---------- Forwarded message ----------
From: wahyu <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 2 Okt 2007 08:48
Subject: [buruh-migran] Kasus Pemerkosaan Pekerja Indonesia, Malaysia Akan
Dilaporkan ke PBB
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

   Selasa, 02 Oktober 2007
Headline Koran Tempo 2 Oktober 2007 Kasus Pemerkosaan Pekerja Indonesia
Malaysia Akan Dilaporkan ke PBB Dalang pemerkosaan adalah polisi setempat.
 *Jakarta* -- Migrant Care, lembaga swadaya untuk buruh migran, akan
melaporkan pemerintah Malaysia ke Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Laporan itu terkait dengan pemerkosaan yang dialami tenaga
kerja Indonesia, EW, oleh sekelompok anggota Ikatan Relawan Rakyat Malaysia
(Rela).
"Akan kami laporkan ke UN Human Rights Council secepatnya. Selama ini tidak
ada tindakan apa pun dari pemerintah RI," kata analis kebijakan Migrant
Care, Wahyu Susilo, kepada *Tempo* kemarin.
Selain itu, kata Wahyu, anggota Rela akan dilaporkan ke pelapor khusus
mengenai hak-hak buruh migran PBB. Langkah serupa dapat dilakukan langsung
oleh EW. "Seharusnya yang menggugat adalah pemerintah Indonesia. Sebab,
pelaku pemerkosaan adalah anggota Rela yang resmi dibentuk pemerintah
Malaysia."
Menurut Senior Liaison Officer Markas Besar Kepolisian RI di Kedutaan Besar
RI Kuala Lumpur Setyo Wasisto, anggota Polis Diraja Malaysia (PDRM)
berpangkat rendah menjadi dalang aksi biadab yang melibatkan 12 orang itu.
Si polisi juga telah menyiksa Mujib, suami EW, serta merampas harta benda
dan paspor korban. "Pelaku sudah ditangkap bersama sembilan orang lain,"
katanya.
Ia menuturkan EW adalah tenaga kerja migran resmi yang memiliki izin bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di Klang, Selangor. Namun, tiga bulan kemudian
ia melarikan diri dari majikannya. Lalu EW menikah siri dengan Mujib dan
tinggal di Petaling Jaya, Selangor.
Pada 7 September, Mujib dan EW didatangi dua orang berseragam yang mengaku
anggota kepolisian Selangor. Dengan alasan tidak memiliki izin kerja, EW
lantas dibawa ke Muar--150 kilometer dari Selangor.
EW kemudian dibawa ke Hotel R di Muar, dan di bawah todongan senjata api,
dia diperkosa beramai-ramai. Pada 8 September, EW dibawa keluar dari hotel
dan dijual kepada dua orang Melayu seharga 400 ringgit. "Oleh dua orang itu
ia diperkosa lagi," kata Setyo.
Saat ini EW berada dalam perlindungan *shelter* Konsulat Jenderal RI Johor
Bahru. Menurut Setyo, kondisi psikologis EW sangat lemah. "Apalagi saat ini
EW tengah hamil dua setengah bulan."
Konsulat RI di Johor, menurut Setyo, akan menggugat para pelaku secara
pidana ataupun perdata. "Tapi kita lihat dulu. Karena di Malaysia, untuk
kasus pidana saja susah, apalagi perdata," ujarnya. KBRI, kata dia, saat ini
masih fokus pada pendampingan korban dan pengusutan kasus.
Berdasarkan catatan Migrant Care, pada April 2007, kasus pemerkosaan oleh
aparat Rela juga menimpa SY, seorang tenaga kerja wanita asal Desa Kidang,
Kabupaten Mujur, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. SY diperkosa oleh
polisi Rela di Johor Bahru, Malaysia. "Saat melapor ke kantor polisi Kajang,
ia justru dijebloskan ke penjara Semenyih karena tidak berdokumen dan
ditahan selama lima hari," kata Wahyu.
SY kini masih berada di penampungan KBRI Kuala Lumpur dan kehamilannya sudah
berusia 6 bulan. Ironisnya, menurut Wahyu, kepolisian Malaysia justru
mengirim surat kepada KBRI Kuala Lumpur agar SY segera dipulangkan ke
Indonesia. "Tapi kasus pemerkosaannya tidak pernah ditangani." *NININ
DAMAYANTI*

koran






-- 
Migrant CARE
Perhimpunan Indonesia untuk Buruh Migran Berdaulat
Jl. Pulo Asem I C No 15 RT 015 RW 001 Jati, Jakarta Timur 13220
Telp/Fax: +62 21 4752803
E-mail: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Website: www.migrantcare.net
Blog: www.buruhmigranberdaulat.blogspot.com

Reply via email to