Mulai dari gembel s/d presiden, mulai dari koruptor s/d provokator, 
mulai dari pembunuh s/d Kyiai, Bikshu, Pdt/Nabi pendeknya entah 
siapapun kita ini harus mati. Yang beda hanya caranya saja, normal 
ataukah abnormal, mati sakit ataukah mati dibunuh, karena usia tua 
ataukah karena bunuh diri atau bisa juga mati karena digelas lebur 
jadi bubur ama kereta api. Tetapi semua makhluk hidup di dunia ini 
mulai dari binatang, tumbuh-tumbuhan s/d manusia memiliki satu 
tujuan yang sama ialah "kematian'!

Tujuan dari dilahirkan dimuka bumi ini adalah kematian, sehingga 
timbul pertanyaan dan pikiran kenapa harus dilahirkan kalau toh 
nantinya harus mati juga? Apa gunanya hidup ini kalau harus diakhiri 
dengan kematian? Agaknya menuju ke kematian itu adalah konsep kunci 
untuk menjawab pertanyaan mengapa manusia harus hidup.

Walaupun manusia sudah bisa menjabarkan seluruh rahasia dari DNA, 
bahkan bisa mengkloning kehidupan, tetapi kenyataannya pertanyaan 
yang simpel tsb diatas masih belum mampu dijawab secara rasional, 
karena s/d saat ini kita belum bisa menguak rahasia dari kematian 
secara ilmiah.

Lucunya walaupun kita ini tahu bahwa kita ini harus mati dan `tidak 
mungkin" bisa melawan kematian, tetapi sejak ribuan tahun manusia 
itu tetap saja mencoba terus untuk melawan kematian dan kita tidak 
mau menerima kenyataan, bahwa kita itu harus mati.

Mulai dari gembel s/d profesor, walaupun mereka sudah di vonis musti 
mati, tetapi mereka tetap saja ingin berusaha terus dengan segala 
macam daya upaya untuk bisa hidup terus atau minimum memperpanjang 
hidup mereka. 
 
Kalaupun ada "keabadian", ia cuma berarti sirkulasi infra-human 
saja. Misalnya, daging yang membusuk jadi tanah, jenasah yang 
dikremasi jadi abu, dll. Maka, hanya manusia yang bisa meninggal. 
Sedangkan sisanya cuma mati-busuk-habis, tanpa embel-embel. Tapi 
dalam diri manusia, kematian memperoleh dimensi sejati 
ialah "tempat/saat" sejarah (ruang/waktu) manusia menjadi keabadian. 
Jadi hidup terus di dalam dunia maya saja.

Sebenarnya udah jelas tujuan hidup kita ini ialah kematian, tetapi 
99,9% manusia didunia ini tidak ada yang mempersiapkan kehidupannya 
untuk menuju kematian, boro-boro untuk mempersiapkannya 
memikirkannya azah ogah. 

Tanya azah sama diri sendiri, apakah terpikirkan oleh Anda bagaimana 
kalau Anda besok meninggal dunia? Tidak! Yang terpikirkan oleh mang 
Ucup adalah bagaimana saya bisa menikmati hari weekend dan liburan 
Lebaran yang akan datang ini, bagaimana saya bisa menikmati hasil 
pensiun saya dihari tua? Bagaimana saya mempersiapkan diri setelah 
masa studi saya, masa lajang saya dst-nya, tetapi enggak pernah 
kepikir tuh mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

Walaupun kita semuanya sadar bahwa hidup ini hanya untuk sesaat 
waktu saja, tetapi kita fokuskan seluruh energi/waktu/uang/keluarga 
hanya untuk mempersiapkan kehidupan dihari esok, lihat saja kita 
sekolah bertahun-tahun untuk mempersiapkan kehidupan dihari esok, 
begitu juga kita menabung untuk kehidupan di hari esok. Tetapi 
tanyalah sama diri sendiri, kapan kita mempersiapkan diri untuk 
menghadapi kematian? Adakah pelajaran atau sekolah untuk menghadapi 
atau mempersiapkan kematian? Atau kuliah untuk bisa meraih gelar Dr 
Koit !

Bahkan Alkitab sekalipun isinya 99% hanya untuk memberikan bimbingan 
bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Jadi bukan bagaimana 
caranya nanti kita menjalani kehidupan surgawi kita.

Tanpa diduga dan tidak bisa diramalkan, suka atau tidak, 
kematian "PASTI" akan datang menjemput saya maupun Anda, tetapi 
persiapan apa yang sudah kita lakukan untuk menghadapi hari kematian 
kita?

Pada saat kematian tiba, kita tidak perlu packing koper, karena kita 
datang telanjang, maka pulangpun telanjang pula tanpa koper ataupun 
tas kerecek. Kita tidak perlu pamitan dengan siapapun juga. Entah 
tugas kita selesai atau tidak selesai, tanpa bisa ditawar lagi kita 
harus berangkat pada saat itu juga. Hari kematian kita tidak bisa 
ditawar barang satu detik pun juga. 

Banyak orang berduka dan menangis, apabila melihat mayat yang 
terbujur kaku, karena hal yang sama pasti akan ia alami juga, hanya 
kita tidak tahu waktunya saja kapan?

Hal ini yang mengakibatkan banyak orang menilai bahwa kematian itu 
adalah sesuatu hal yang negativ, kalau tidak demikian kenapa harus 
ke Dr untuk memperpanjang hidup. Untuk itu; kita manusia mencari 
jalan agar dapat menetralisir pandangan yang negativ ini untuk 
dirobah menjadi positiv melalui "Agama" dan segala iming-iming 
sorgawi.

Oleh sebab itulah mang Ucup menilai agama itu entah agama apapun 
juga, sebenarnya hanya sekedar merupakan obat pembius otak, atau 
senjata agar dinamika akal kita bisa "menangkap" arti kematian 
manusia secara positif.

Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda 
dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, 
tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan 
bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Satu detik setelah anda mati, anda tidak ada apa-apanya lagi 
selain "seonggok daging". 
Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. 
Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Segera 
setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga 
berkembang biak pada mayat tersebut, sehingga akhirnya "onggokkan 
daging dan tulang" yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang 
menjijikkan.
 
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua "kenyataan" 
dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan "hari-
hari indah" di dunia ini. 

Mang, manusia kan punya jiwa ? Kemana tuh nanti perginya roh/jiwa 
itu ? Apakah keberadaan roh/jiwa itu bisa dibutikan secara ilmiah ? 
Ingin tahu jawabannya mengenai jiwa dan roh berdasarkan penelitian 
ilmiah jadi bukan hanya sekedar dongeng dari buku agama, baca 
sambungannya !

Mang ucup
Email: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: www.mangucup.net


Kirim email ke