sampai kemudian saya iseng telepon ke Wawan ini (no telepon 
26508500 ext 7807).  Buat saya yang tinggal di bogor, interlokal ke eksntension 
itu cukup "membuat miskin", kalau tidak sibuk dan oleh mesin kita disuruh 
menekan tanda bintang untuk menunggu; oleh suara wanita mesin itu juga saya 
diminta telepon ke ekstension lain karena ekstension 7807 tidak merespon.  
Dengan susah payah, akhirnya saya bisa terhubung dengan Wawan, yang saat saya 
desak soal surat perjanjian, dia lagi-lagi bilang oke segera dikirim.

5.  Tunggu punya tunggu, si surat tak kunjung tiba.  Dalam hati saya, 
barangkali BII card Center lagi gak butuh uang.  Silih berganti collector 
menelpon soal pembayaran, dan selalu saya jawab saya menunggu surat 
perjanjian/konfirmasi (yang seperti bank lain punya, sebagai bukti sahnya 
negosisasi, jumlah dan jangka waktu pembayaran).  Dan dengan sigap, biasanya 
para kolektor yang menelpon itu akan bilang, baik pak saya nanti urus surat 
perjanjian bapak, besok saya telepon.  Dan esok serta hari-hari selanjutnya tak 
ada lagi kabar...

6. Puncaknya, hari ini.  Saya mendapat SMS dari ibu saya di Semarang (yg sdh 
janda tinggal sendiri di rumah, usia sudah 60 tahun lebih), bahwa ada kolektor 
BII dengan nada membentak menanyakan data2 saya.  Mendengar itu, saya langsung 
murka...saya telpon saudara Wawan (lagi-lagi dengan susah payah dan membuang 
banyak pulsa).  Saya tumpahkan kemaran saya soal tidak becusnya BII mengurus 
ini semua, dengan terbata-bata Wawan mengelak bahwa 
1. Program setlement saya sudah disetujui (lha, dari awal kan dia sudah bilang, 
makanya saya bisa bayar DP) , 
2. Surat perjanjian untuk saya sudah sudah dikirim akhir minggu ini (dan surat 
belum juga bisa saya terima dan tiba2 ada kolektor gebleg dan banci 
membentak-bentak via telepon ibu saya yang sudah tua dan tidak tahu apa2)
3. Akan cek lagi surat perjanjian sampai di mana...

Jadi...

Berhati-hatilah dengan kartu kredit BII anda, kelihatannya dministrasinya 
amburadul dan turn over desk kolektornya tinggi (sehingga info gak pernah 
nyambung).  Untuk melunasi aja sulit dan bikin jengkel.  Mending saldonya gede 
sekalian kali ya...biar sebanding sama puyengnya ngurusin kartu ini.  Buat yang 
belum terlanjur bikin, mendingan jangan bikin kartu kredit (apa aja), 
pengalaman saya : rayuan sales kartu kredit adalah jebakan buat kita, sampai2 
untuk menutupnya susahnya setengah mati...itu ada dananya lho, apalagi gak ada 
dananya. 

Wassalam,

Basri Adhi
Yang mencoba insaf dari sedotan kartu kredit. 
   

Kirim email ke