Begini ya, mungkin Anda kurang paham soal komunitas per-milis-an.

Pertama, keberadaan saya sebagai anggota milis adalah atas-nama
pribadi, bukan mewakili golongan, kelompok atau keturunan.
Berarti tulisan saya adalah murni pendapat dan tanggung jawab saya
pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan pihak manapun.


Kedua, sedikit menambah pengetahuan Anda yang minus soal profesi
pengacara, khususnya kode etik advokat.
Sama seperti halnya juga dengan kode etik Kedokteran, bahwa pengacara
tidak boleh menolak permintaan seseorang tersangka, terlepas dia kaya
atau miskin, sanggup bayar atau tidak, (diduga) bersalah, setengah
salah ataupun total salah.  BTW. Seorang baru dianggap bersalah
apabila sudah diputuskan oleh pengadilan.
Bahwasanya, dalam prakteknya terjadi penyimpangan dan pelanggaran,
Anda tidak bisa jadikan dosa tanggung renteng pada (semua) pengacara.


Ketiga, profesi saya bukan pengacara, dan tidak cari uang dibidang itu. 
Dalam hal pembelaan terhadap Pak Harto, adalah oleh karena saya
menentang evoria kebabalasan dalam menista dan menghujat beliau.
Kalau benar ingin mengungkapkan kasus tuduhan, tunjukan bukti data
secara materiel, sampaikan kepada Kejaksaan Agung atau instansi
berwenang lainnya.
Kalau cuma sekedar maki-maki saja, pembantu saya Mbak Kokom juga bisa.


Keempat, Anda harus bisa membedakan mana yang tindakan diskriminatif
dan mana yang bersifat ngutip/meras uang, adalah dua hal yang total
berbeda.
Masalah kutip-mengutip adalah problem laten yang (bisa) dihadapi
setiap warga masyarakat, terlepas dari latar belakang suku dan
etnisitasnya.

Ngomong-ngomong kalau Anda selalu mengeluh ada masalah dengan KTP
Anda, jangan-jangan ada yang tidak beres dengan dokumen pendukung Anda
........ 


Wassalam, yhg.
--------------



Yap Thiam Hien toh......
Itu namanya Survivor dan pintar membaca arah angin. OK-OK saja dan
soal membela Suharto OK-OK saja kan memang pengacara yah istilahnya
bandit, setan, dewa yah dibela asal dibayar kan gitu.

Tapi kesimpulannya yang arogan itu lho yang
membingungkan......menentang realitas....padahal terang-terangan
ngurus KTP saja sulit.....bila kita membaca buku Tin Tin tak heran
sang Kapten sering berseru....BIANG PANU......yah itulah kenyataan.

Salam,
HH

Kirim email ke