Refleksi: Inggris di Tidore pada tahun 1793?

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/10/01/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Diusulkan, Tidore Jadi Daerah Istimewa
[JAKARTA] Keberadaan Tidore Kepulauan sebagai wilayah karesidenan dan memiliki 
andil besar dalam sejarah pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia 
(NKRI), menjadikan wilayah itu layak diubah statusnya menjadi daerah istimewa. 

"Kami meminta kepada Pemerintah RI agar Tidore yang sekarang berubah status 
dari ibu kota Pemerintahan Halmahera Tengah, sekarang menjadi daerah otonom 
Kota Tidore Kepulauan, betul-betul diperhatikan dan didukung sepenuhnya, baik 
dari aspek pemerintahan, pengembangan ekonomi, pendidikan, demi kesejahteraan 
rakyat Tidore. Tidak seperti induk ayam yang menetas kemudian meninggalkan 
anak-anaknya," tutur Ketua Tidore Development Foundation, M Syamsul kepada SP 
di Jakarta, pekan lalu. 

Dijelaskan, Tidore adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari NKRI 
dan sejarah perjuangan bangsa sebagaimana Yogyakarta, Nanggroe Aceh Darussalam, 
dan kesultanan-kesultanan lain yang selama ini mendapat perhatian khusus 
pemerintah. 

"Karena itu, kami dan seluruh rakyat Tidore akan menyerukan setiap saat tentang 
wacana Daerah Istimewa Kota Tidore sebagai bekas ibu kota perjuangan Irian 
Barat masuk ke pangkuan NKRI," ujarnya. 

Dijelaskan, dalam sejarah NKRI rakyat dan pimpinan Tidore memiliki catatan 
harum. Pada 1793 Inggris ingin menjadikan Papua sebagai koloni baru. Atas 
perintah gubernur Inggris di Tidore, Inggris mulai mengadakan penjajakan dan 
membagi garis pulau sekitar Papua serta mendirikan benteng Coronation di Teluk 
Doreri. Karena tentangan keras dari Sri Sultan Tidore Kamaludin Syah saat itu 
yang berkuasa 1814, akhirnya Inggris meninggalkan Papua. 


Disegani 

Perjuangan rakyat dan pemimpin Tidore berlanjut, khususnya pada masa kesultanan 
Tidore dan Ternate. Ketika itu kesultanan tersebut disegani dan berpengaruh di 
Nusantara bahkan sampai Filipina, Madagaskar, dan Afrika Selatan. "Hubungan itu 
berlanjut pada masa Trikora, Tidore menjadi ibu kota provinsi perjuangan Irian 
Barat waktu itu," tutur dia. 

Perjuangan mengembalikan Irian Barat ke NKRI melalui UU 15 tahun 1956 juga 
berkat andil rakyat Tidore. Bahkan ditetapkan ibu kota Soasio-Tidore dan 
Gubernur Irian Barat pada saat itu adalah Sultan Tidore Yang Mulia Sri Sultan 
Zainal Abidin Sjah. 

Sementara itu, Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan yang juga tokoh masyarakat 
Tidore, Salahuddin Adrias mengatakan, usulan Tidore menjadi daerah istimewa 
wajar-wajar saja. Apalagi demi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat 
Tidore. 

"Jika ada kalangan masyarakat mengusulkan seperti itu, ini bukti masih ada yang 
cinta dengan Tidore. Memang benar Tidore mencatat sejarah bagi NKRI. Dan itu 
jangan dilupakan," ujarnya. [Y-4] 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 30/9/07 

Reply via email to