Menurut penilaian saya, memang Cina opportunis dan Cina parasitik
memang ada, contoh yang konkrit adalah sdr Yap Hong Gie sendiri yang
merupakan Cina opportunis dan Cina parasitik.

Orang ini memang turun temurun telah menjadi Cina yang opportunistik
dan parasitik, sejak dari ayahnya sudah mengabdi kepada penguasa yang
bisa memberikan security feeling kepada keluarganya.

Opportunistik artinya mencari kesempatan yang cuma baik untuk dirinya,
parasitik artinya, bisa numpang kekuasaan untuk menghantam cina2
lainnya yang tidak disukainya.

Yap Thiam Hien yang menjadi ayahnya sangat dikenal dizaman Suharto,
dialah yang dijadikan tameng untuk melindungi kepentingan Suharto saat
berhadapan dengan dunia Internasional dalam pelanggaran2 HAM.  Disatu
pihak dia bersandiwara dipihak opposisi pak Harto agar bisa
menempatkan posisi sebagai pelindung pada saat ada serangan fatal.

Ny. Muslim binti Muskitawati.
















--- In mediacare@yahoogroups.com, "Henny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ah jangan naif.....simple sajalah
> 
> Waktu ngurus Visa anda dimintai macam-macam surat dan uang tambahan
ngeluh..nah apa namanya itu.???
> Kalau mau masuk sekolah negri susah..nah apa namanya itu???
> Dan terjadi mulanya era mana???
> 
> Mau China oportunis mau apa keg sama saja, beda tipis.....kan
tergantung orangnya. 
> Kalau sudah jadi WNI yah sudah blend lha, bukan berarti dilihat dari
sudut teman atau lain-lain tapi dari hati nurani...
> 
> Kalau kita tak kebagian rejeki yah sudah nanti juga ada gilirannya...
> 
> HH
> 
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: Yap Hong-Gie 
>   To: mediacare@yahoogroups.com 
>   Sent: Tuesday, October 02, 2007 12:17 PM
>   Subject: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=>Kaka
Suminta #59147
> 
> 
>   Bung Kaka Suminta Yth,
> 
>   Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output
>   kesimpulan mbeleber ndak karuan .......
> 
>   Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi,
>   para Cina oportunis. 
>   Mereka yang dihinggapi "Cinderella Syndrome", yang di Era Reformasi
>   ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32
>   tahun dizalimi oleh "ibu tiri" Orde Baru. 
> 
>   Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu
>   menyakitkan "the truth hurts", bukan berarti bahwa pemikiran ini
>   adalah spekulatif sempit. 
>   Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan,
>   komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku
>   kebabalasan sebagian elit Cina. 
> 
>   Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis
>   lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. 
> 
>   Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan
>   sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang
>   mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. 
>   Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan
tertentu. 
>   Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus
>   "De Vreemde Oosterling"; strata diatas pribumi (Inlander) dan
>   setingkat dibawah warga Belanda. 
>   Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der
>   Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. 
>   Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati
>   priveledge yang diberikan Kolonial Belanda.
>   Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba,
>   tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto.
>   Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik!
> 
>   Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? 
>   Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI) harus dilihat
>   secara komprehensif, mulai dari sejarah sosial-politik; seperti 
>   Staatsblad Belanda, Dwi Kewarganegaraan, Kebijakan Pemutihan oleh
>   Pemerintah Orde Baru (baca kembali Orde Baru!), serta jangan lupa juga
>   segi kesadaran dan sikap-prilaku warga itu sendiri. 
>   Kalau ngurus dokumen lewat calo, biro jasa dan pihak ke-3, terus
>   dikenakan biaya (jasa) tambahan, terus semuanya mengaku-ngaku diperas
>   itu kan konyol! 
>   Tapi itu semua sudah masa lalu, jangan diulang-ulang lagi cerita
>   bodong tersebut. 
>   Pemerintah secara resmi sudah menghapuskan pra-syarat SBKRI (bagi WN
>   yang orang tuanya lahir di Indonesia), diperkuat dengan payung hukum,
>   UU Kewarganegaraan dan UU Anti-Diskriminasi. 
> 
>   Kalau serius ingin mengungkapkan korupsi Pak Harto, bawa bukti-bukti
>   materiel konkrit, berikan kepada Jaksa Agung, KPK, MA, DPR/MPR dan
>   Presiden, tapi jangan model fitnahan TIME Inc, atau kumpulan clipping
>   koran ala Transparansi Internasional.
> 
>   Saya kira "Cinderella Syndrome" itu cuma diderita turunan genetik
>   terbatas, rupanyanya sudah mewabah dan nular dari satu milis ke milis
>   yang lain ....... he he he ....
> 
>   Wassalam, yhg.
>   ------------------
>


Reply via email to